BAB 21

1036 Words
"Ini kak bayarannya!" Ucap Perempuan itu sambil menyodorkan selembar uang kepada Fero. "Gak papa ini kak?, kan cuma sebentar!" Jawab Fero belum mengambil uangnya. "Gak papa mas!, kan udah kesini!, biar pun sebentar tetep aja harus dibayar!, lagian ini kan gara-gara sayanya sendiri!" Jawab perempuan itu sekali lagi menyodorkan uangnya. "Yaudah kalau begitu saya terima ya kak!" Lalu Fero mengambil uangnya. Fero pun izin pamit duluan untuk pulang, Fero langsung pergi ke parkiran untuk mengambil motornya. "Haduh lumayan lah yang penting udah dibayar!" Ucap Fero dalam hatinya. Saat Fero memasukan kunci motornya dia merasa ada yang mengganjal seperti ada seseorang yang sedang memperhatikannya, namun dia tak mau ambil pusing dan segera pergi kerumah. Sekarang Fero tidak pulang dengan tangan kosong dan hati hampa, karena dia tidak mengalami apes lagi seperti beberapa hari kebelakang. Saat Fero sudah sampai dirumah dia langsung menemui adiknya untuk memberikan uang yang sebelumnya ia janjikan. Namun saat dia pulang ternyata adiknya sedang membereskan barang dagangannya. Fero tidak tahu bahwa Yuni sudah di modali oleh Fey pada saat itu karena dia malah tertidur pulas. "Loh kok Yun udah ada barang lagi aja!, modal dari mana?" Tanya Fero benar-benar heran. Lalu Yuni berbalik melihat wajah kakaknya, "Ini semua berkat kak Fey!" Ucap Yuni dengan gembira. Fero menyimpan telunjuknya di dagunya "Kok kakak gak tau yah!" "Lagian malah tidur aja pas waktu itu!" Jawab Yuni kembali membereskan barang jualannya dan memfotonya satu-satu. "Oh begitu toh!, yaudah syukur kalau begitu, kamu harus berusaha keras udah di dukung sama kak Fey, nih kakak tambahin modalnya buat kamu!" Ucap Fero menyodorkan uangnya. Yuni berbalik dan menghampiri kakaknya "Waaahhhhhh makasihhh kak, aku bakalan semangat banget kalau kaya gini!" Ucap Yuni sambil mengambil uang dari Fero. Lalu Fero melirik keatas isyarat dia sedang mengingat-ngingat sesuatu, "Ohh iya kata kak Fey nanti 3 sampai 4 hari lagi kita pergi liburan!" Ucap Fero sambil memegangi pundak Yuni. Seraya Yuni terkejut dan melompat-lompat. "Asikkkkk-asikkkkkk" Katanya. Fero pun membantu Yuni untuk membereskan barang-barangnya kebetulan barangnya baru saja datang setengah jam yang lalu. Saat melihat Yuni yang bersemangat untuk usaha Fero mulai berpikir bahwa dia harus membantunya dengan maksimal, dengan kata lain Fero mulai ingin meninggalkan pekerjaannya dan kemudian membantu adiknya berjualan. Namun Itu hanyalah pikiran selintas Fero saja, bukan berarti Fero tidak akan membantu Yuni namun Fero mulai berpikir dia harus mencari uang yang halal untuk menghidupi dirinya dan adiknya. "Sepertinya belum saatnya kalau sekarang!" Ucap Fero dalam hatinya. Karena Fero masih ragu jika harus melepas pekerjaannya sekarang, Fero paham betul yang namanya usaha bukanlah perkara yang pasti. Fero takut jika nanti mereka harus merasakan susah makan kembali seperti dulu. Yuni meminta Fero menjadi model bajunya, tentu saja Fero sangat bisa diandalkan untuk menjadi model, postur tubuh yang bagus wajah yang tampan dan macho sudah menjadi pilihan yang tepat. Fero bergaya layaknya seorang model ambasador handal dan profesional. "Kak kalo pake kaca mata kayanya bagus deh!" Ucap Yuni menilai kakaknya. "Kakak gak punya Yun!" Jawab Fero. Yuni lalu pergi ke menuju laci di kamarnya dan mengambil kaca mata berwarna biru. "Nah ini kak pake coba!" Yuni memberikan kaca mata nya ke Fero. Fero mengambilnya dan melihat-lihat nya sampai di bolak-balik, "Inimah kaca mata renang Yun!" Jawab Fero sambil menurukan alisnya satu. "Gak papa kak!, kan jarang model pake kaca mata itu!" Jawab Yuni sambil tertawa. "Iya karena aneh kalau pakai ginian buat model!, kamu ada-ada saja!" Ucap Fero dengan suara lumayan kesal. "Udah pake aja kak!, plis ini namanya strategi marketing!" Ucap Yuni memohon kepada Fero. Sebetulnya Fero tidak mau memakainya namun karena ini demi adiknya dia harus rela menurunkan egonya dan menuruti mau adiknya. "Yaudah iya di pake!" Fero langsung memasangkan kaca matanya. Yuni bersiap dengan kameranya, "Nah coba sekarang bergaya lagi!" Ucap Yuni sambil memperhatikan serius kakaknya. Fero bergaya semaksimal mungkin, bahkan sepertinya model yang lain pun akan kalah dengan style Fero yang memakai kaca mata renang itu. Sesi foto terus berlanjut, banyak gaya yang sudah Fero keluarkan mulai dari gaya seorang lelaki super dingin sampai lelaki kemayu. "Tuhhh kan hasilnya bagus!" Ucap Yuni memperlihatkan hasilnya kepada Fero. "Ya iyalah modelnya dulu siapa!" Fero berlaga sok ganteng. "Weleee!, inimah emang kameranya bagus!" Ucap Yuni. "Hillliihhh!, gak mau banget kayanya puji kakaknya sendiri!" Ucap Fero sambil melepas kaca mata renangnya dengan kesal. "hihihihi!, jangan marah-marah aja kakak ku yang guaantengg!" Yuni merayu kakaknya yang cemberut. Karena acara pemotretan sudah selesai Fero pun berniat untuk membeli martabak manis mang juharta seperti biasa, modus supaya adiknya juga lebih terbakar lagi semangatnya. Singkat Cerita Fero sudah memesan martabak dan menunggu pesanannnya selesai. Saat menunggu Fero di telpon oleh Eliya. Tretetetetttt.....Tretetetetttttt...... "Halooo El ada apa?" Tanya Fero. "Eummmm..!" Jawaban kebingungan dari El. "Eummmm apa El?" Tanya Fero yang lebih kebingungan. "Anter aku beli rujak kak!" Ucap El tergesa-gesa. "Emangnya da ya El jam segini yang jualan rujak?" Fero heran karena sekarang sudah jam 10 malam. "Kalo gak ada apa ajadeh!, pokonya anterin aja dulu, hehehehe!" Ucap El dengan nada malu-malu. "Emang perempuan suka aneh-aneh aja maunya!" menggrutu Fero dalam hatinya. "Okedeh kalau gitu sekarang banget?" Tanya Fero. "Iya kak aku tunggu ya dirumah!, kalau udah sampai kabari saja!" Ucap El. "Oke tunggu ya !" Jawab Fero. Telepon di tutup pesanan pun selesai Fero langsung mengantarkan martabaknya ke Yuni. Ngeeeeenggggg.....Krriiikkk.. deukkkk.... "Yunnnn ini martabak!" Teriak Fero. Yuni pun keluar dan menghampiri kakaknya, "Wahhh makasih ya kak!, baik banget emang ah suka pokonya!" Ucap Yuni dengan gembira. Fero langsung menyalakan kembali motornya dan bergegas pergi. "Iya abisin yah! kakak ada kerjaan mendadak pergi dulu!" Ucap Fero. "Iya kak hati-hati!" Jawab Yuni sambil menenteng martabaknya kedalam. Fero langsung meluncur layaknya kapal zet yang super cepat, meskipun motornya butut bahkan lampu motornya saja sudah meletet namun itu bukanlah sebuah hambatan bagi Fero melesat dijalan. Krrrikkkkkkkkk...... Fero sampai di depan rumah El. Namun ternyata El sudah menunggunya diluar sammbil duduk selonjoran. "Ehhhh udah nungguin!, maap ya lama!" Ucap Fero masih menghela nafas karena mengebut dijalan. "Engga kok cuma 15 menit!, ayoo kak berangkat!" Ucap El dengan wajah yang begitu gembira. "Okeee ayoo El!" Jawab Fero. Sungguh aneh, padahal Eliya bisa memesan ojek online jika untuk sekedar memesan makananan, namun dia memilih diantar Fero yang pada kenyataanya tarif nya cukup besar yang selalu El bayar, padahal Fero tidak pernah mematok harga dengan mahal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD