Chapter 70 : Berangkat

1300 Words
Pada hari yang cerah, Kenzie dan teman-temannya memulai petualangan baru mereka, usai berpamitan dengan Gale dan keluarganya. Tujuan mereka adalah ke arah timur, sesuai dengan apa yang telah Kenzie usulan kemarin. Entah karena alasan apa, Ray tidak memprotes arah yang Kenzie pilih secara acak, seolah dia memang tak peduli. Di perjalanan ini, Kenzie adalah yang memimpin. Pemuda itu terus saja berjalan mengikuti instingnya, ke sebuah jalan setapak di tengah hutan yang begitu lebat ini. Tak peduli apa yang akan mereka temui di depan sana. Walaupun hal itu mungkin hal buruk, tetapi Kenzie benar-benar tidak bisa mengabaikan insting serta firasatnya. Berjalan cukup lama, akhirnya mereka berempat beristirahat. Ketika Ray, Lisa dan Zill duduk berteduh di bawah sebatang pohon besar, Kenzie malah naik ke salah satu dahan pohon yang besar. Dari sini ia hanya dapat melihat hutan belantara, tanpa ada lapangan atau apa pun. Namun, ia masih belum juga menyerah untuk mencari, hingga akhirnya ia melihat atap sebuah rumah tua yang terlihat sudah berlumut. Kenzie segera turun, kemudian memberitahukan apa yang baru saja ia lihat, “Teman-teman, aku melihat atap sebuah rumah tua. Apa kita harus memeriksanya sekarang atau tidak perlu diperiksa sama sekali?” Ray terlihat berpikir sejenak, sedangkan Lisa dan Zill tidak bereaksi apa pun, hanya ingin mengikuti keputusan yang dipilih oleh Kenzie dan Ray saja. Tak lama berselang, akhirnya Ray berkata, “Kurasa ada baiknya kita memeriksa bangunan tersebut. Mungkin, dari sana kita bisa menemukan sesuatu hal yang tidak terduga.” Ray lantas memalingkan pandangan pada Zill dan Lisa. “Apa kalian setuju?” Lisa menganggukkan kepala. “Kalau kakak setuju, maka aku akan ikut!” “Jika Kenzie tidak masalah dengan itu, aku akan pergi ...,” Zill menyahut. Kenzie tersenyum tipis, kemudian duduk bersama dengan tiga temannya, di bawah pohon besar tadi. “Sudah diputuskan, kita akan memeriksanya, tetapi tidak sekarang. Kita juga perlu mengisi perut kita agar tidak kosong.” Ia melirik Ray sejenak. “Benar, kan, Ray?” “Yeah, benar apa yang kau katakan itu,” Ray menyetujui saran Kenzie. Setelah semuanya setuju untuk memeriksa rumah yang tadi Kenzie lihat, mereka pun beristirahat dan makan siang. Mereka tidak mau terburu-buru, melainkan terus menjalankan rencana dan menikmati perjalanan ini dengan santai. Kendati mereka sadar kalau, semakin lama mereka santai, maka mungkin ada banyak kaum manusia yang tengah ditindas di sisi benua ini. Meski sadar akan hal itu, mereka tetap mengembara dengan kepala dingin, tidak membiarkan amarah menguasai diri mereka. Mereka sangat tahu, terburu-buru juga tidak baik, dan bisa saja merusak semuanya. *** Setelah makan siang dan beristirahat selama beberapa waktu, sesuai dengan rencana, Kenzie, Zill, Ray dan Lisa pergi untuk memeriksa rumah kosong yang dilihat oleh Kenzie beberapa saat lalu. Mereka terus berjalan dalam diam, membiarkan angin berembus pelan menerpa tubuh mereka perlahan-lahan, menghilangkan suhu udara yang begitu panas. Beberapa saat kemudian, mereka berempat tiba di sebuah desa kosong, di mana terdapat banyak rumah yang sudah hancur serta ditumbuhi oleh pepohonan. Di sekitar sini, terlihat begitu banyak mayat yang berhamburan, membuat Kenzie sedikit merinding dan mengingatkannya pada sebuah kejadian di masa lalu. Lisa yang takut melihat ini semua, seketika memeluk erat kakaknya—Ray. Ray pun lantas menggenggam erat tangan adiknya itu, sembari terus berjalan memasuki desa yang dipenuhi oleh tengkorak ini. Pemuda berambut coklat tersebut tampak sangat tidak takut akan situasi ini, kendati terlihat begitu mengerikan di mata setiap orang. Di sisi lain, Kenzie sejenak memerhatikan sekitar, tidak berbicara sepatah kata pun. Ia sangat serius mencari apakah di sini terdapat sebuah jebakan atau tidak, atau hanya sebuah tempat kosong yang memang sudah tak ditinggali lagi. Namun, apa pun itu, Kenzie tetap waspada, tidak mau mendapatkan sebuah serangan mendadak yang bisa saja datang dari sisi yang tak ia duga. Tepat di sebelah Kenzie, Zill terlihat begitu tenang, tidak terpengaruh sedikit pun oleh situasi yang begitu mengerikan ini. Hal tersebut dikarenakan Zill sudah terbiasa tinggal sendiri di tempat gelap, bertarung dengan makhluk-makhluk hitam yang tinggal di sana. Jadi, kalau hanya situasi seperti ini, bukanlah sebuah masalah bagi Zill sekarang. Melirik Zill sejenak, Kenzie lantas berjalan sembari mengajak Zill pergi, “Ayo, Zill. Ray dan Lisa sudah berjalan cukup jauh di depan sana. Kita harus segera menyusul mereka agar tidak ketinggalan jauh.” Mengangguk pelan, Zill segera berjalan di belakang Kenzie. “Ya.” Terus berjalan masuk ke dalam desa kosong yang benar-benar tidak terlihat seperti desa ini, membuat Kenzie kian waspada. Ia takut kalau mendadak, tengkorak-tengkorak yang bertebaran di sekitar, mengamuk, seperti di tempat di mana ia dan Kyra pernah terjebak dulu. Ia tak mau kejadian yang sama menimpanya sebanyak dua kali, apa pun alasannya. Ray dan Lisa lantas berhenti ketika sudah berada di tengah-tengah desa kosong ini. Kenzie dan Zill seketika datang dan berkumpul bersama dengan dua kakak beradik itu. Mereka semua masih terus memerhatikan sekitar, mencari hal-hal aneh yang mungkin ada di dalam sini. Kendati demikian, mereka tidak dapat melihat sesuatu yang kemungkinan berbahaya. Hanya kumpulan rumah tua b****k yang tidak ditinggali, serta tengkorak-tengkorak yang bertebaran. “Tidak kusangka, keadaannya bahkan jauh lebih hancur di tengah desa ini. Apa yang sebenarnya terjadi di sini?” Ray bertanya-tanya, tidak mengerti apa yang sebenarnya pernah terjadi di desa ini. Namun, Kenzie yakin kalau hanya ada satu hal yang kemungkinan menjadi pemicu, mengapa desa ini hancur. Tanpa ragu sedikit pun, Kenzie langsung mengutarakan pendapatnya, “Kurasa kalian sudah tahu jawabannya, kan?” Kenzie sengaja memancing Ray untuk berpikir sejenak. Ray lantas mengepal erat kedua tangannya, tidak dapat berpura-pura tak tahu apa-apa lagi. “Haah ....” Pemuda itu mengembuskan napas panjang, kemudian melirik sekitar dengan tenang. Ia tidak melihat hal yang menarik di sini, tetapi ia sudah mengingat semuanya dengan jelas. “Aku ingat tempat ini, Kenzie ....” Sesuai dengan dugaan Kenzie, Ray pasti memiliki alasan khusus mengapa mau memeriksa desa ini, padahal kemungkinan tak ada informasi yang bisa mereka dapatkan. Dengan ini, Kenzie tidak dapat memikirkan hal lain lagi, selain satu kemungkinan yang telah membuatnya yakin. “Apa kau tidak masalah mengingat semuanya lagi?” tanya Kenzie, sedikit khawatir. Dari informasi yang Kenzie dapatkan, Ray dan Lisa adalah anak yatim-piatu, tidak memiliki orangtua, dibesarkan oleh Gale. Melihat betapa sudah lamanya desa ini ditinggalkan, Kenzie pikir, kedua orang tua Ray dan Lisa dulunya tinggal di desa ini, kemudian mengalami p*********n besar-besaran oleh para siluman. Lalu, hanya mereka berdua yang tersisa. Ray tahu kalau Kenzie sudah menduga apa yang terjadi, tetapi dia tetap berusaha untuk menceritakan sedikit masa lalunya. “Aku yakin kau sudah mengerti semuanya, Kenzie. Tapi, aku ingin mengonfirmasinya langsung padamu, desa ini dulunya memang desaku. Orangtua serta teman dan saudaraku, mati di sini, dibunuh oleh para siluman yang mengamuk. Para siluman itu mengamuk akibat tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, sehingga para penduduk desa harus menjadi korban di sana.” Kenzie mendengarkan dengan saksama, kisah yang diceritakan oleh Ray. Meski sangat singkat, Kenzie dapat mengerti perasaan Ray sekarang ini. Ia tahu, berat bagi Ray berpura-pura untuk akrab dengan para siluman, sama seperti Kenzie. Mereka berdua benar-benar memiliki masa lalu yang sedikit mirip. Namun, Kenzie tak tahu sampai mana masa lalu mereka itu serupa. “Kau kau tidak keberatan, bisa kau ceritakan sedikit lagi tentang insiden yang menimpa desa ini, Ray?” tanya Kenzie, pelan, tidak mau terlihat memaksa. Melihat Kenzie yang tenang, tetapi mengeluarkan aura aneh dari dalam tubuhnya, Ray pun mengangguk pelan. “Tidak masalah. Aku akan menceritakan hal yang terjadi selanjutnya.” Dia terdiam sejenak. “Saat para siluman itu mengamuk dan telah membunuh banyak warga desa, termasuk kedua orangtua kami. Paman Gale dan pasukannya datang ke desa ini, tetapi hanya dapat menyelamatkan aku dan Lisa. Tidak ada yang selamat lagi, hanya kami berdua. Aku hanya bisa menceritakannya sampai di sini, kuharap kau dapat mengerti, Kenzie ....” Kenzie mengangguk pelan, tidak meminta rincian cerita dari Ray lagi. “Baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan memintamu menceritakannya lebih dari ini ....”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD