Chapter 61 : Unik

1183 Words
Sebelum memulai perjalanan baru bersama dengan Zill, terlebih dahulu Kenzie berburu hewan untuk makan siang. Ia baru ingat kalau pagi tadi ia dan Zill belum makan apa-apa, dan tadi malam mereka hanya makan ikan panggang yang Zill masak saja. Jadi, siang ini Kenzie bermaksud untuk makan sepuas-puasnya, sehingga memburu babi hutan besar. Tak lama setelah Kenzie berhasil menangkap hewan buruannya, segera saja Zill mengolah daging buruan tersebut, lalu makan bersama dengan Kenzie. Sesuai dengan rencananya, Kenzie makan sepuasnya tanpa ragu-ragu. Di lain sisi, Zill hanya makan secukupnya saja, tidak kurang dan tidak lebih. Itu karena memang nafsu makan Zill tidak seperti Kenzie. Kala selesai makan siang, di bawah pohon besar ini, Kenzie duduk bersandar sambil menatap awan cerah di atas sana. Kini, pikirannya melayang ke tempat lain. Ia bertanya-tanya apakah sekarang Kyra, Zidan dan Vani baik-baik saja atau tidak? Ia juga khawatir kalau Parvis masih salah paham dan malah menyerang ketiga temannya. Menggelengkan kepala beberapa kali, Kenzie berhenti memikirkan kondisi mereka. Ia segera mengobservasi sekitar, tetapi ia tidak tahu di mana mereka sekarang, dan ke mana harus pergi untuk mencari tiga temannya itu. Mengetahui kalau dirinya tidak menemukan hasil apa-apa, Kenzie lantas mengembuskan napas panjang, pasrah akan keadaan. “Haah ... sekarang aku hanya bisa pergi ke tempat yang acak sambil berharap dapat bertemu dengan mereka lagi ....” Tahu kalau Kenzie sedang memikirkan sesuatu hal, Zill pun bertanya, “Apa ada yang mengganggu pikiranmu, Kenzie? Sepertinya kau sedang melamun tadi, lalu mendadak terdengar seperti sudah menyerah dengan keadaan.” Memalingkan pandangan kepada Zill, Kenzie menjawab dengan tenang, “Yeah, ada yang kupikirkan tadi. Tapi tidak perlu dibahas ....” Berhubung Kenzie tidak mau membahas atau melanjutkan topik ini, Zill menghormati keinginan Kenzie itu dengan menjawab, “Baiklah. Aku tidak akan membahasnya.” Kenzie berdiri sembari meregangkan otot-otot tubuhnya. “Kurasa sudah waktunya kita pergi menjelajah ke tempat lain. Aku tidak tahu harus pergi ke mana, tapi kurasa di sekitar sini ada sebuah tempat yang dapat kita datangi ....” Tidak mau membantah atau memberikan saran tambahan, Zill menganggukkan kepala, lalu berdiri dengan perlahan. “Aku akan ikut ... sesuai dengan rencana awal kita ....” Mereka berdua pun segera melangkah pergi, masuk lebih jauh ke dalam hutan. Selama perjalanan, mereka membicarakan banyak hal, Kenzie juga sempat menceritakan tentang perjalanannya sebelumnya pada Zill. Meskipun, pada akhirnya Kenzie tidak melanjutkan ceritanya hingga akhir. Dalam perjalanan itu, tidak ada yang mengganggu mereka, semuanya benar-benar damai, tak ada rintangan apa pun. Berhubung sepertinya tempat ini masihlah sebuah hutan belantara, jadi mereka masih belum menemukan desa. Akan tetapi, ketika matahari sudah hampir terbenam, mendadak Kenzie merasakan ada sebuah desa di depan sana. Segera ia memalingkan pandangan ke arah Zill, berkata dengan senang, “Sepertinya kita menemukan sebuah desa, ayo kita beristirahat di desa itu saja malam ini ....” “Aku tidak keberatan ....” Lagi-lagi Zill mengiyakan tanpa ada bantahan atau apa pun. Dia terlihat sangat percaya pada Kenzie, oleh karena itu Kenzie tidak ingin membuat Zill kecewa karena telah percaya pada dirinya. “Kau benar-benar penurut ternyata. Kalau begitu, tanpa sungkan lagi kita akan berangkat ke desa!” Ketika mereka sudah berada di pinggiran desa, seketika Kenzie menghentikan langkah, diikuti oleh Zill. Mata Kenzie langsung terbelalak lebar, karena masih belum percaya dengan apa yang ia lihat, ia langsung saja mengusap matanya beberapa kali, dan apa yang ia lihat tetap sama. Di depan sana, berdiri empat penjaga desa yang terdiri dari dua pria berjubah, serta dua siluman berjubah. Mereka tidak terlihat bermusuhan, melainkan berteman satu sama lain. Mengintip lebih jauh, di dalam desa juga terlihat ada banyak manusia dan siluman yang hidup dengan rukun satu sama lain. “Apa ini sungguhan?!” Kenzie memukul pipinya sekeras mungkin. “Aku tidak sedang bermimpi melihat manusia dan siluman yang hidup berdampingan, kan? Iya, kan?” Tidak lama berselang, tiba-tiba saja dua penjaga berjubah mendekat ke arah Kenzie dan Zill. Kedua penjaga tersebut juga terdiri dari seorang manusia dan satu siluman. Hal ini membuat Kenzie mau tak mau harus percaya kalau dirinya tidak sedang bermimpi. “Hei, kalian yang di sana. Siapa kalian berdua ini?” tanya pria berjubah. “Apa kalian tersesat?” Kali ini, si siluman yang bertanya dengan nada lembut. Kenzie masih terdiam, mengatur pikirannya yang kau, lalu perlahan membuka mulut. “Ini desa apa? Aku tidak sedang bermimpi, kan? Melihat desa seperti ini di benua kura-kura?” Si siluman dan si pria saling menatap satu sama lain, kemudian tertawa pelan. Sekarang mereka sudah menduga-duga dari mana datangnya Kenzie dan Zill hingga dapat tiba di sini. “Nak ...,” ucap si pria sembari menepuk-nepuk pundak Kenzie, menggunakan tangan kanan. “Kau dan temanmu itu pasti manusia, kan? Apa kalian tersesat hingga bisa berada di sini sekarang? Kalau kalian perlu istirahat, istirahat di desa ini saja ....” “Itu ... kami memang manusia biasa. Tapi ....” Kenzie melirik ke arah siluman berjubah, mencari konfirmasi. “Kalian bisa tinggal di desa ini, tapi harus mengatakan kalian dari mana dan mengapa bisa ada di sini sekarang. Kami akan mendengarkan, selagi itu tidak membuat masalah di desa ini ....” Siluman berjubah memberikan konfirmasi yang diperlukan oleh Kenzie. “Kau sudah dengar itu, kan? Jadi, kalau kalian berniat singgah di desa ini, kami akan membawa kalian ke ketua kami untuk mendapatkan izin menginap di sini selama beberapa waktu, mungkin, atau kalian ingin menetap?” Meski masih merasa aneh melihat sebuah desa di mana ada manusia dan siluman yang hidup rukun, Kenzie tetap menganggukkan kepala beberapa kali, lalu memalingkan pandangan pada Zill. “Kau tidak memiliki masalah dengan keputusanku sekarang ini, kan, Zill?” Zill menggelengkan kepala beberapa kali. “Aku memutuskan untuk percaya padamu, jadi aku tidak memiliki keluhan apa pun. Lakukan yang menurutmu tepat untuk dilakukan, aku akan mengikutimu dari belakang ....” Kenzie tersenyum tipis. “Terima kasih, Zill.” “Jadi, bagaimana? Kalian akan berkunjung di desa ini atau pergi mencari tempat istirahat yang lain?” tanya si pria, lagi, untuk mendapatkan jawaban yang jauh lebih jelas. Kenzie menganggukkan kepala. “Bawa kami pada ketua kalian itu. Kami akan meminta izin tinggal selama satu malam di desa ini untuk beristirahat.” “Ikuti aku ....” Kenzie dan Zill pun segera berjalan mengikuti pria berjubah tanpa curiga sedikit pun. Kenzie memang masih tetap waspada bila nanti ada satu serangan mendadak, tetapi sekarang pikirannya masih terkejut mengetahui kalau ada sebuah desa yang unik seperti yang ia lihat sekarang. Walau demikian, tetap saja Kenzie tidak bisa berbohong kalau dirinya masih menyimpan rasa benci pada siluman. Kebenciannya itu sudah tertanam di dasar hatinya, sehingga ia masih cukup curiga dengan keberadaan semua siluman yang ada di desa ini sekarang. Namun, saat ini ia berusaha menahan kebencian tersebut agar tidak keluar, supaya tak membuat keributan yang tak diperlukan di desa ini. Apa yang harus ia lakukan sekarang tak lain adalah beriskap tenang, menerima keadaan dengan lapang d**a. Semakin jauh Kenzie berjalan masuk ke dalam desa, semakin banyak juga ia melihat para siluman yang hidup berdampingan dengan manusia seperti sekarang. Ia menjadi penasaran, bagaimana bisa persatuan ini terbentuk di antara mereka, tanpa terpecah belah oleh perbedaan identitas di antara mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD