Sahabat Belajar menjadi bangunan yang cukup mengagumkan bagi Hanania. Ia yang tak punya privillage dalam masa kehidupan pasca kuliah cukup diterima saat bergabung di sana. Pimpinan serta para senior yang bekerjasama dengannya di lembaga pelatihan itu kerap membantu sebelum akhirnya Arafan datang menjadi tambatan hati hingga kini. Hanania mengulas senyum tepat saat roda mobil Arafan menyentuh paving parkiran. Ia rindu suasana bekerja di depan komputer untuk mengecek laporan bulanan kinerja para mentor, juga membuatkan slip upah pembayaran. Hanania tak sabar untuk segera menyapa mereka semua. “Mas mau nganter?” tanya Hanania saat Arafan membuka pintu mobil. “Iya. Masa nggak?” “Nggak salah?” tanyanya lagi dengan mata mengerjap.

