Chapter 73 : Kota

1317 Words
Matahari bersinar terang, memberikan cahaya serta kehangatan bagi benua Kura-kura. Angin berembus pelan, hewan-hewan melakukan apa yang biasanya menjadi rutinitas mereka. Lalu, jauh di dalam hutan, Kenzie dan teman-temannya terlihat tengah berjalan santai menikmati perjalanan mereka. Mereka sudah sarapan pagi ini, dan terik matahari juga masih belum begitu menyengat, serta tak ada satu pun di antara mereka yang terlihat kelelahan. Jadi, dengan kondisi seperti itu, mereka terus berjalan menyusuri jalan setepak yang menuju entah ke mana ini. “Hei, Kenzie ....” Mendadak Ray menghentikan langkah, diikuti oleh Kenzie dan yang lainnya yang juga menghentikan langkah. “Ada apa?” tanya Kenzie, memalingkan pandangan pada Ray. “Di depan sana sepertinya ada sebuah pedesaan. Tapi, entah mengapa aku merasakan hal yang berbeda ....” Kenzie lantas melirik ke depan, menjawab, “Aku tahu, di sana sepertinya memang ada sebuah pedesaan. Dari auranya, aku bisa merasakan tanda-tanda kehidupan di sana.” Sejenak, Kenzie menjeda kalimatnya. “Aura berbeda ini, mungkin di sana bukanlah desa para manusia. Bisa saja di sana adalah desa para siluman. Kita harus berhati-hati ....” “Desa para siluman?” Zill bertanya-tanya. “Apa kita akan masuk ke sana?” Kenzie melirik mata Zill. “Yeah, kurasa kita memang harus pergi ke sana. Aku tidak tahu mengapa, tapi firasatku mengatakan, kita akan menemukan sesuatu bila datang ke sana ....” Ray pun memikirkan matang-matang, apakah perlu mereka pergi ke desa para musuh? Jika semisal mereka ketahuan, apa yang akan mereka lakukan? Apa para siluman itu akan langsung menghajar mereka tanpa pikir panjang, atau mungkin sesuatu hal yang lain? Selama Ray berpikir, Kenzie lantas mengeluarkan empat buah jubah hitam bertudung dari dalam Kalung Penyimpanannya. Ia pun segera membagikan keempat jubah tersebut. “Aku sudah berjaga-jaga dengan situasi ini, jadi aku meminta beberapa jubah pada Gale. Beruntungnya dia mau memberikan apa yang aku minta ini ....” “Aku masih belum mengatakan setuju dengan rencanamu ...,” kata Ray. “Bukankah akan jauh lebih baik kalau kita menghindari risiko dengan tidak memasuki desa para siluman itu, Kenzie?” Berbeda dari biasanya, kali ini Kenzie menggelengkan kepala. “Kau salah, Ray. Kita memang bisa saja menghindari risiko dengan tidak memasuki desa para siluman itu, tapi kalau kita terus menghindar, kita tidak akan mendapatkan apa pun. Aku tidak mau ini terjadi, jadi aku memutuskan untuk pergi ke sana.” Apa yang dikatakan Kenzie memang ada benarnya. Ray pun segera memikirkan kembali tentang keputusan yang harus dia ambil. Mengikuti ide Kenzie atau malah membantah ide Kenzie itu dengan menggunakan argumen berbeda? Saat Ray berpikir keras tentang hal itu, Zill dan Lisa hanya diam, membiarkan Kenzie dan Ray memutuskan rencana mereka berikutnya. Zill sendiri sudah puas dengan jawaban Kenzie, sehingga dia akan pergi mengikuti Kenzie. Sedangkan Lisa masih menunggu apa yang akan kakaknya ambil nanti, apakah mengikuti Kenzie atau malah berpisah arah dengan Kenzie agar lebih aman? “Baiklah ....” Ray akhirnya menghela napas panjang. “Apa kau sudah memikirkannya matang-matang, Ray?” tanya Kenzie, melirik Ray dengan tenang dan raut wajah datar. “Ya! Aku sudah memutuskan.” Ray lantas memakai jubah hitam yang Kenzie berikan. “Kita akan masuk ke desa para siluman itu. Zill dan Lisa tidak keberatan dengan keputusan ini, kan?” Zill dan Lisa serentak menggelengkan kepala, mengenakan jubah hitam yang sedari tadi mereka pegang. “Aku akan mengikuti keputusan dari kalian,” gumam Zill, pelan. “Aku yakin, kakak pasti sudah memikirkan semuanya, jadi aku tidak akan ragu untuk ikut bersama kakak,” kata Lisa, yakin. “Bagus ....” Kenzie berbalik, mulai melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam desa para siluman. “Kita akan bergerak sekarang. Berhati-hatilah agar identitas kalian tidak terbongkar!” “Baik!” Mereka menjawab serentak dengan penuh keyakinan kalau mereka pasti bisa melakukannya. Mereka berempat segera melangkahkan kaki perlahan, menapaki jalan setapak sembari terus waspada dengan sekitar. Untuk berjaga-jaga, mereka sengaja menempatkan Zill dan Lisa di tengah, sedangkan Kenzie di depan, dan Ray di belakang. Sehingga jika ada serangan mendadak, mereka dapat dengan mudah mengatasinya tanpa perlu khawatir. Selama berjalan, mereka tidak mengobrol, hanya terus fokus pada jalan sembari menimati embusan angin. Lisa sebenarnya takut untuk memasuki desa para siluman, tetapi dia terus meyakinkan diri kalau semuanya aman. Tak berselang lama, mereka akhirnya berhasil masuk di daerah di mana para siluman tinggal. Akan tetapi, tempat ini jauh dari apa yang mereka ekspektasikan. Ini bukanlah sebuah desa, melainkan sebuah kota besar di mana sangat banyak siluman tinggal di kota ini. Kenzie melirik ke sekitar, terlihat beberapa manusia yang dijadikan b***k, memikul banyak barang berat, disiksa, dipaksa menarik gerobak besar. Ada juga sebagian dari manusia-manusia itu yang dijadikan sebagai ‘pelayan’ oleh para siluman yang mempunyai banyak uang, alias keluarga kaya. Pemandangan seperti ini membuat Kenzie dan teman-temannya muak. Namun, mereka sadar mereka tidak bisa bergerak atau melakukan sebuah serangan sekarang, apa pun yang terjadi. Mereka harus bersikap tenang, kendati hati mereka panas melihat apa yang terjadi pada manusia yang ada di kota besar para siluman ini. “Tuan dan Nona, kalau bersedia mampirlah ke toko kami. Kami menyediakan banyak barang bagus, termasuk senjata kelas menengah dan obat-obatan,” mendadak terdengar di telinga Kenzie, sebuah tawaran yang dilontarkan oleh salah satu siluman pada dirinya. Kenzie melambaikan tangan kanannya, menolak tawaran itu. “Maaf, kami ada urusan lain.” Siluman yang menawarinya tadi pun, lantas pergi karena sudah ditolak. Dia tidak mau memaksa dan malah menawarkan barang dagangannya pada para siluman-siluman yang ada di sini. *** Di dalam kota yang sama, terlihat Kyra yang mengenakan jubah berwarna hitam, tengah berjalan memasuki kerumunan. Ia terlihat sedikit kebingungan, tak tahu harus pergi ke mana setelah ini, sebab ia sudah terpisah dari Zidan dan Vani. Akan tetapi, keberuntungan membuatnya keluar dari kebingungan. Gadis ini mendadak tersandung, menabrak seorang pemuda yang juga mengenakan jubah hitam, sama seperti dirinya. “Maaf ...,” kata Kyra, segera menarik tubuhnya, menjauh dari pemuda yang ia tabrak. “Kyra?” kata si pemuda yang Kyra tabrak, membuat Kyra bingung dan akhirnya menyadari kalau orang yang ia tabrak adalah Kenzie. “Kenzie?” Tanpa ragu, Kyra langsung memeluk erat Kenzie. “Syukurlah kau masih selamat. Aku sangat senang akhirnya bisa bertemu denganmu lagi. Aku kira kita tidak akan pernah bertemu lagi ....” Kyra terlihat hampir menangis bahagia mengetahui Kenzie masih hidup. Kenzie pun lantas mengelus lembut kepala gadis itu yang ditutupi tudung hitam. “Aku juga senang, bisa bertemu denganmu lagi, Kyra. Aku sangat senang karena kau baik-baik saja ....” Melihat itu, Zill sedikit kebingungan, bertanya, “Kenzie, dia ini siapa?” Ketika mendengar pertanyaan itu, bukan hanya Kenzie yang menoleh, melainkan Kyra yang memeluk erat Kenzie juga ikut menoleh. “Dia ini siapa, Kenzie?” Kyra juga ikut bertanya. Kenzie mengembuskan napas panjang. “Sedikit sulit untuk menjelaskannya di situasi seperti ini. Bagaimana kalau kita mencari tempat yang lebih sepi terlebih dahulu?” *** Kini, Kenzie, Zill, Ray dan Lisa kembali masuk ke dalam hutan yang berdekatan dengan kota para siluman, bersama dengan Kyra. Di sini, mereka berlima duduk dengan tenang, menunggu Kenzie menjelaskan semuanya. “Apa kau mengenal gadis ini?” Ray bertanya sebelum Kenzie sempat mengatakan satu patah kata pun. “Aku juga ingin mengetahuinya ...,” kata Lisa, ikut penasaran. Kyra melirik Ray, Lisa dan Zill secara bergantian, kemudian bertanya lagi pada Kenzie, “Mereka bertiga adalah teman barumu?” “Haah ....” Kenzie mengembuskan napas panjang. Berikan aku sedikit waktu untuk berkata. Kalau tidak, bagaimana aku bisa menjelaskan semuanya.” “Baiklah ...,” ucap Zill, sehingga yang lainnya ikut diam. Kenzie pun mulai menjelaskan apa yang terjadi, “Jadi, seperti yang kau tebak, mereka adalah teman-teman baruku, Kyra.” Kenzie lantas memperkenalkan teman-teman barunya, satu per satu pada Kyra. “Dia adalah Zill, mereka berdua adalah kakak beradik Ray dan Lisa. Aku bertemu dengan mereka setelah kita berpisah saat itu.” “Ternyata begitu. Aku mengerti sekarang,” sahut Kyra. “Aku ingin menjelaskan lebih deti lagil, tapi ....” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD