Chapter 48 : Terjadi Lagi

1035 Words
Cukup lama waktu berlalu setelah Kenzie dan teman-temannya pergi meninggalkan desa. Seperti biasanya, hari ini Parvis kembali berkeliling desa hanya untuk menyapa para penduduk. Sesekali ia juga membantu pekerjaan para penduduk, meski kemudian ia disuruh beristirahat saja oleh warga setempat karena merasa telah berhutang budi pada Parvis. Berjalan beberapa langkah, Parvis lantas menghentikan langkah, lalu bercakap-cakap dengan beberapa orang yang sedang berkumpul. Apa yang mereka bicarakan hanyalah tentang apa yang akan mereka kerjakan hari ini, dan Parvis memberikan sebuah saran pada mereka. Berhubung hari ini kebetulan adalah sebuah hari yang istimewa, yakni hari di mana para warga panen, maka Parvis menyarankan untuk mengadakan sebuah pesta di malam hari. Saran yang Parvis berikan memang sebuah saran klasik yang sudah sangat sering didengar oleh warga, tetapi Parvis mengerti kalau tanpa ada arahan dari dirinya, para penduduk ini pasti tidak mau mengadakan pesta setiap musim panen. Parvis mengerti kalau para penduduk ingin lebih berhemat, karena itulah Parvis selalu mendorong mereka untuk tidak terlalu pelit untuk diri mereka sendiri, bukan orang lain. Sesuai dengan saran Parvis, para penduduk pun segera pergi untuk mempersiapkan pesta malam nanti. Mereka tampak sangat senang ketika mendengar pesta. Namun, yang paling senang melihat situasi seperti sekarang tidak lain adalah Parvis sendiri. Usai memberikan pengarahan pada warga, Parvis kembali berkeliling, hingga akhirnya ia tiba di gerbang selatan. Di sini, sejenak ia berhenti kemudian memerhatikan sekitar. Tidak tahu mengapa, ia sekarang mendapatkan sebuah firasat buruk, tetapi ia tak tahu apakah firasatnya itu benar atau salah. “Lupakan saja, mungkin aku hanya terlalu banyak berpikir!” Parvis menggelengkan kepala, lalu kembali berjalan. Tidak memiliki tempat yang ingin dikunjungi lagi, Parvis pun segera pulang ke rumahnya. Sebelum masuk ke dalam, sekali lagi ia berhenti, menoleh ke belakang karena merasakan sesuatu yang aneh lagi. Kali ini, ia menjadi khawatir dan segera berlari menuju gerbang utara. Ia melakukan ini karena ia sudah tak bisa lagi mengabaikan firasat buruk yang terus datang padanya. Tiba di gerbang bagian utara, Parvis segera menerawang sekitar, memastikan ada atau tidaknya jejak dari keberadaan ‘musuh’ kali ini. Namun, apa yang dilihat oleh kedua bola matanya hanya sebuah daerah yang kosong, tanpa ada petunjuk mengenai apa pun. Situasi seperti ini benar-benar membuat Parvis bingung, sebab ia baru pertama kali merasakan seperti ini. “Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kenapa firasatku mengatakan akan terjadi hal buruk? Tapi apa dan di mana itu akan terjadi?!” Tanpa berlama-lama lagi, Parvis lantas melesat cepat menuju gerbang selatan. Warga yang melihat Parvis lari terburu-buru, menjadi sedikit terkejut, karena tidak biasa melihat Parvis yang seperti ini. Mereka pun mulai bertanya-tanya satu sama lain, menebak kenapa Parvis terlihat sedang sangat terburu-buru sekarang ini. Akan tetapi, mereka tidak dapat mengetahui secara pasti jawaban dari pertanyaan yang telah mereka lemparkan tadi. Untuk menenangkan hati mereka masing-masing, para penduduk meyakinkan diri kalau Parvis pasti baik-baik saja dan sedang berolahraga sekarang. Tentu mereka sangat sadar ada sesuatu yang berbeda, tetapi agar tidak panik, mereka terpaksa haru berbohong pada diri mereka sendiri. Pemikiran seperti itu langsung membuat warga tidak lagi bertanya-tanya, kembali mengerjakan rutinitas mereka seperti biasa. *** Berlari sekuat tenaga, akhirnya Parvis tiba di gerbang selatan. Kali ini, terlihat beberapa warga mendekat ke arah Parvis, karena khawatir usai melihat tindakan Parvis yang jauh berbeda dari biasanya. Para penduduk itu tidak langsung bertanya pada Parvis tentang apa yang sebenarnya terjadi, tetapi menutup mulut terlebih dahulu, menunggu waktu yang tepat untuk mulai berbicara pada pelindung mereka. Melihat situasinya sudah tepat, seorang pria bertubuh kekar segera bertanya pada Parvis, “Tuan, tolong jelaskan kepada kami, apa yang tengah terjadi sebenarnya? Anda bertindak sangat aneh, jadi kami pikir mungkin terjadi sesuatu hal. Bisakah Anda memberitahu kami apa itu?” Parvis melirik pria itu sejenak, kemudian kembali menatap lurus ke depan, ke luar gerbang selatan. “Aku tidak tahu, tapi firasatku mengatakan hal buruk akan terjadi. Untuk itu, tolong hentikan semua aktivitas warga sekarang dan mulai evakuasi, bersembunyi di luar desa! Cepat laksanakan!” Tanpa basa-basi lagi, segera Parvis menurunkan sebuah perintah. “Siap, laksanakan, Tuan!” Para penduduk yang tadinya berkumpul, kini segera bergerak pergi untuk melaksanakan perintah yang telah diberikan pada mereka. Sementara itu, Parvis sendiri masih berdiri dengan tenang, menunggu apa yang sebenarnya ingin dikatakan firasatnya pada dirinya. Ia tahu kalau firasatnya belum tentu benar, tetapi demi menenangkan diri, ia harus memastikannya dengan kedua bola mata sendiri, kalau firasatnya salah. “Cih! Kuharap firasatku sedang bercanda sekarang!” Parvis menarik kapaknya, masih menatap tajam ke depan kala angin berembus cukup kuat, membuat pakaian yang dikenakan Parvis sedikit berkibar. “Siapa pun itu, tolong kabulkan keinginanku saat ini!” Sangat jelas kalau Parvis benar-benar mengharapkan kalau firasatnya salah. “Maaf, tapi sepertinya tidak ada yang mau mengabulkan keinginanmu itu ....” Mendadak saja Parvis membentuk kuda-kuda kokoh kala melihat satu siluman bertubuh kekar, berkata padanya, sembari membawa pasukan siluman. Siluman bertubuh kekar itu lantas menghentikan langkahnya serta langkah pasukan di belakangnya juga, kemudian menarik palu besar di punggungnya. “Tampaknya nasibku sedang tidak bagus sekarang,” gumam Parvis, pelan, memerhatikan dengan saksama siluman di hadapannya. “Haha! Jangan berkata begitu, kau harusnya senang dapat bertemu denganku—Gu, salah satu komandan siluman yang cukup terkenal!” kata siluman yang memperkenalkan diri sebagai Gu itu. “Itu artinya, nasibmu sedang bagus, bukan sedang buruk. Apa kau mengerti?!” Parvis mengambil ancang-ancang untuk menyerang. “Mana mungkin aku mengerti dengan jalan pikiranmu itu!” Langsung saja Parvis melesat ke depan, menebaskan kapaknya secara horizontal, dari kanan ke kiri. “Lagi pula aku tidak memiliki niat untuk membiarkanmu begitu saja!” Gu malah tersenyum tipis, lalu menangkis tebasan kapak Parvis menggunakan palu besarnya. “Lucu sekali! Semut kecil sepertimu mana mungkin sanggup mengalahkan siluman agung sepertiku!” Serangan pertama berhasil digagalkan, Parvis lantas melompat jauh ke belakang. Malangnya, Gu malah melesat cepat ke depan, hendak menyerang balik Parvis dengan pukulan palu besarnya yang begitu kuat. Mengetahui gerakan siluman itu, Parvis tidak ambil pusing dan langsung mengambil satu langkah ke belakang, lalu melompat kala pukulan palu besar Gu hanya memukul tanah di hadapannya. Kali ini, Parvis yang menyerang balik dengan menebaskan kapaknya secara vertikal. Sama seperti sebelumnya, Gu dapat dengan mudah menangkis tebasan kapak Parvis, sehingga sekali lagi pemuda itu dipaksa untuk mundur. Kendati demikian, Parvis malah tersenyum tipis, seolah tujuannya sudah terpenuhi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD