BAB 5

1002 Words
"Aku tidak bisa berkomentar banyak tentang masalahmu!, sungguh aku hanya tersulut emosi mendengarnya!" Fero sambil menenangkan Fey. "Maapkan aku karena membuatmu menjadi ikut kesal!" Ucap Fey memandangi wajah Fero. Karena melihat Fey kelelahan setelah bertempur dan menangis Fero pun mengajaknya untuk pulang karena memang sudah pukul 02.00 dini hari. "Lebih baik kita pulang dulu sekarang!, kau sudah sangat kelelahan hari ini," Ucap Fero. "Baiklah!," Jawab Fey. Fero pun menuntun Fey yang kelahan ke mobil. "Bagaimana apakah kamu bisa pulang sendiri?" Fero sambil memegangi pintu mobil. "tenang saja aku hanya lemas, lagi pula rumahku tidak terlalu jauh dari sini!, lain kali main lah kerumahku bersama adikmu!" Ucap Fey sambil memegangi stir mobil. "Baiklah akan kusempatkan nanti!," Ucap Fero. Fey pun melambaikan tangan dan pergi menuju rumahnya, tak lama kemudian Fero pun pergi namun dia menyimpang dulu di warung untuk membeli cemilan karena sudah janji kepada adiknya. Sesampainya dirumah Fero langsung menaruh cemilan itu di pinggir adiknya dan beberapa lembar uang untuk bekalnya sekolah, karena kelelahan Fero tak mau paginya harus terbangun karena di ganggu adiknya. Fero pun beranjak tidur dengan kondisi barangnya yang keram, baginya sudah biasa bila barangnya keram setelah bertempur. heeungggkrrrokkk...heeeuunngkrrrroookkk..heeeunggkkrrrrroookkkk.. Suara Fero yang mendengkur, selama tidur dia beberapa kali tidak mau diam, jam dinding menunjukan waktu pukul 14.00 siang hari. tak lama kemudian Fero terbangun dengan ekspresi terkejut dan penuh keringat. "Aaaaaaaaaaaa!" Ucap Fero sambil memegangi barangnya. Lalu setelah memegangi barangnya Fero pun menurunkan bahunya pertanda dia merasa lega. "Cuma mimpi ternyata!" Ucap Fero dalam hatinya. Ternyata Fero bermimpi bahwa barangnya menjadi kecil dan imut, bahkan saking kecilnya di ukurkan dengan kelingking nya, itu lebih besar kelingkingnya. Namun tak perlu khawatir itu hanyalah mimpi, Fero tetap dengan wibawa barang jumbo. Fero pun melihat jam di hpnya padahal dia punya jam dinding tapi ya sudahlah orang jaman sekarang yang dilihat hp terlebih dahulu saat bangun, dia pun langsung beranjak perlahan dari kasurnya untuk pergi ke dapur mengambil minum. Sambil memegangi gelas dia mengecek aplikasi khusus untuk para penyervice lelaki, namun belum ada pemberitahuan baginya bahwa hari ini akan ada orderan. Fero pun menyimpan hp nya, dan bergegas mengupas jahe untuk makan. Setiap hari Fero minimal sekali makan dengan jahe, mengapa demikian? ya jelas untuk performanya di medan tempur, kenapa harus jahe? ya karena Fero tidak mau membeli barang yang lain karena rata-rata mahal harganya, baginya selagi ada yang murah kenapa tidak. Ya meskipun resikonya kadang-kadang fero merasa perutnya panas,dll. Namun demi menjaga wibawa sebagai raja ranjang itu semua bukan masalah bagi Fero. Nah kalau barang jumbo milik Fero itu natural sudah bawaan dari lahir, mungkin juga karena faktor Fero jarang memakai CD, menurut mitosnya tidak memakai CD dapat membesarkan barang, Namun entahlah itu belum terbukti kebenarannya, Fero tidak menkonsumsi obat khusus atau pergi menuju Ma Erot untuk di pijat, pokonya barangnya original tidak terkontaminasi oleh zat-zat kimia. Setelah Fero selesai makan, dia pun pergi menuju kamar mandi untuk menyuci bajunya. Padahal dia sudah membeli mesin cuci namun hanya di pakai saat dia malas saja, baginya mencuci manual adalah pelatihan tersendiri, karena dengan mencuci manual tubuhnya bergerak dengan lentur maju-mundur, tidak lain dan tidak bukan itu demi menjaga Performanya, apalagi belakangan ini Fero sudah mulai mudah terkena serangan pegal pinggang. Setelah selesai mencuci Fero pun kembali mengecek handphonenya. "Ahaaa" Ucap Fero dalam hatinya, pertanda bahwa dia mendapatkan berita yang baik. Fero ternyata mendapat chat dari konsumen. "Baru lagi!, tokcer!" Ucap Fero dalam hatinya. Fero pun membaca pesan tersebut, bunyi pesannya ialah 'Hallo selamat siang, kalau boleh tahu biaya sewanya berapa?' Fero paham betul dari cara bertanyanya bahwa konsumen barunya ini masih amatir karena belum memakai istilah khusus. Fero pun membalas chat tersebut, '500k untuk sekali bermain!'. Fero pun memasukan hp nya kesaku, karena dia ingin menjemur pakaiannya terlebih dahulu, sungguh aneh padahal waktu sudah mau sore baru jemur pakaian. Tingnungggg... Suara pesan masuk hp Fero. Fero pun merasa tergannggu tangannya basah karena sedang menjemur pakaian, namun baginya konusmen adalah paling utama jadi sambil beraut wajah kesal dia mengambil hp nya dan menyimpang dulu jemurannya. Fero pun membaca isi pesannya. 'Oke sekali saja!, untuk aturanya gimana?' Fero bingung ketika ditanya aturannya seperti apa, karena selama ini hampir tidak ada yang menanyakan aturan, karena proses transaksinya adalah musyawarah bersama. Fero pun membalas pesannya. 'Tidak boleh membawa senjata tajam,harus menjaga privasi masing-masing, tidak merekam saat bermain' Pesan Fero di balas dengan cepat. Tingnuunnngggg.. 'Oke kak kalau begitu, kira-kira malem ini bisa?' Tanya konsumen itu dalam pesannya. Fero pun langsung membalas pesannya. 'Lebih baik kita vidio call dulu kak biar jelas, biar sama-sama tau juga' Tingnuuuung... 'Baiklah silahkan!' Fero pun langsung menekan tombol vidio call, dan konsumennya langsung mengangkatnya. Percakapan pun berlangsung, seperti biasa yang dilakukan Fero adalah untuk meminta kejelasan medan tempur dan waktunya begitupun kejelasan konsumennya, karena ditakutkan orderan palsu atau hanya prank. Vidio Call pun berakhir, kesepakatan telah di buat,.medan tempur akan di share look oleh konsumen Fero, dan pertempuran dilaksanakan pada pukul 20.00 malam hari. Fero pun melanjutkan menjemur pakaiannya sambil menggrutu dalam hatinya. "Kayanya masih anak sekolah SMA, yasudahlah!" Fero tidak telalu terkejut ketika konsumenya sekarang adalah anak sekolah SMA, karena memang itu bukan kali pertamanya menservice anak SMA. Fero juga sebetulnya ada keraguan dalam hatinya ketika harus bertempur dengan anak SMA namun mau bagaimana lagi dia juga membutuhkan uang, dan juga kalau anak SMA itu masih uwow baginya. Bagi Fero jika terlalu dipikirkan itu malah membuat Performanya menurun, sehingga dia hanya berpikir pendek saja'Lagian aku juga engga maksa, itu maunya dia sendiri' begitulah Ucap Fero jika harus dipaksa memikirkan masalah itu. Singkat cerita waktu sudah pukul 19.00, Fero sudah menyiapkan semuanya, membersihkan diri, alat tempur, dan pra sebelum tempur. Fero sudah menerima lokasi yang di berikan oleh konsumennya, dan jaraknya cukup dari rumahnya, sehingga Fero secepatnya pergi agar konsumennya tidak menunggu lama. Fero sudah memberikan adiknya bekal untuk makan malam, sehingga sekarang dia bisa fokus memuaskan konsumennya tanpa harus risau memikirkan adiknya. Setelah 40 menit perjalanan Fero sampai di medan tempur yang disepakati, namun saat sampai Fero menggaruk-garukkan kepala. "Aku kira Rumah pribadi ternyata di kostan!" Ucap Fero dalam hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD