Baby Sitter Gila (A)

1128 Words
Sedari tadi Ryani hanya menggaruk tengkuknya serba salah. Ternyata dia bukan hanya ditugaskan menjadi seorang baby sitter Jona, ternyata ia juga ditugaskan membuat sarapan setiap paginya untuk Mr. Galak! Tahu Mr. Galak? Ya, jadi ceritanya, saking sebalnya Ryani, saking gondoknya Ryani, gadis itu sampai memberi julukan Mr. Galak untuk majikannya, Leonard Alexander. Cocok kan? Leo memang begitu tampan. Rambut cokelatnya, matanya yang bening dan mampu membuat setiap wanita bergetar melihatnya, badannya yang putih, tubuhnya yang tinggi tegap. Ah, percuma aja, buat apa tampan kalau sifatnya begitu menakutkan. Galak bukan main. Ryani hanya menatap peralatan masak di depannya. Di sana ada alat penggorengan, panci, dan juga teman-temannya. Sekali lagi Ryani menggaruk tengkuknya, mau memasak apa? Selama hidupnya dia tak pernah menyentuh alat masak. Ryani melirik jam dinding, lima belas menit lagi Leo akan turun, dan ketika nantinya Leo turun, Ryani yakin. Majikannya yang tampan nan galak itu akan marah-marah karena tak ada satu masakan pun yang selesai ia masak. Jangankan satu masakan yang selesai di masak, tangan Ryani saja belum menyentuh penggorengan sama sekali. "Masak apaan gue?" Tangan Ryani membolak-balikan wajan penggorengan, lantas menatap sayuran yang ada di depannya. "Lima belas menit lagi Mr. Galak bakal turun, dan gue sama sekali belum masak. Bagus! Bagus Ryana, sebentar lagi lo bakal jadi santapan paginya Leo. Kena omel lo!" Ryani mengelus dadanya pelan sambil mengomel. Gadis itu memejamkan matanya sambil menggelengkan kepalanya. Dasar gadis gila! Tanpa disadari gadis itu, Leo sudah berdiri dibelakang Ryani persis. Leo menatap kelakuan aneh Ryani, memejamkan matanya sambil menggeleng-geleng tak jelas. Leo menautkan kedua alisnya, Ryani belum membuka matanya, ia belum sadar akan kehadiran Leo. Tuk. "Aduuuh." Ringis Ryani kencang. Sontak badan gadis itu memutar ke belakang, betapa kagetnya ketika mengetahui Mr. Galak sudah ada di depannya. Menatap dirinya dengan pandangan aneh dan mencemooh. Ryani terdiam, Leo masih menatapnya tanpa berkedip. Tiba-tiba ia merasa kepalanya terasa sakit karena pukulan Leo yang melayang mulus di kepalanya. "Aku jadi ragu," gumam Leo pelan. Ryani menatap serius, "Aku jadi ragu kalau kamu ini waras. Kemaren kamu pura-pura budek, dan sekarang kamu geleng-gelengin kepala kamu nggak jelas, ck." Leo berdecak. Ryani mengerjabkan matanya beberapa kali. Apa maksud Mr. Galak-nya ini? Gila? Dia? Gila?! Tak. "AHH!" Tanpa disangka-sangka, Ryani membalas perlakuan Leo yang memukul kepalanya, Ryani menginjak kaki Leo kuat-kuat. Dengan seenak udelnya Leo mengatakan kalau pria itu kurang yakin dengan kewarasannya. Memang apa yang membuat Leo kurang yakin kalau dirinya adalah orang waras?! Memangnya ada orang gila secantik Ryani? Bukannya sombong, biarpun gadis itu hidup di lingkungan kumuh, memakai pakaian yang terkadang kurang bersih, tapi banyak yang mengatakan, kalau Ryani ini sangat cantik. Hanya saja ia tak pernah menyadari kecantikan yang tertutupi dengan penampilannya yang urakan. "Kamu?!" Leo menunjuk Ryani. Dan dengan gilanya juga, Ryani malah menggigit jari telunjuknya, membuat Leo menjerit. "Kamu ini bener-bener nggak sopan! Lihat aja, aku bakal aduin kelakuan kamu sama Mama. Dan kamu--" "Leo... Jona..." Itu suara Angela! Ini kesempatan Leo mengadukan kelakuan aneh-aneh baby sitter pilihannya. Baru semalam gadis itu tinggal di rumahnya, tetapi sudah membuat kekacauan yang luar biasa. Ini membuat Leo migrain! Kenapa Mamanya salah mencari baby sitter. Ini namanya, bukan mendapatkan baby sitter, tapi Mamanya berhasil mendapatkan seorang bodyguard! Lihat saja kelakuannya, benar-benar tak memperlihatkan sisi kelembutan seorang baby sitter. Ryani lebih pantas menjadi Satpam di rumahnya. "Ryani, Leo..." Panggil Angela ketika memasuki dapur. Leo hendak membuka suara, namun gadis itu rupanya cepat tanggap. Maka ditariknya tangan Leo, sedari tadi pria itu memegangi jari telunjuknya yang digigit Ryani. Angela mengernyit, kenapa pagi-pagi sudah melihat adegan pegangan tangan. Ini aneh! "Aduh, maaf Pak Leo. Saya nggak tahu kalau perangkap tikus kena jari Pak Leo. Sekali lagi saya minta maaf, saya akan obati," Pintar sekali Ryani ber-acting! Leo bergumam dalam batin. Sial. Dia kalah cepat dari gadis itu. Makinya lagi. Ryani menaik-turunkan alisnya, tatapannya begitu meledek Leo yang wajahnya sudah meradang menahan marah. "Tikus? Sejak kapan rumah sebesar ini ada tikus.." Angela bergumam heran. Pasalnya selama ini, ia tak pernah menemukan tikus di rumah Leo. Ryani memutar otak mencari alasan. "Ah, itu. Tadi saya lupa menutup pintu belakang dapur. Ada tikus masuk. Tapi sayangnya jebakan tikus-nya malah kena Pak Leo." Leo mendelik. "Ma, jangan--" "Pak Leo, mending saya obati sekarang, takutnya nanti bisa tambah bahaya lukanya," tanpa permisi Ryani malah menarik Leo meninggalkan Angela yang mematung di dapur. Angela berdecak. Kenapa kelakuan Ryani dan Leo tampak aneh? Ryani menarik Leo sampai di dekat tangga menuju kamar atas. Ryani menarik napas dalam-dalam, lalu ia keluarkan secara perlahan. Oke, sepertinya ia sudah keterlaluan pada majikannya ini. Bagaimana pun Leo adalah majikannya, tak seharusnya ia bersikap kurang ajar seperti tadi. "Sori.." Ryani menangkupkan kedua tangannya. Leo masih diam. Menunggu kegilaan apa lagi yang diciptakan gadis ini. Leo melipat kedua tangan di depan d**a, kenapa melihat gaya Leo seperti itu membuat Ryani tak berkedip. Ternyata benar, Leonard Alexander begitu tampan. Pantas saja gadis-gadis di luaran sana berlomba-lomba untuk mendapatkan hati seorang Leo. "Bukannya berniat kurang ajar, tapi aku--" "Kamu harus dihukum!" Cetus Leo garang. Ryani tak berkedip. Leo bukan hanya galak, tapi begitu tega. Kenapa kesalahannya yang hanya menggigit jari Leo, ia mendapatkan hukuman. Tapi sudahlah, toh Ryani memang salah. "Kamu menganiaya aku dua kali! Jadi kamu harus dihukum." "Oke, aku emang salah. Apapun hukumannya, aku bakal lakuin. Cus, bilang aja hukumannya apa, yang penting hukumannya masih dalam batas wajar." Oceh Ryani panjang lebar. "Sini, maju.." Leo menggerakan satu tangannya, memberi perintah agar Ryani lebih mendekat ke arahnya. Ryani meragu, kira-kira pria ini mau memberikan hukuman apa padanya? Kenapa mesti menyuruhnya lebih maju mendekat pada Leo. Ryani menurut, gadis itu mendekat ke arah Leo beberapa langkah. Tiba-tiba ia merasa seluruh tubuhnya merinding berdekatan dengan Leo. Aroma pria itu memabukan, membuatnya betah lama-lama untuk menikmati aroma wangi pria itu. "Tutup mata." Perintah Leo cepat. "Heh. Ngapain pake tutup mata? Ogah!" Ryani menolak. "Kamu mau tutup mata atau aku--" "Iya. Iya. Nih, aku tutup mata. Awas aja kalau macem-macem!" Leo menahan senyumnya, Ryani menutup kedua matanya rapat-rapat, ia sendiri penasaran apa yang akan dilakukan pria di depannya. Hukuman macam apa yang mengharuskan sang tersangka tutup mata. Kalau sampa Mr. Galak berbuat hal yang macam-macam, lihat aja. Bakal gue tendang bagian sensitifnya. Batin Ryani kejam. "Buruan. Katanya mau dihukum." Oceh Ryani lagi. Gadis itu benar-benar memejamkan matanya. Leo mencondongkan badannya, ditatapnya Ryani yang terlihat tegang. Pasti gadis gila ini berpikiran yang macam-macam tentang dirinya. Tubuh Ryani semakin menegang ketika dirasakannya tubuh Leo kian mendekat. Huuuuf Kedua mata Ryani terbuka lebar. Leo hanya meniup poninya, lantas mendorong kepalanya pelan. Ryani mencebikan bibirnya, ternyata ini yang dinamakan hukuman?! "Sori, aku nggak ada waktu ngeladenin cewek gila kaya kamu, lagipula aku masih mikirin hukuman yang cocok buat kamu." Ucap Leo pelan. Pria yang ia juluki sebagai Mr. Galak itu terkekeh pelan, lantas meninggalkan Ryani yang masih terbengong-bengong. Dasar cowok nggak jelas! Umpat Ryani.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD