3. Sabotage

1126 Words
“Kau sangat hebat, Presdir Zhang!” puji Yushi dengan mata berbinar-binar, membuat Xiao Na menatap sekretarisnya itu datar. “Apa kau sedang menanggur, Yushi?” tanya Xiao Na menatap Yushi lembut. Sedangkan Yushi yang awalnya tersenyum pun mulai luntur dan kembali memasang wajah seriusnya, membuat Xiao Na mengangguk singkat dan menunjuk pintu ruangan dengan dagu runcingnya. Sementara itu, Yushi langsung bergegas keluar dari ruangan Zhang Xiao Na sembari membawa surat pengunduran diri Direktur Zhao dan sebuah ipad yang menjadi bukti kalau karyawan itu telah melakukan kesalahan. Namun, saat Yushi hendak membalikkan tubuhnya, tiba-tiba ia terkejut melihat Zhang Xiao Wei berdiri tepat di belakangnya sembari tersenyum singkat. Dan tanpa pikir panjang Yushi langsung menundukkan tubuhnya di hadapan lelaki tampan nan gagah itu. Akan tetapi, siapa sangka kalau dari perbuatannya itu, dirinya malah hampir saja terjatuh ke depan. Sebab, bokongnya menghantam pintu ruangan Zhang Xiao Na yang tertutup rapat, membuat Zhang Xiao Wei kembali tersenyum. “Presdir Zhang,” sapa Yushi sembari meringis pelan memprihatikan nasib bokongnya yang terbentur. “Xiao Xin, Yushi. Xiao Na ada di dalam?” tanya Zhang Xiao Wei menatap Yushi yang masih menunduk. (Hati-hati, Yushi.) “Tenang saja. Presdir Zhang ada di dalam,” jawab Yushi perlahan menegakkan tubuhnya. Zhang Xiao Wei mengangguk singkat, lalu melangkah memasuki ruangan adiknya. Meninggalkan Yushi yang terdiam menatap dirinya masuk. Setelah itu, Yushi langsung kembali ke tempat duduknya sembari mengusap-usap bokongnya yang terada berdenyut. Karena tadi ia sempat membentur pintu lumayan keras, bahkan sampai pintu tersebut tergerak akibat ulahnya. Bisa dipastikan Xiao Na yang berada di dalam mungkin terkejut. “Yushi, kau kenapa? Sepertinya kau terlihat tidak enak badan,” tanya salah satu karyawan yang datang ke meja wanita itu, lalu meletakkan beberapa map. “Tadi aku tidak sengaja membentur pintu Xiao Na. Untung saja yang mengetahui itu Pewaris Zhang. Kalau tidak, mungkin aku akan terkena omelan hari ini,” jawab Yushi menyandarkan tubuhnya lelah, lalu menatap Tong Xin dengan alis terangkat. “Map apa itu?” Tong Xian langsung membuka map yang ada di atas meja, lalu memperlihatkan beberapa CV dari pelamar dan menunjuk beberapa map lainnya yang harus ia tandatangani. “Ini adalah CV pelamar yang kau minta kemarin. Aku sudah menyeleksinya sesuai kriteria perusahaan. Kebetulan sekali hanya tiga orang dari lima puluh orang pelamar kemarin. Dan aku sudah menghubungi mereka melalui email,” jawab Tong Xin. Yushi menegakkan tubuhnya dan mulai membaca satu per satu CV yang ada di hadapannya, dua lelaki satu perempuan. Tidak buruk. Mereka semua lulusan dari universitas ternama di China, dan satu orang lainnya dari Korea Selatan. “Kalau dilihat dari segi ekonomi, CV dari Korea Selatan ini cukup menarik. Dia sama sekali tidak memperlihatkan gaji yang diinginkan, hanya melamar dengan pendidikan cukup bagus. Aku yakin, dia tergolong orang kaya,” ucap Tong Xin membuat Yushi mengangguk menyetujui. “Dia juga cukup tampan,” balas Yushi menambahkan perkataan Tong Xin, tetapi ia terburu-buru sadar akan perkataannya. “Ah, aku ingin mereka semua datang ke sini besok pagi.” Tong Xin mengernyit bingung, tetapi tidak urung membuat gadis kecil itu mengangguk menuruti ucapan Yushi. Ia terlihat membalikkan tubuh sembari mengerutkan keningnya dan memiringkan kepalanya, lalu mulai melangkah menjauhi meja Yushi. Sepeninggalnya Tong Xin, Yushi pun kembali menghela napas panjang. Ia benar-benar lelah hari, terlebih baru saja memecat posisi tertinggi di perusahaan. Kini Depatemen Teknologi benar-benar tidak memiliki pemimpin, membuat dirinya harus turun tangan memantau kondisi di sana. Terlebih siang ini mereka harus melakukan siaran langsung, hal yang membuat batinnya terus merasakan cemas. Entah kenapa hari ini kepalanya mulai berdenyut sakit, membuat Yushi memegang dahinya sembari menunduk menopang di atas meja. Namun, ia mendengar suara langkah kaki mendekat, membuat wanita itu kembali menegakkan tubuhnya dan menatap salah satu karyawan teknologi yang datang menghampiri dirinya. “Ada apa?” tanya Yushi berusaha bersikap baik-baik saja. “Sekretaris Yushi, kau harus datang ke ruang alat sekarang!” jawab karyawan itu terdengar memerintah, membuat Yushi langsung mendelik. Namun, karyawan itu buru-buru menyadari nadanya yang terdengar meninggi langsung meralat, “Bukan. Sekretaris Yushi, di sana terlibat pertengkaran akibat alat kami yang tiba-tiba rusak. Padahal siang ini kita harus melakukan siaran. Kita harus bagaimana?” Yushi berpikir sejenak, lalu bangkit dari tempat duduknya. “Bawa aku ke sana.” Karyawan itu mengangguk dan mempersilakan Yushi untuk jalan terlebih dahulu sembari mengalungi name tag yang sejak tadi tergeletak di atas meja, lalu melenggang pergi dengan langkah yang cukup lebar. Bahkan high heels-nya membentur cukup keras, membuat suara langkah kaki yang terdengar buru-buru. Percayalah, perjalanan dari ruang presiden direktur ke ruang alat itu cukup jauh, membuat kaki Yushi terasa sedikit kaku sehingga ia memperlambat langkahnya. “Apa kau sudah memeriksa alat lainnya?” tanya Yushi tanpa menghentikan langkah. “Sudah, dan hanya ketiga alat itu saja yang tiba-tiba rusak hari ini. Padahal kita baru saja membelinya beberapa bulan lalu,” jawab karyawan itu membuat Yushi tiba-tiba terlintas satu nama, Direktur Zhao. “Apakah di sana ada orang yang memasuki ruangan selain teknisi?” tanya Yushi lagi. “Tidak ada. Tapi, pagi ini tiba-tiba Direktur Zhao meminta untuk masuk,” jawab karyawan itu membuat langkah kaki Yushi spontan terhenti. “Apa kau yakin ini perbuatan Direktur Zhao?” Yushi menatap karyawan itu serius. Sebab, ini sudah menyangkut dengan hal sabotase perusahaan. Kalau seperti ini caranya, ia memang harus membawa hal ini ke jalur yang akurat, yaitu hukum. “Aku tidak yakin, Sekretaris Yushi. Tapi, aku bisa meyakinkan kau kalau pagi ini Direktur Zhao masuk ke dalam ruangan,” balas karyawan itu sembari menempelkan sebuah kartu pada pintu kaca yang menampilkan beberapa karyawan lainnya. Kedatangan Yushi membuat mereka yang pada awalnya sibuk memperhatian mesin mulai berdiri dan menundukkan tubuhnya sembari menyapa, “Sekretaris Yushi!” “Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Yushi tegas. Ia menatap satu per satu orang yang berbaris rapi di hadapannya, lalu melirik sekilas pada komputer. “Sepertinya kita benar-benar tidak melakukan siaran langsung siang ini, Sekretaris Yushi,” jawab salah satu dari mereka membuat Yushi mendelik tidak percaya. “Kenapa?” “Pelaratan cadangan kita tiba-tiba mati total. Padahal kemarin sudah dipastikan tidak ada kendala apapun. Akan tetapi, pada saat kita hendak memasangkan kabel dan mengoperasikannya alat itu mati total. Sudah kita bongkar, dan ada beberapa komponen terbakar dan rusak,” jawab karyawan berkacamata sembari memperlihatkan komponen terbakar dan dirusak, walaupun ia sendiri tidak yakin kalau itu disengaja. Yushi mengambil komponen tersebut dan melihatnya dengan seksama. Walaupun ia tidak terlalu mengerti soal IT, tetapi ia cukup memahami hal yang dirusak atau pun rusak. Dan sekarang, ia sendiri menjadi tidak yakin kalau ini adalah sabotase dari Direktur Zhao yang tidak terima saat dipecat oleh Xiao Na. Akan tetapi, tidak ingin curiga pun semua bukti mengarah pada lelaki itu, membuat ia sendiri tidak percaya. “Siapa saja yang tahu permasalahan ini?” tanya Yushi serius.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD