Chapter 50 : Terjadi Lagi III

1028 Words
Gu berhenti tertawa, memasang wajah serius dan menatap tajam ke depan, di mana Parvis berdiri dengan tenang menatap dirinya. Siluman itu kemudian mengayunkan palu besarnya beberapa kali, lalu melesat cepat ke depan. Tanpa tanda apa pun, siluman tersebut melompat tinggi, memukulkan palu besarnya dari atas ke bawah. Sama seperti sebelumnya, Parvis bergerak cepat jauh ke depan, menghindari pukulan palu si siluman. Akan tetapi, siluman tadi malah melayang di udara, kemudian menembakkan begitu banyak peluru angin dari mulutnya. Mau tak mau, Parvis didesak untuk menghindari setiap peluru angin yang datang ke arahnya. Di saat seperti itu, Gu kembali melesat cepat, hendak memberikan serangan kejutan pada Parvis. Refleks, Parvis seketika melompat begitu tinggi, menyerang balik menggunakan sambaran petir yang keluar dari tangannya. Sama seperti Parvis sebelumnya, kini Gu yang dipaksa untuk menghindari setiap serangan yang Parvis arahkan padanya. Serangan Parvis tidak kunjung berhenti, memang sengaja untuk membuat Gu terus bergerak menjauh. Sembari terus menyerang dengan sambaran petir, Parvis tidak lupa mengamati gerakan demi gerakan yang dilakukan oleh Gu. Dari apa yang terlihat sekarang, Gu tampaknya bisa menggunakan jurus berbasis angin, yang itu artinya, Parvis sedikit dirugikan dalam keadaan ini. Namun, meski mengetahui kenyataan itu, tetap saja Parvis tidak mau menyerah begitu saja. Dalam kecepatan tinggi, mendadak saja Gu melesat cepat ke arah Parvis. Parvis yang sudah bersiap, segera menangkis pukulan palu besar Gu menggunakan kapaknya. Ia benar-benar tidak mau semua usahanya berakhir sekarang, karena masih ada banyak manusia yang harus ia selamatkan dari kekejaman para siluman. “Aku tidak akan kalah!” seru Parvis, lantang. “Berisik!” Tanpa mau mengapresiasi sedikit pun semangat Parvis yang membara, Gu segera menyerang Parvis dengan pukulan yang jauh lebih kuat dari berbagai arah. Mereka berdua pun lantas mempertahankan posisi masing-masing, menyerang dan menangkis setiap serangan yang datang. Dalam jarak jauh, sudah terlihat jelas kalau keduanya sangat berambisi, tetapi berambisi pada dua hal yang berbeda satu dengan yang lainnya. *** Cukup lama sudah pertarungan mereka berdua berlangsung, kini Parvis berdiri dengan napas yang terengah, masih menggenggam erat kapak di tangan kanannya. Ia tidak menyangka kalau dirinya akan bertemu dengan lawan yang cukup tangguh sekarang ini. Masih belum menyerah dengan keadaan, Parvis melesat ke depan, menebaskan kapaknya secara vertikal. Gu bereaksi, hendak menangkis tebasan kapan tersebut. Parvis tidak mau serangannya ditahan, segera berpindah ke belakang Gu, hendak menusukkan kapaknya seperti sedang menusukkan tombak pada lawan. Tidak beruntungnya, Gu malah berputar dengan cepat, berniat menghantam tubuh kecil Parvis menggunakan palu besarnya. Parvis lantas melompat tinggi ke atas, mengumpulkan ‘Mana’ cukup banyak di kapaknya, lalu menebaskan kapak tersebut ke bawah, tepat ke arah Gu. Sudah tahu akan ada serangan mendadak, Gu tanpa ragu mengumpulkan ‘Mana’ ke palunya, menghantam sambaran petir yang begitu kuat dari kapak Parvis. Memanfaatkan sedikit waktu, Parvis menyelinap ke belakang Gu sekali lagi, tetapi kali ini gelombang angin kuat yang berasal dari tubuh Gu, segera menghempaskan tubuh Parvis cukup jauh, hingga menabrak pagar kayu. Tak cukup hanya sampai di sana, Gu segera berbalik, melesat cepat hendak menghajar Parvis dengan palu besarnya. Beruntungnya Parvis segera bangkit dan melompat tinggi hingga membuat serangan Gu meleset. *** Sementara itu, di gerbang utara, para penduduk sudah bersiap pergi meninggalkan desa ini sekarang. Namun, belum sempat mereka melewati gerbang selatan, mendadak saja mereka melangkah mundur, tidak berani berjalan melewati gerbang yang kini sudah ditutupi oleh satu pasukan siluman yang dipimpin oleh siluman tinggi bersenjatakan cambuk panjang. Siluman itu tanpa ragu langsung memberikan sebuah perintah, “Serang mereka semua, jangan sisakan satu pun hidup!” “Ha!!!” Para siluman langsung bersorak dan segera bergerak menyerang para manusia yang ada di depan mereka. “Tolong! Lari!” Warga yang panik seketika berlarian ke sana kemari ketika para siluman menyerang mereka tanpa ragu sedikit pun. Tidak memerlukan waktu yang lama, bagian utara sudah berhasil dibereskan oleh siluman bercambuk, bersama dengan pasukan silumannya. Kendati begitu, tujuan mereka adalah menyapu rata desa yang telah mereka kepung dari berbagai arah sehingga tak ada korban selamat lagi setelah ini. *** Kala Parvis berhenti sejenak usai beradu senjata dengan Gu, mendadak saja telinganya menangkap suara ledakan yang cukuo besar. Bukan hanya itu, ia bahkan bisa mendengar suara jeritan para penduduk yang disiksa oleh sekelompok siluman. Perlahan, Parvis memalingkan pandangan ke arah utara. Bertapa terkejutnya ia melihat ketika api mulai membakar rumah warga yang ada di bagian utara itu. Tidak cukup sampai di sana, ia juga dapat melihat warga yang berlari ke arahnya, karena dikejar oleh sekawanan siluman. “Jangan alihkan perhatianmu ke tempat lain!” Gu langsung melompat tinggi, hendak memukul Parvis secara vertikal lagi. “Kita sedang ada dalam sebuah pertarungan, jadi jangan pedulikan hal lain! Serang!” Refleks saja Parvis menghindar ke samping menghindari serangan cepat dari Gu. Sementara itu, para siluman yang tadi diam, kini bergegas menyerbu perumahan warga usai mendengar perintah dari Gu. “Kalian semua! Matilah!” Parvis mengalirkan ‘Mana’ di telapak kaki kanannya, kemudian ia menumbuk tanah menggunakan kakinya tersebut, hingga membuat sebuah gelombang kejut dari listrik yang langsung membuat para siluman terpelanting begitu jauh. “Hia!!!” Gu kembali menyerang. Tidak mau lagi bersantai, Parvis melapisi kapaknya dengan petir, menangkis pukulan palu besar Gu, kemudian meluncurkan satu pukulan keras ke tubuh Gu. Lagi dan lagi, Gu berhasil menahan pukulan Parvis menggunakan pelindung angin. Namun, kali ini Parvis mengambil satu langkah ke belakang, kemudian tanpa ragu menebaskan kapaknya secara vertikal. Gelombang angin yang begitu kuat, seketika tercipta kala pelindung angin Gu dan tebasan kapak Parvis yang kuat, saling berbenturan. Sudah berbeda dari sebelumnya, Parvis seketika melesat ke belakang Gu, meluncurkan satu sambaran petir hebar yang segera membuat Gu terpental jauh ke depan. Sesudah membuat Gu terpental, Parvis langsung menyerang para siluman yang hendak bangkit kembali setelah terpental karena gelombang listriknya yang mengejutkan. Tanpa ada empati sedikit pun, Parvis langsung membantai setiap siluman yang berdekatan dengannya. Tak lama berselang, Gu kembali melesat, hendak menghajar Parvis. Kali ini, Parvis yang menahan pukulan palu besar Gu menggunakan pelindung petir yang ia miliki. Bahkan tidak hanya sampai di sana, Parvis malah meluncurkan satu pukulan keras menggunakan tangan kirinya, tetapi berhasil ditahan oleh Gu. Sesuai dengan prediksinya, tanpa menunggu lagi, Parvis langsung menyerang Gu dengan kapaknya, hingga membuat Gu tidak sempat membuat pelindung, lalu terpelanting begitu jauh akibat terkena sengatan petir Parvis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD