Chapter 85 : Bagaimana II

1606 Words
Kyra—dengan wujud Siluman Rubah-nya—melayang dengan tenang di udara. Perlahan dia menciptakan beberapa bola angin, melayang di sekitarnya. Zidan dan Vani pun langsung bersiap untuk bertarung sekarang, melupakan seutuhnya Kyra yang selama ini mereka kenal, dan menganggap Kyra adalah musuh mereka, yakni siluman rubah berekor sembilan. “Hati-hati, Vani. Kita tidak tahu seberapa kuat siluman licik ini, tetapi dia sudah tahu cukup banyak tentang kekuatan kita,” kata Zidan, memperingatkan Vani, sebelum memulai pertarungan dengan Kyra yang adalah musuh sekarang. “Hm!” Vani mengangguk dengan yakin, sudah tak mau lagi memikirkan kemungkinan terbaik, karena memang yang terjadi adalah kemungkinan terburuk. Mau tak mau dia memang harus menerima kenyataan pahit ini. Kyra tersenyum tipis, seperti hendak tertawa. “Kalian pikir kalian bisa mengalahkanku? Aku sudah tahu semua tentang kekuatan kalian, jadi kesempatanku untuk menang cukup tinggi. Itulah mengapa aku mau memulai pertarungan sekarang.” “Jangan kau pikir semudah itu untuk mengalahkan kami!” Zidan menggertak. “Oh iya, aku lupa mengakui sesuatu hal. Apa kalian ingin mendengarnya?” Sejenak, Kyra menjeda kalimatnya. “Semua kehancuran yang terjadi hingga sekarang, adalah akibat dari perbuatanku. Dari mulai kehancuran desa ‘itu’ yang pasti masih Vani ingat hingga saat ini. Sampai kehancuran desa Zidan. Meskipun hasilnya memang di luar dugaanku akibat Kenzie itu!” Kini, emosi Zidan dan Vani kian tersulut. Tanpa perlu memikirkannya dengan panjang lebar lagi, mereka berdua langsung yakin kalau Kyra jugalah yang mengakibatkan kehancuran desa ini. “Ternyata masih ada siluman sebiadab dirimu itu, Kyra ...,” ucap Zidan dengan nada datar. “Siluman biadab?” Suara Kyra sedikit berbeda kala mengatakan kalimat itu. “Sayangnya, aku pikir kalianlah, para manusia yang biadab itu! Sejarah sudah membuktikan kalau kalian hendak menghancurkan kerajaan siluman, tetapi beruntungnya Raja Wrath saat itu sanggup menahan invansi kalian dan membuat kalian menjadi b***k! Itu adalah balasan yang setimpal! Tapi, karena aku berbaik hati, aku masih akan memberikan penawaran awalku, apa kalian berdua mau menjadi pelayanku seumur hidup kalian?” Zidan menggertakkan gigi, semakin mempererat genggaman tangannya pada pedang pendek miliknya. “Jelas-jelas, kalian, para silumanlah yang terlebih dahulu menyerang dan memperbudak manusia! Apa kalian para siluman sangat-sangat kotor sehingga mengubah sejarah dengan kebohongan belaka yang tak ada buktinya!” “Tidak ada pencuri yang mengakui dirinya adalah pencuri, wahai manusia!” “Kata-kata itu seharusnya kau telan sendiri!” Tanpa ragu, Vani langsung meluncurkan beberapa serangan bola api dari setangkai bunga mawar merah miliknya. “Rasakan ini!” “Kau pikir serangan itu dapat mengalahkanku? Jangan bercanda!” Kyra membacakan beberapa Mantra, membuat beberapa bola angin yang melayang di sekitarnya, melesat dan menghancurkan semua bola api yang Vani luncurkan sekuat tenaga. Gumpalan asap pun langsung menutup penglihatan. Secara sembunyi-sembunyi, Zidan mengaktifkan jurusnya dan terus menengadah. Akan tetapi, beberapa peluru angin langsung melesat ke arah pemuda itu. “Aku sudah katakan sebelumnya, aku mengetahui semua kekuatan dan jurus kalian. Jadi percuma saja menyerang!” Kyra tanpa ampun langsung membombardir Zidan dan Vani dengan serangan anginnya. Dia benar-benar tak peduli apa yang terjadi selanjutnya, karena tujuannya memang hanya untuk menghancurkan dua lawannya saat ini. “Sayang sekali, seharusnya kalian menyerah dan memilih untuk menjadi pelayanku saja. Tapi, kalian malah menolak tawaran baik tersebut ....” Debu segera bertebaran ke sekitar, menutup penglihatan. Kyra menjadi sedikit lengah, terus melirik ke arah kepulan debu tersebut, tidak lagi meluncurkan serangan seperti sebelumnya. Dia pikir, semuanya sudah berakhir, dengan begitu banyak serangan tadi, Zidan dan Vani kemungkinan besar pasti sudah hancur lebur sekarang. Akan tetapi, kenyataan berkata lain. Kyra lantas berpaling ke belakang kala menyadari ada sebuah Lingkaran Sihir di sana. Dari Lingkaran Sihir tersebut langsung melesat beberapa bola api. Kyra pun langsung menghadang semua serangan itu dengan pelindung anginnya yang kuat. “Keras kepala sekali, seharusnya kalian sudah mati karena serangan kuatku tadi. Apa semua manusia memang kepala batu seperti kalian, huh? Padahal hanya hewan liar rendahan!” *** Beberapa saat sebelumnya, kala Kyra membombardir dengan serangan bola angin yang tanpa arah. Vani segera melompat dan mendorong Zidan masuk ke antara dua buah rumah. Mereka berdua pun lantas bergegas pergi dari sana ketika Kyra masih sibuk menyerang tanpa memedulikan apa pun. “Sial, siluman itu sangat licik!” Zidan bergumam pelan, sudah menonaktifkan jurusnya. Padahal tadi aku pikir dia sudah teralihkan. “Aku juga berpikir begitu. Dia memang sudah memiliki banyak keuntungan di pertarungan ini, kita harus mundur terlebih dahulu. Kita tak boleh sampai tertangkap di sini. Kalau tidak, kita pasti akan mati,” Vani menyahut. Sadar kalau mereka tidak mungkin bisa lari begitu saja, mereka berdua berhenti di balik sebuah rumah terlebih dahulu. Zidan terus melirik ke atas, tepatnya ke arah Kyra, sembari terus menyembunyikan aura keberadaannya. “Vani, apa kau memiliki ide untuk mengalihkan perhatiannya?” Walaupun sekarang mereka sedang dalam keadaan marah dan termakan oleh emosi, mereka tetap berpikir dengan kepala dingin. Mereka tidak mau mati konyol di sini, sehingga mau tak mau mereka memang harus mundur sebelum keadaan menjadi semakin buruk bagi mereka. Vani melirik ke sekitar Kyra terlebih dahulu, kemudian mendapatkan sebuah ide. “Aku punya. Tapi, kemungkinan ini bisa mengalihkan perhatiannya, mungkin hanya sedikit. Apakah kita boleh mencobanya?” Tanpa jeda sedikit pun, Zidan menjawab, “Katakan, apa idemu?” “Itu sederhana. Aku bisa menyerangnya dengan Lingkaran Sihir dari arah mana pun. Aku akan memancingnya untuk terus mengalihkan perhatian dengan Lingkaran-lingkaran Sihir itu.” Vani berhenti sejenak. “Aku sadar cara ini mungkin tidak akan efektif bekerja bila dia memiliki kekuatan besar yang dapat menciptakan gelombang kejut besar.” Berpikir sejenak, Zidan lantas memerhatikan sekitar dengan saksama, lalu berkata, “Gunakan cara itu! Aku akan mengantisipasi jika rencana itu berhasil digagalkan olehnya.” Melirik Zidan sejenak, Vani menjawab, “Baiklah. Aku serahkan padamu.” Vani begitu yakin dan percaya dengan kemampuan Zidan sekarang. Tanpa keraguan sedikit pun, Vani segera menciptakan satu Lingkaran Sihir di belakang Kyra. Sesuai dengan perkiraan, perhatian Kyra memang langsung teralihkan oleh serangan mendadak tersebut. Tidak berhenti hanya cukup sampai di sana, Vani lagi-lagi menciptakan Lingkaran Sihir di kanan Kyra, arah yang berlawanan dengan di mana Vani dan Zidan berada sekarang. Semuanya berjalan dengan lancar, Vani dan Zidan sudah bersiap untuk pergi kala Kyra mulai mendekat ke sumber Lingkaran Sihir yang dibuat oleh Vani tadi. Namun, mendadak saja Kyra berhenti, dan Zidan langsung mendapatkan firasat buruk dari sana. “Vani, awas!” Zidan langsung menarik Vani masuk ke dalam sebuah rumah, menahan dinding rumah tersebut dengan kedua tangannya. Benar seperti firasat buruk Zidan, Kyra sungguh-sungguh menyerang dengan gelombang angin yang sangat kuat. Semua bangunan di desa ini pun seketika rata dengan tanah. Beruntungnya, Zidan berhasil menahan salah satu dinding rumah yang mereka masuki sekarang, agar tidak roboh, sehingga ia dan Vani masih dapat selamat dari serangan kuat tadi. “Bodoh! Seharusnya aku tidak membiarkanmu memikirkan rencana cadangan!” Vani langsung marah ketika melihat kedua lengan Zidan terluka parah usai menahan dinding tadi. Zidan malah tertawa kecil. “Haha, maafkan aku. Aku tidak memiliki rencana lain. Tapi, dengan begini, Kyra yang sombong itu pasti akan mengira kalau kita sudah mati sekarang.” “Zidan?!” Vani langsung menangkap Zidan yang hampir saja terjatuh. “Jangan berteriak, atau Kyra akan mendengar suaramu ....” Zidan terlihat sudah sangat lemas, tidak mempunyai kekuatan lagi. Ia terluka parah, tetapi ia senang dapat melihat Vani masih baik-baik saja. Bahkan, saat Vani terus menggerutu akibat dari kecerobohannya itu, Zidan tetap tersenyum senang, seperti tidak ada yang terjadi. “Apa yang membuatmu begitu senang?” Wajah Vani tampak sedikit memerah karena terus dipandangi oleh Zidan. Zidan malah semakin melebarkan senyumnya, menjawab dengan ceria, “Tidak apa-apa. Aku hanya senang dapat menyelamatkanmu, Vani ....” *** Sementara itu, tak jauh dari Zidan dan Vani, Kyra melayang di udara, begitu marah karena merasa sudah dipermainkan. Terlihat jelas dari raut wajahnya, sekarang ia sangat kesal akibat ulah dari Vani yang terus menyerangnya dengan bola api, meski semua serangan itu dapat ditangani dengan mudah oleh Kyra. Tetap saja, hal tersebut tak bisa membendung amarah Kyra yang merasa dipermainkan oleh lawannya. Ia lantas melirik ke bawah, memandang dengan sekitar area yang sudah ia hancurkan tanpa pandang bulu. “Rasakan itu! Ini adalah akibat dari membuatku kesal! Aku tidak peduli siapa pun kalian, kalau kalian berani membuatku kesal, maka kematian akan datang menjemput kalian!” Tanpa mau memeriksa lebih lanjut, Kyra segera melayang menuju perbatasan tempat ini. Ia berhenti sejenak kala sudah tiba di dekat ‘Area Terdistorsi’, di mana ada banyak batu melayang yang akan segera menghadang jalannya. Menghadapi itu semua, Kyra lantas mengucapkan Mantra, membuat pelindung bola angin di sekitarnya. Ia pun dapat dengan tenang terus melayang melewati ‘Area Terdistorsi’ tersebut, tanpa perlu banyak tenaga dan usaha. “Manusia rendahan, ini adalah perbedaan mutlak di antara kita!” Kyra bergumam pelan. “Semut akan terus menjadi semut, dan makhluk mulia seperti kami para siluman, akan terus menjadi makhluk mulia sampai kapan pun itu! Kalian para manusia tidak lebih dari hanya hewan liar yang dapat kami apakan saja di dunia ini!” *** Saat Kyra sudah pergi jauh dari desa yang hancur ini, Vani merangkul Zidan keluar dari reruntuhan rumah yang tadi berhasil menyelamatkan mereka. Setelah berhasil keluar dengan aman, mereka berdua baru bisa mengembuskan napas lega. “Akhirnya kita dapat bebas,” kata Zidan sambil mengembuskan napas lega. Akan tetapi, ia tidak dapat berbohong kalau sampai sekarang pun, hatinya masih sakit karena desanya sudah dua kali dihancurkan oleh para siluman yang memang ia benci. Vani melirik ke sekitar. “Aku masih tidak habis pikir, bagaimana bisa siluman licik itu menipu kita selama ini?” “Yeah, kurasa kitalah yang terlalu mudah percaya ....” Mereka berdua pun akhirnya beristirahat sejenak di desa yang hancur ini, sembari membersihkan luka di lengan Zidan.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD