Chapter 71 : Monster

1331 Words
Angin berembus pelan kala Ray selesai menceritakan sedikit kisah masa lalunya. Lisa hanya diam, membiarkan kakaknya mengungkapkan masa lalu mereka, sementara Kenzie dan Zill juga tidak mengatakan apa pun lagi, setelah Ray selesai menceritakan apa yang mau dia ceritakan pada kedua temannya itu, tanpa paksaan sedikt pun. Sejenak, Kenzie menerawang ke sekitar, mencari topik pembicaraan baru agar atmoster di sini tidak terlalu berat lagi, akibat kesunyiaan yang terjadi di tengah-tengah mereka berempat. Tak berapa lama kemudian, Kenzie mencoba berbasa-basi, berharap ucapannya dapat sedikit merilekskan keadaan yang tampak kaku. “Hm, aku bertanya-tanya, apakah masih ada sesuatu yang tertinggal di sekitar sini?” Ray melirik Kenzie yang tengah menerawang sekitar, lalu menyahut, “Entahlah. Aku tidak tahu apakah ada sesuatu yang tertinggal di sini secara kebetulan, atau tidak. Tapi, apa kita perlu mencarinya? Siapa tahu kita dapat menemukan sesuatu yang berharga ....” Kenzie menggelengkan kepala. “Tidak perlu.” Ia menjeda kalimatnya sejenak, melirik Ray dan Lisa satu per satu. “Lagi pula, sesuatu yang berharga itu sudah ada bersama dengan kita, jadi tidak perlu repot lagi untuk mencarinya ....” “Haah ....” Ray mengembuskan napas panjang. “Aku tidak tahu bagaimana jalur pikiranmu itu, tapi terima kasih atas pujiannya. Apa kau ingin tahu bagaimana kami bisa mendapatkan pecahan Pedang Excalibur ini?” “Hm ....” Kenzie berpikir sejenak, kemudian menjawab. “Kurasa hal itu tidak perlu, tidak penting juga mau seperti apa cara kalian mendapatkannya, asalkan kalian tidak menggunakan kekuatan itu dengan egois, maka masa lalu tak perlu dipikirkan lagi. Tidak penting. Lebih baik kita pikirkan apa yang akan kita lakukan selanjutnya ....” Mendengar keputusan Kenzie yang bijak, Ray tersenyum tipis, melirik Lisa sejenak. Mereka berdua pun saling bertukar senyum, senang sudah bisa bergabung dengan Kenzie. Ray lalu melirik Kenzie lagi, menyampaikan saran, “Kurasa, akan jauh lebih baik kalau kita terus saja pergi ke arah timur. Kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, dan akan berbahaya rasanya kalau kita berkemah di tempat seperti ini atau di sekitarnya.” “Yeah, apa yang kau katakan itu memang benar,” Kenzie langsung menyahut. “Pertama-tama kita harus menemukan tempat beristirahat malam ini, kemudian melanjutkan perjalanan lagi esok hari!” Ray, Lisa dan Zill lantas mengangguk mendengar kata-kata Kenzie. “Kalau begitu, bagaimana kalau kita berkemah di dekat sungai saja? Kupikir lebih baik kita mencari tempat yang strategis atau pun berdekatan dengan sungai?” “Ide bagus. Lagi pula, aku juga sudah menyimpan dua buah tenda untuk kita di dalam kalung penyimpananku. Jadi, ayo kita berangkat!” Awalnya mereka pikir semuanya akan baik-baik saja, tetapi apa yang mereka pikirkan itu salah. Sebelum Kenzie sempat melangkah ke depan untuk pergi mencari tempat beristirahat malam ini, mendadak saja ia berhenti karena mendengar suara raungan dari sekitar mereka. Ia pun langsung waspada, melirik ke sana kemari, memerhatikan sekitar dengan saksama. “Ray, Zill, hati-hati. Sepertinya kita akan diserang oleh makhluk yang berbahaya kali ini ....” Kenzie sudah sangat waspada. Ray dan Zill mengangguk, berdiri tegak mengelilingi Lisa bersama dengan Kenzie. Mereka bertiga tampak begitu waspada, sembari terus menghawatirkan Lisa yang tidak dapat bertarung. Makhluk-makhluk besar dengan empat kaki dan bulu lebat berwarna hitam, memiliki mata yang memancarkan cahaya merah. Taring mereka panjang, cakar mereka juga sangat tajam serta memiliki tubuh kekar. Mereka mendekat perlahan ke arah Kenzie dan yang lainnya, bersiap untuk menerjang. “Kenzie, apa kau memiliki cara untuk keluar dari situasi ini?” tanya Ray, bingung harus berbuat apa, ketika melihat begitu banyak monster berbulu hitam dengan mata merah menyala, keluar dari balik pepohonan. Kenzie memutar otak terus-menerus, mencari tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Di sini ada seorang gadis yang tidak dapat bertarung dan tiga orang yang dapat bertarung, jadi apa yang harus mereka lakukan. Saat para monster tadi semakin dekat dengan mereka, langsung saja Kenzie membuka mulut, berkata, “Ray, kau yakin bisa melindungi Lisa?” “Aku yakin! Aku akan mengorbankan apa pun untuk bisa menyelamatkannya!” “Kalau begitu ....” Kenzie melirik Zill. “Zill, kita berdua akan melawan musuh, membuat celah di antara mereka. Lisa akan berjalan di tengah barisan, Ray akan mengatasi serangan dari belakang dan samping menggunakan tembok tanahnya yang tebal. Mengerti?” Zill tanpa ragu mengeluarkan katana dan menghunuskannya ke depan, menatap tajam ke arah para monster. “Aku mengerti, Kenzie ....” Ray langsung bergerak ke barisan belakang saat Kenzie berdiri sejajar dengan Zill. Ray pun menjawab, “Aku akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tugasku!” “Bagus ....” Kenzie lantas mengeluarkan pedangnya ketika semua temannya sudah mengeluarkan senjata mereka masing-masing. Ia memberi aba-aba, kemudian melangkah ke depan. “Ayo kalahkan mereka!” Seketika Kenzie dan teman-temannya mulai bergerak, para monster tadi langsung menerjang mereka dari segala arah. Kenzie tetap bersikap tenang, mengalirkan ‘Mana’ ke pedangnya, kemudian menebaskan pedangnya itu ke udara, mengeluarkan kilatan berbentuk setengah lingkaran yang langsung memukul mundur beberapa monster. Zill juga tidak mau kalah, langsung membentuk beberapa Lingkaran Sihir di udara, menyerang semua monster yang ada di depan mereka. Kala serangan Zill berhasil, mereka berempat langsung berlari menuju jalan keluar dari desa kosong ini. Akan tetapi, mendadak beberapa monster menerjang dari belakang Ray. Tanpa perlu berbalik, Ray melafalkan mantra, membuat sebuah dinding tanah yang begitu kokoh, menahan semua monster itu. Mereka berempat terus berlari, tetapi mendadak begitu banyak bola api melesat ke arah mereka, membuat mereka mau tak mau harus berhenti. Zill hendak menahan semua serangan bola api tersebut menggunakan pelindung angin, tetapi Kenzie menghentikannya. “Jangan lakukan. Angin hanya akan membuat bola-bola api itu semakin membara!” Tanpa perlu Kenzie beritahu, Ray langsung membuat pelindung tanah yang melingkupi mereka berempat, seperti sebuah tempurung. Semua bola api yang ditembakkan oleh para monster, dapat ditahan dengan mudah oleh pelindung tanah Ray yang begitu kuat. Namun, mereka harus segera keluar dari sini bila ingin selamat. “Sekarang bagaimana, Kenzie? Kita sudah terdesak. Mereka bisa menembakkan bola-bola api. Ini sudah di luar dugaanku,” kata Ray. “Tenang, Ray. Aku memiliki sebuah rencana, tetapi sedikit gila. Apa kau mau mendengarkan?” Kenzie membalas perkataan Ray. “Selagi itu bisa menyelamatkan kita dari sini, aku tidak masalah mau segila apa rencana yang kau buat itu!” Ray sangat yakin kalau dirinya pasti bisa melakukan rencana gila yang Kenzie lakukan. Zill dan Lisa menganggukkan kepala bersamaan, tidak memiliki bantahan atas apa yang Kenzie dan Ray diskusikan. Melihat itu, tanpa ragu Kenzie segera memberitahukan rencananya. “Kita akan bertukar barisan. Aku akan berjalan di barisan paling belakang, melindungi Lisa yang berjalan di tengah.” Kenzie melirik Ray dan Zill bergantian. “Ray, kau berjalan di paling depan, hancurkan apa saja yang menghalangi jalan menggunakan jurus yang kau miliki. Zill, kau bisa mengamuk sesuka hatimu. Terserah kau mau berada di mana, asalkan tetap berada di dekat kami, lalu serang para monster itu tanpa ampunan sedikit pun.” Kenzie terlihat sangat yakin kalau rencananya akan berhasil. Zill, Ray dan Lisa saling memandang satu sama lain, kemudian menganggukkan kepala. Mereka bertiga setuju dengan rencana ini. “Jadi kita tidak hanya akan bertahan, melainkan juga menyerang?” Ray mulai bersemangat untuk melakukan rencana yang telah mereka sepakati. “Sangat menarik, aku akan menghancurkan semuanya!” “Aku akan menyerang dengan seluruh kekuatannya,” kata Zill, bersiap, mengembuskan napas panjang agar lebih tenang. “Mari kita lakukan!” Segera setelah Kenzie memberikan aba-aba, Ray langsung melepaskan pelindung tanahnya. Di saat itu pula, para monster langsung melesat dari berbagai arah, hendak memangsa mereka semua. Akan tetapi, mereka sudah memperhitungkan hal ini, jadi tidak ada yang perlu dicemaskan. Dalam sekejap mata, Zill melompat setinggi mungkin, menyerang para monster dengan brutal, tanpa ampun sedikit pun, seperti yang sudah Kenzie katakan. Ray berlari cepat ke depan, menghancurkan semua penghalang dengan kekuatan tanahnya. Lisa dan Kenzie pun ikut berlari di belakang Ray. Semua sudah masuk dalam perkiraan mereka, sehingga para monster tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Zill menggila, menyerang semua monster tanpa belas kasihan. Ray juga sama, menghancurkan semuanya sekuat tenaga. Lalu, Kenzie membereskan sisa-sisa monster yang berhasil lolos dari Ray dan Zill.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD