Chapter 49 : Terjadi Lagi II

1083 Words
Kali ini, Parvis dan Gu menjaga jarak satu sama lain. Keduanya terlihat begitu serius memerhatikan satu sama lain, sedangkan pasukan siluman yang dibawa oleh Gu, masih belum juga bergerak karena menunggu dari perintah dari Gu terlebih dahulu sebelum melakukan sebuah p*********n. Para siluman ini tahu kalau Gu sangat tidak mau ada pasukan yang bergerak tanpa ada komando langsung darinya. “Sepertinya gerakanmu lumayan juga, manusia. Sudah berapa lama kau berlatih menggunakan kapakmu itu?” tanya Gu, seperti hendak mengalihkan perhatian terlebih dahulu. Berhubung dirinya memerlukan sedikit waktu lagi, tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Parvis mengikuti saja keinginan Gu untuk mengobrol sebelum memulai pertarungan sekali lagi. “Aku tidak begitu mahir menggunakan ini, tapi aku rasa aku sudah cukup lama berlatih dengan senjataku sekarang. Bagaimana denganmu?” “Kau sudah melihat sendiri bagaimana aku menggunakan paluku. Sudah jelas aku telah melatih jurusku hingga bertahun-tahun lamanya. Karena itulah, kau yang masih amatiran itu tidak mungkin dapat mengalahkan aku!” “Kau terlalu memandang tinggi dirimu. Ingatlah, di atas bumi masih ada langit! Jangan lupa kalau kau hanya satu dari sekian banyak kehidupan di bumi ini, siluman besar!” “Panggil aku Gu, wahai anak manusia!” Gu menghentikan kata-katanya sejenak, kemudian melanjutkan. “Memang benar di atas bumi ada langit, tetapi sekarang aku adalah langit dan kau adalah bumi, itu artinya aku ada di atasmu! Hahaha!” “Simpan sombongmu baik-baik ....” Secepat mungkin, Parvis melesat ke depan, menebaskan kapaknya dari segala arah, mencoba untuk mendesak Gu. Akan tetapi, semua serangan Parvis dapat ditahan oleh Gu dengan cukup mudah. Hal itu membuat Parvis sedikit kesal, tetapi terus menyerang tanpa kenal menyerah. “Ayo, tunjukkan jurus terbaikmu padaku, anak manusia! Lagi, lagi, lagi, jangan pernah berhenti! Tunjukkan lagi sampai kau tidak dapat menunjukkan apa-apa lagi! Ayo, tunjukkan semuanya padaku!” Gu benar-benar meremehkan kemampuan bertarung Parvis. Melihat keadaan itu, tanpa ragu Parvis melompat tinggi, kemudian menebaskan kapaknya dari atas ke bawah usai mengalirkan ‘Mana’ yang langsung berubah menjadi listrik di sekujur mata kapaknya itu. Bukannya terkejut, Gu malah tersenyum tipis, menahan tebasan kapak Parvis yang jauh lebih kuat dari sebelumnya. Parvis lantas tersentak, terkejut mengetahui kalau ada siluman yang mengatahui dirinya bisa menggunakan ‘Mana’. Ia sangat yakin, selain warga desa dan Kenzie berserta kelompoknya, tidak ada yang tahu kalau Parvis bisa menggunakan ‘Mana’, terlebih para siluman. Sesuatu seperti ini membuat Parvis tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. “Jangan terkejut begitu ...,” ucap Gu. “Kami sudah tahu kalau kau bisa menggunakan ‘Mana’, wahai manusia kapak!” Parvis menggertakkan gigi, tidak menyangka kalau kemampuannya telah diketahui. “Dari mana kau mengetahui itu? Katakan!” Gu hanya mengangkat bahunya sejenak, menjawab dengan tak acuh, “Entahlah. Siapa yang tahu kami mengetahuinya dari mana. Tapi yang jelas, kami tahu kekuatan yang kau sembunyikan itu, manusia.” “Siluman sialan. Sepertinya kau memang tidak ingin hidup lagi!” Dalam sekejap mata, Parvis telah menyelimuti dirinya dengan jirah petir. “Kalau begitu, biarkan aku mengantarkan kalian ke tempat peristirahatan terkahir kalian!” Tidak takut sedikit pun, Gu malah melompat-lompat kecil sembari mengayunkan palu besarnya. “Lakukan saja bila kau memang sanggup melakukannya, anak muda. Aku akan menunggumu membuktikan itu dengan mengalahkan aku di sini ....” Ucapannya terjeda. “Tapi, kau tentu tahu akibatnya kalau kau tidak dapat menang dariku, kan? Hahaha!” “Sayangnya, aku tidak mengenal apa itu kekalahan! Jadi, aku tidak ingin tahu apa yang terjadi kalau aku kalah!” “Lihatlah sekarang, siapa yang seharusnya menyimpan sombongnya baik-baik. Sekarang ingatlah perumpamaanmu tadi, di atas bumi masih ada langit!” “Tapi sekarang aku adalah langit dan kau bumi. Itu artinya, aku lebih tinggi dari pada dirimu sekarang!” “Baiklah, mari kita lihat sampai kapan kau dapat bertahan dalam melawan serangan-seranganku!” Gu memperkokoh kuda-kudanya, menghunuskan palunya ke depan, lalu melesat cepat, melompat, hendak memukul Parvis dari atas ke bawah. Mengandalkan gerakannya yang cepat, Parvis berpindah langsung di belakang Gu, menebaskan kapaknya secara horizontal. Sayangnya, Gu sadar akan serangan mendadak itu dan langsung saja berbalik sembari mengubah arah pukulan palu besarnya. Namun, sekali lagi Parvis bergerak cepat ke belakang Gu, kembali menebaskan kapaknya secara horizontal. Kali ini, Gu sudah tak dapat menghindar dan akhirnya terkena tebasan kapak Parvis. Meski begitu, Gu terlihat tersenyum tipis, karena kapak Parvis hanya mengenai jirah besi yang sengaja dia sembunyikan di balik pakaian. Gu dan Parvis mendarat, saling menatap dalam jarak yang cukup jauh. Lagi-lagi, Parvis merasa dirinya telah dipermainkan oleh Gu, sebab acap kali Gu mengejutkan dirinya dengan kejutan-kejutan yang sangat tidak terduga. Akan tetapi, mau bagaimana pun ia mengeluh, tetap saja ia harus menerima kenyataan kalau Gu memang cerdas dan memiliki banyak persiapan sebelum memulai pertarungan. “Ternyata kau masih menyimpan senjata rahasia di balik pakaianmu itu, pantas saja kau santai-santai saja menghadapi setiap serangan yang aku luncurkan,” ucap Parvis, sengaja untuk mengambil sedikit waktu agar dirinya dapat lebih mengamati lawannya sekarang ini. “Bagaimana, manusia? Apakah kau akan menyerah sekarang setelah melihat semua kejutan yang sudah kusiapkan untukmu? Kalau kau memang sudah tak mau bertarung, katakan saja dengan jujur, maka aku akan mengambil kemenangan ini dengan mudah tanpa perlu bersusah payah lagi ....” “Kau tidak beruntung karena aku bukan manusia yang mudah menyerah.” Selama berbicara, Parvis mengamati Gu, mencari kejutan apa lagi yang sudah disiapkan oleh siluman itu untuk dirinya. “Dan lagi, aku yang akan mengambil kemenangan hari ini atas dirimu itu, wahai siluman!” “Jaga mulutmu itu, binatang liar! Panggil kami siluman agung, penguasa dunia yang tidak ada duanya! Jangan kira kalian para manusia, setara dengan kami para siluman agung ini!” “Aku juga tidak menganggap kalau kita ini setara. Sayangnya, aku malah menganggap kalau kita memang sangat jauh berbeda dan tidak dapat disamakan!” Sejenak, dengan sengaja Parvis menjeda kalimatnya selama beberapa saat. “Karena manusia, makhluk yang memiliki akal budi, tidak dapat disamakan dengan makhluk tanpa akal budi seperti siluman seperti kalian ini.” Tidak langsung mengamuk, Gu malah tertawa kecil, melihat kepercayaan diri Parvis yang begitu tinggi, membuatnya merasa geli dan ingin tertawa sekencang mungkin. “Kau memang sangat cocok menjadi seorang penghibur. Kau dengan mudahnya membuatku tertawa dengan semua ocehan omong kosongmu tadi itu. Hahaha! Aku bahkan sampai bertanya-tanya, sampai kapan kau akan bermimpi dan bangun dari tidur panjangmu itu, manusia.” “Aku mengatakan fakta yang memang sebuah kenyataan, tidak bisa kau bantah dengan apa pun. Derajat kita memang sangat jauh berbeda, siluman.” “Baiklah, terserah padamu saja ....”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD