“Sudah ditunggu, Pak, di dalam.” “Dimas?” “Di dalam juga.” Arafan mengangguk. Ia berterima kasih pada Anita karena sudah memberitahukan diawal siapa yang ada di dalam ruangannya. Langkahnya mantap seraya membuka pintu itu. “Udah datang, Fan?” seru Dimas yang langsung berdiri begitu melihat sosok sahabatnya itu. “Kalian nunggunya di dalam?” “Memangnya kenapa, Pak? Nona Daisha jelas berhak bukan?” Arafan merotasi pandangannya, jengah. Briyan selalu pandai berkata-kata. Ia pun memilih meminta Dimas keluar dari ruangannya. “Oke, Fan.” Dimas beranjak dari tempat duduknya. “Kalian juga silakan keluar. Kita langsung ke tempat acara bukan?” tanya Arafan sembari

