4. Attractive Offer

1059 Words
“Tidak ada. Hanya kau, Sekretaris Gao.” Yushi mengangguk pelan dan bangkit dari tempat duduk, lalu menatap keenam teknisi itu datar. Ia melipat kedua tangannya di depan d**a sembari berpikir keras. Hingga tanpa sadar wanita itu melamun cukup lama, membuat para teknisi yang menatapnya kebingungan. “Sekretaris Gao!” panggil salah satu dari teknisi tersebut membuat Yushi tergagap. “A-ah, iya! Kalian coba sebisa mungkin, nanti akan aku kabari,” ucap Yushi sembari melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan para teknisi yang menggaruk kepalanya kebingungan. Namun, tidak urung membuat mereka langsung mengerjakan apa yang disuruh oleh wanita itu. Walaupun pada akhirnya tetap saja tidak akan mau menyala. Sementara di sisi lain, Yushi tengah berpikir keras sembari berjalan membuat tubuhnya tanpa sengaja menabrak Tong Xin yang sedang membawa beberapa berkas hasil kopian dari mesin foto kopi. “Dui bu qi, Xiao Tong Xin!” sesal Yushi langsung memunguti beberapa kertas yang berserakan, membuat Tong Xin ikut memungutinya. (Maafkan aku, Xin kecil) “Mei wen ti, Yushi jie. Ni zen me le?” (Tidak apa-apa, Kak Yushi. Kau kenapa?) Tong Xin menatap Yushi bingung sembari memeluk berkas yang sempat jatuh tadi. kemudian, matanya menelisik wajah Yushi yang terlihat lelah. “Ni bu yong dan xin. Wo jin tian gan jue bu shu fu.” Yushi berusaha tersenyum paksa menatap Tong Xian yang mengangguk beberapa kali sembari meringis pelan. “Oh ya, Xiao Tong Xin. Kemarin kau mengatakan bahwa hari ini ingin membawa teh jahe.” (Kamu jangan khawatir. Aku hanya tidak enak badan saja.) “Benar, Kak. Kau ingin aku bawakan?” “Boleh. Tolong taruh di mejaku, ya. Aku ingin ke ruang Presdir Zhang dulu.” “Baiklah, Yushi jie.” Setelah itu, Tong Xin melenggang pergi sembari berlari kecil ke arah ruangan Departemen Personalia dengan tersenyum lebar. Gadis kecil itu terlihat sangat menggemaskan dengan pakaian yang sangat pas di tubuhnya. Yushi yang melihat tingkah lucu Tong Xin pun tersenyum kecil, dan mulai melenggang pergi ke ruang Zhang Xiao Na untuk membicarakan masalah hari ini. Sebab, ini sudah sangat genting, kalau siaran langsung hari ini tidak ditayangkan sia-sia perjuangan mereka selama beberapa minggu ini hanya untuk menyiapkan hari besar dimana medan perang akan menentukan nasib mereka. Wanita berparas cantik dengan balutan pakaian formal itu mulai mengetuk ruangan Zhang Xiao Na pelan. Sepasang telinganya mendengar sahutan dari dalam, membuat ia langsung mendorong pintu besar tersebut dan melihat Zhang Xiao Na tengah berkutat dengan komputer di hadapannya. “Ada apa, Sekretaris Gao?” tanya Zhang Xiao Na tanpa mengalihkan perhatiannya. “Alat siaran langsung hari ini terjadi masalah, Presdir Zhang,” jawab Yushi pelan, membuat Zhang Xiao Na menghentikan jemarinya yang menarik-nari di atas tombol keyboard berwarna putih tersebut. “Apa maksudmu? Katakan!” Zhang Xiao Na mulai menatap sekretaris pribadinya serius. “Ada beberapa alat yang tiba-tiba mati total dan tidak bisa digunakan lagi. Alat cadangan yang telah dipersiapan jika ada kendala pun ikutan mati. Penyebabnya ditemukan komponen terbakar dan rusak secara misterius. Tidak ada yang tahu ini sabotase atau bukan. Akan tetapi, salah satu teknisi mengatakan kalau Direktur Zhao adalah orang terakhir yang masuk ke dalam sana, sebelumnya dinyatakan dipecat oleh Presdir Zhang,” tutur Yushi panjang lebar dengan nada tegas dan mantap. Zhang Xiao Na terdiam sejenak. Ia memikirkan cara agar siaran langsung ini tidak terlambat atau malah digagalkan dengan kekanak-kanakkan seperti ini. “Begini saja, kamu hubungi semua perusahaan yang mau menyewakan alat untuk kita. Karena kalau membelinya lagi pun belum tentu sempat.” “Tapi Presdir Zhang, resiko data kita dicuri itu sangat besar. Apalagi kalau sampai menyewa alat di perusahaan lain.” “Untuk sementara lakukanlah itu dulu daripada tidak ada cara lain. Dan untuk masalah data dicuri, pastikan sebelum kalian menghembalikannya. Tolong dibersihkan sampai benar-benar tidak ada data yang tertinggal.” “Baiklah, Presdir Zhang.” Yushi pun melenggang pergi berniat menghubungi beberapa perusahaan yang mau meminjamkan alat untuk mereka. Sedangkan Zhang Xiao Na yang baru saja mendapat kabar buruk itu langsung menghela napas panjang. Tubuhnya begitu lelah, sebab beberapa saat yang lalu baru saja turun dari pesawat dan memutuskan untuk kembali ke perusahaan. Padahal delay menghampiri dirinya, membuat ia sedikit tidak enak badan. Dan perasaan itu pun tidak hanya Zhang Xiao Na saja yang merasakannya, melainkan Yushi juga sama. Wanita itu terlihat memijat pelipisnya pelan sembari menghirup aroma jahe yang masih panas pemberian dari Tong Xin. Namun, pikiran Yushi bukanlah mengarah pada kesehatannya, melaikan jemarinya terus bergerak menghubungi perusahaan yang bersedia menyewakan alatnya kepada mereka. Akan tetapi, tidak ada satu pun dari perusahaan itu mau, malah mereka menolaknya mentah-mentah, dan mengatakan bahwa Zhang Xiao Na kekurangan uang sampai tidak mampu membelinya lagi. Lama kelamaan pun Yushi kesal sendiri akibat perkataan mereka, membuat wanita itu tanpa sadar membanting ponselnya sendiri di atas meja. Sontak perbuatan itu mengundang tatapan mata dari para karyawan yang menatapnya takut-takut, lalu bergegas kembali ke meja menghindari Yushi yang terlihat sangat kesal. “Dasar babi kurap! Xiao Na membutuhkan bantuan malah kalian bertingkah seperti ini. Awas saja kalau sampai meminta belas kasihan Xiao Na. Aku, Yushi, tidak akan membiarkan kalian hidup tenang,” gumam Yushi tersenyum miring. Akan tetapi, sebuah telepon masuk membuat wanita itu langsung melihat nama si penelepon. Sayangnya, itu adalah nomor telepon baru dan tidak ada di dalam daftar kontak ataupun kolega Zhang Xiao Na. Ragu-ragu Yushi menjawab telepon tersebut, “Wei, ni hao!” “Ni hao! Aku dengar perusahaan kau membutuhkan alat untuk siaran langsung?” “Iya, benar. Ni shi shui?” (Kamu siapa?) “Aku dari perusahaan LX Group menawarkan beberapa alat untuk kalian. Tidak usah disewa, kalian bisa membelinya langsung.” “LX Group bukannya ....” “Tenang saja. Perusahaan kita memang bergerak di bidang otomotif, tetapi belum tentu kita tidak mempunyai alat untuk internet, bukan? Lagi pula perusahaan kau sudah menjadi internet langganan kita. Jadi, jangan sungkan untuk menerima tawaran langka ini.” Sejenak Yushi memikirkan perkataan lelaki itu. Memang ada benarnya, tetapi ia cukup waspada. Meskipun itu bukanlah perusahaan saingan dari N&N, namun tetap saja yang namanya peretas selalu beredar. “Bagaimana kalau disewakan saja?” tanya Yushi mulai menegoisasi. Semangatnya mulai berkobar kembali, dan ia juga menegakkan tubuhnya sembari terus mencatat perkataan lelaki itu yang sempat dirinya ingat. “Tidak perlu. Lagi pula di sini juga memang tidak terpakai, jadi untuk apa disewakan. Hitung-hitung penghematan uang,” jawab lelaki itu yang terus bersikeras memaksa Yushi untuk membelinya. Yushi memang mempunyai cukup uang kalau untuk membeli tiga buah alat itu. Akan tetapi, ia meragukan sistem keamanan membeli dari perusahaan lain. Ia takut kalau di sana diletakkan benda yang tidak diinginkan. Terlebih perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam internet cukup besar. “Jadi, bagaimana?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD