Fero langsung mengambil hp nya untuk menghubungi konsumennya.
Tutt.tutt.tutttt.....
"Hallo kak saya sudah di depan!" Ucap Fero sambil melihat-lihat pintu.
"Baik mas sebentar!" Jawab Perempuan itu.
Tak lama kemudian, kostan dengan nomor 04 terbuka pintunya, dan ternyata perempuan itu keluar dari pintu dan melambai-lambaikan tangannya.
Fero langsung menghampirinya dan melihat-lihat situasi di sekitar, untungnya situasi sedang sepi.
"Mas langsung masuk saja!" Ucap perempuan itu sambil memegangi pintu.
"Baiklah!," Fero segera masuk kedalam.
Fero memperhatikan perempuan itu terus menerus, kaki perempuan itu gemetar saat berjalan menghampiri Fero.
Perempuan tersebut duduk di kursi saling berhadapan dengan Fero.
"Mas mau minum apa?" Tanya Perempuan itu.
Wajahnya sepertinya baru saja di rias, lipstiknya masih terlihat basah, namun meskipun perempuan itu sudah dandan layaknya orang dewasa namun bagi Fero yang sudah berpengalaman perempuan itu jelas terlihat masih lugu.
"Gak papa kak santai aja nanti ngerepotin!" Jawab Fero tersenyum berharap bisa menenangkan rasa gugup perempuan itu.
"Saya buatkan teh hangat kalau begitu ya mas" Perempuan itu sambil beranjak dari kursinya.
Fero memperhatikan gerak-geriknya, saat membuat teh hangat perempuan itu tangannya gemetar, Fero memaklumi sikapnya karena perempuan itu tidak mengenalnya namun untuk kali ini Fero merasa ada yang janggal tapi Fero berusaha untuk bodo amat.
Teh nya pun selesai dibuat dan di simpan di meja sebelah kiri Fero.
"Ini mas teh nya silahkan dinikmati!," Ucap Perempuan itu sambil menyimpan gelasnya.
"Haduh jadi repot-repot, makasih yah kak!" Fero tersenyum berusaha meng akrabkan diri.
"Iya kak sama-sama!" Perempuan itu tersenyum dan kembali duduk di bangkunya.
Fero pun heran mengapa konsumennya tampak ingin berjauhan dengannya, 'oh mungkin masih gugup' pikir Fero.
"Sini kak di samping saya saja!" Ucap Fero dengan tersenyum.
Perempuan itupun langsung berjalan dan duduk bersampingan dikasur bersama Fero.
"Mau langsung kulit apa pake plastik kak?" Tanya Fero, itulah pertanyaan pertama yang akan di ajukan kepada setiap konsumennya sebelum bertempur.
"Maksudnya gimana ya mas saya kurang ngerti!" Tanya perempuan itu dengan wajah lugu.
Fero pun menggaruk-garukkan kepala dan tersenyum kecil.
"Maksudnya pake alat ini...(Fero memperlihatnya alat plastiknya), atau engga?"
Perempuan itu bengong beberapa detik seakan-akan dia kebingungan.
"Ooohhh itu ternyata, bagusnya aja menurut mas gimana!" Tanya kembali perempuan tersebut.
Fero pun semakin yakin bahwa perempuan ini masih pemula.
'Yasudahlah lumayan nih kayanya masih baru, masihh joss, paling baru beberapa kali nyoba' Ucap Fero dalam hatinya.
"Yasudah bagusnya sih gak pakai biar kerasa!" Ucap Fero , Fero tidak menanyakan kapan terakhir perempuan itu bermain karena Fero sudah tahu bahwa perempuan itu masih sangat pemula.
"Yaudah mas kalau begitu!" Ucap Perempuan itu terlihat sangat lugu.
Fero kebingungan harus melakukan apa karena sudah beberapa menit mereka tidak bersentuhan dan tidak melakukan apapun, Fero pun memutuskan untuk mendahului melakukan Foreplay.
Fero pun menyentuh tangannya dulu.
'Uhhh halus banget!' Ucap Fero dalam hatinya.
Perlahan tangannya merayap menuju kancing baju perempuan itu, dikupasnya oleh Fero satu-persatu, Fero menghela nafas dan mengeluarkan nafas panjang supaya terdengar oleh kuping dan terasa hembusannya.
Perempuan itu hanya diam saja melihat aksi Fero, dia tidak bergerak sedikitpun, namun Fero terus merangsangnya dengan penuh kelembutan.
Setelah baju perempuan itu terbuka, Fero mulai merayap kebawah.
Fero menyeretkan telunjuknya dari dagu sampai ke kancing celana perempuan itu dengan lembut.
Ploookkkk... Tiba-tiba saja perempuan itu mencium bibir Fero, ahaaaaaaaa itulah keahlian Fero dalam membangkitkan hasrat terdalam konsumennya.
Fero pun tak segan dan langsung melucuti perempuan itu, setelah selesai Fero pun melucuti pakaiannya, namun Fero bengong saat melihat barang milik perempuan itu.
"Haaahhh!" Ucap Fero dalam hatinya.
"Perasaan aku aja atau memang itu terlalu rapat!" Fero heran melihatnya.
Begitupun perempuan itu terkejut melihat barang Fero yang begitu jumbo, sempat dia menutup matanya.
Fero pun penasaran dan bertanya kepada konsumennya itu.
"Kak ini bukan pertama kali kan?" Tanya Fero.
"Iya kak ini pertama kali!" Ucap perempuan itu dengan suara pelan namun terdengar jelas oleh Fero..
"Haahhh!" Fero langsung beranjak dari kasur itu dan agak menjauh dari perempuan itu.
Meskipun Fero memiliki pengalamanan yang banyak namun baru kali ini dia harus berhadapan dengan konsumen yang masih ting-ting.
Sontak hal itu membuat Fero terkejut dan berpikir dua kali,meskipun pada dasarnya bertempur dengan yang masih ting-ting itu joss namun entah mengapa Fero tidak terlalu antusias
"Apakah kakak sudah pikirkan baik-baik?" Tanya Fero dengan serius.
"Iya, tidak papa kok!" Ucap Perempuan itu.
Fero malah terdiam tanpa kata, dia hanya bengong saja sambil memandangi perempuan itu.
"Innniii serius kak?" Tanya kembali Fero dengan raut muka yang mulai meragu.
"Serius mas, aku tidak terpaksa, aku juga dalam kondisi sadar memutuskannya!" Ucap Perempuan itu sambil bangun dari tidurnya.
"Ayoo mas lakukan saja, namun karena ini kali pertamaku lakukan dengan sebaiknya!" Ucap perempuan itu dengan serius.
Fero tak melihat perempuan itu bergetar kembali, artinya perempuan itu sudah membulatkan tekadnya untuk bertempur dengan Fero, namun ukuran barang Fero terlalu besar untuk perempuan masih ting-ting.
"Baiklah!" Jawab Fero sambil mendekati lagi perempuan tersebut.
Fero tidak mau terlalu ambil pusing dan ambil perasaan, yang perlu dia lakukan sekarang adalah melakuakn service sebaik-baiknya bagi konsumennya.
Karena kali pertama Fero melakukan Foreplay cukup lama dari biasanya, agar tidak terlalu menyakitkan baginya.
Dirasa sudah cukup Fero pun mulai bersiap memasukan barangnya.
"Siap ya kak, tahan saja aku akan lakukan yang terbaik!" Ucap Fero sambil memegangi barangnya.
Perempuan itu hanya mengangguk kepada Fero.
Slebbb...
Fero memasukkannya perlahan-lahan pokonya sangat hati-hati.
Perempuan itu mengekrutkan wajahnya dan kedua tangannya meremas dengan erat kasur.
Pertempuran berjalan dengan tempo yang sangat pelan, Fero melihat barangnya terlumuri darah, sebenarnya dia tidak kuat melihat darah namun dia langsung mengalihkan pandangannya ke perempuan itu dan mendekapnya.
Tempo mulai naik menjadi sedang.
Perempuan itu tak kuasa lgi menahan suara.
"aaaaahh,aahhhh,aaahhhhh!" Desahan perempuan itu.
Fero tahu itu menyakitkan baginya namun jika temponya dipaksa terus pelan itu akan membuatnya tersiksa.
20 menit berlalu Perempuan itu tidak terlalu mengkerutkan wajahnya, matanya sampai berkaca-kaca tadi mungkin tak kuat menahan perih.
Melihat perkembangan itu Fero menaikkan lagi temponya agar konsumennya terbiasa, namun hentakan pertama pasti membuatnya meringih, tapi Fero tetap melanjutkannya
"maassss lanjutkan mas!, aku sudah mulai menikmati, uuuhhhhh!" Ucap perempuan itu
Ahaaaaa Fero sudah melewati masa-masa sulitnya.