Chapter 69 : Saatnya

1305 Words
Satu bulan sudah berlalu semenjak Kenzie mulai belajar membaca pada Gale. Meski baru berlalu selama satu bulan, pemuda itu sudah dapat membaca dan menghitung dengan lancar, tanpa ada kendala. Hal ini dapat Kenzie capai karena semangat belajarnya yang sangat tinggi, bahkan ketika Gale pergi, Kenzie tetap melanjutkan belajar dan bertanya pada Ray dan Lisa juga. Selain Kenzie, Zill juga berkembang cukup pesat karena sudah belajar tentang Lingkaran Sihir dan Mantra, bersama dengan Ray dan Lisa. Berbeda dari sebelumnya, setelah menguasai Lingkaran Sihir dan Mantra, Zill sudah dapat mengurangi pergerakan ketika bertarung mau pun bertahan. Tentu saja perkembangan ini juga turut membuat Kenzie senang. Ketika Kenzie dan lainnya berkumpul dan mengobrol bersama setelah makan siang, Gale datang tanpa membawa apa pun. Baru sekarang ia datang tanpa membawa apa-apa. Namun, hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh Kenzie dan yang lainnya. “Selamat siang, Paman,” kata Lisa, segera menyapa Gale. Gale berhenti beberapa langkah di depan mereka, menjawab sembari melambaikan tangan, “Selamat siang, Lisa. Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah tidak sakit perut lagi seperti kemarin?” Lisa tersenyum gugup. “Hehe, sudah sembuh. Aku sudah tidak merasa sakit lagi, Paman. Semuanya baik-baik saja, tak ada yang salah.” “Baguslah kalau begitu.” Gale kemudian melirik ke arah Kenzie. “Kenzie, hari ini tidak ada pelajaran lagi, karena kau sudah menguasai semua yang aku ajarkan. Tapi, bisa kau ikut denganku sebentar?” Kenzie sedikit bingung, bahkan ketiga temannya juga melirik bingung ke arahnya. Namun, tanpa keraguan, Kenzie langsung berjalan mengikuti Gale yang sudah terlebih dahulu berjalan pergi. “Aku pergi dulu, semuanya,” kata Kenzie pada teman-temannya. Tiga temannya itu langsung menganggukkan kepala, lalu Zill pun membuka mulut, mengucapkan sepenggal kalimat, “Hati-hatilah, Kenzie ....” Tidak menjawab perkataan Zill, Kenzie terus berjalan tepat di belakang Gale yang terlihat begitu santai. Ia tidak tahu ada urusan apa Gale dengannya, maka dari itu ia lantas bertanya, “Kata Tuan kita tidak akan ada pelajaran hari ini. Lalu apa yang akan kita lakukan?” Gale masih berjalan dengan tenang, menjawab, “Ikut saja, nanti kau akan kuberitahu ketika sudah saatnya.” “Ya ....” Kenzie hanya bisa pasrah dan menurut saja, karena percuma baginya kalau terus mendesak Gale di sini. Jika ia terus mendesak, ia takut Gale akan marah, jadi pilihan terbaiknya hanya diam dan mendengarkan. Mereka pun tiba di bawah sebatang pohon besar. Gale menghentikan langkah, lalu Kenzie juga ikut menghentikan langkah, beberapa langkah di belakang Gale. Masih menatap ke arah pohon, tidak berbalik ke belakang, Gale berkata, “Sebenarnya ini bukan sebuah rahasia, tetapi aku merasa lebih baik aku memberitahumu saja.” “Hm?” Kenzie memiringkan kepala. “Kau pasti masih ingat, kan? Sebulan lalu, sebelum kau mulai belajar membaca dan berhitung. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu kan, sebelumnya?” Kenzie mencoba mengingat-ingat. “Kalau tidak salah, kita sedang membahas tentang jumlah pecahan Pedang Excalibur, kan?” “Tepat. Kita memang sedang membahas tentang pecahan Pedang Excalibur. Dan kau juga tahu kalau aku adalah seorang anggota keluarga kerajaan, jadi aku memiliki lebih banyak informasi mengenai Pedang Excalibur, dari pada orang-orang pada umumnya.” “Lalu? Apa sekarang kau akan membagikan informasi itu padaku?” Gale berbalik, melirik Kenzie dengan saksama. “Aku yakin informasi ini akan berguna bagimu. Jadi, aku akan memberitahumu semua yang aku ketahui, mengenai Pedang Excalibur itu.” Kenzie bersiap mendengarkan informasi yang akan Gale sampaikan. “Aku akan mendengarkan dengan baik ....” “Pedang Excalibur, setahuku memiliki 10 kekuatan berbeda, yakni Kekuatan Cahaya, yang kau miliki, kekuatan Angin milik Zill, kekuatan Penyembuh milik Lisa, kekuatan Tanah milik Ray. Kekuatan lainnya, yakni kekuatan Petir, Ilusi, Air, Api, Gravitasi, dan Membaca Pikiran.” Gale terdiam sejenak. “Sayangnya, Raja Alvan, raja yang memimpin Kerajaan Manusia yang kalah melawan Raja Siluman, sehingga menciptakan situasi sekarang, hanya dapat menggunakan kekuatan Cahaya dari Pedang Excalibur. Dari sejarah Kerajaan Raksasa hingga Kerajaan Manusia, hanya ada satu yang sanggup menggunakan ke sepuluh kekuatan tersebut, yakni pemilik pertama Pedang Excalibur.” “Maksud Tuan, hanya dia yang sanggup menggunakan Pedang Excalibur secara sempurna? Apakah benar?” “Ya, seperti itu. Dan sekarang, Pedang Excalibur sudah terpecah, jadi masing-masing pemilik dari Pedang Excalibur itu pasti memiliki satu kekuatan Pedang Excalibur. Sekarang, yang aku tahu hanya kalian berempat.” “Sebenarnya, sebelum sampai di sini, aku sudah bertemu dengan tiga pemilik pecahan Pedang Excalibur. Tapi aku tidak tahu mereka di mana sekarang.” “Sungguh?” Gale sedikit terkejut. “Kalau begitu, kau harus segera menemukan mereka dan tiga orang pemilik pecahan Pedang Excalibur yang belum kau temui, Kenzie ....” “Tapi ....” Kenzie menjadi sedikit murung, menundukkan wajahnya. “Aku memang bertemu dengan tiga pemilik pecahan Pedang Excalibur, tapi satu di antaranya salah paham pada kami, sehingga hubungan kami menjadi retak.” Mendengar itu, Gale yang tadinya sudah semangat, kini sedikit murung. “Ternyata tidak semudah itu untuk mengumpulkan semuanya. Namun, aku hanya bisa mengatakan padamu untuk segera memperbaiki hubungan kalian. Aku tidak dapat melakukan apa pun untuk itu.” “Aku mengerti. Aku juga sudah berniat melakukannya.” Kenzie mengembuskan napas panjang, kembali menegakkan kepalanya. “Apa hanya ini informasi yang ingin kau katakan padaku?” “Aku tidak memiliki informasi lain. Hanya saja, aku ingin kau berhasil mengumpulkan semuanya, kemudian kembali ke sini. Aku akan memimpin pasukan untuk ikut berperang bersamamu. Apakah tidak masalah?” “Mengapa Tuan ingin melakukan ini? Bukankah sekarang Tuan harus melindungi desa yang damai ini, di mana kaum manusia dan kaum siluman hidup damai bersama-sama, tanpa ada perselisihan?” “Alasan ya? Kurasa aku hanya ingin mengembalikan semuanya menjadi seperti semula. Memang benar di desa ini semuanya baik-baik saja, tetapi tetap saja aku tidak bisa mengabaikan penduduk desa lain yang tertindas oleh kaum manusia. Aku juga anggota keluarga Kerajaan Manusia, jadi aku pikir aku juga bertanggungjawab pada semua manusia yang ada di benua Kura-kura ini.” Kenzie tersenyum sesaat. “Itu adalah alasan yang hebat. Kalau begitu, aku akan kembali ke sini setelah mengumpulkan semua pemilik pecahan Pedang Excalibur. Sampai saat itu tiba, siapkanlah pasukan yang hebat dan banyak.” Kenzie lantas berbalik, mulai berjalan pergi. “Kalau begitu, aku akan kembali ke teman-temanku untuk membicarakan rencana kami pergi besok pagi.” Gale melambaikan tangan sampai Kenzie berada cukup jauh darinya. Pria dewasa tersebut lantas melirik telapak tangan kanannya, kemudian mengepalkan tangan tersebut. “Akan kulakukan yang terbaik untuk membantumu, Kenzie. Aku percaya kau bisa mengalahkan raja siluman itu, dan membuat benua Kura-kura damai kembali, di mana manusia dapat hidup dengan tenteram tanpa perlu mencemaskan siksaan dari para siluman.” Setelah bergumam pelan, Gale berjalan perlahan masuk ke dalam hutan, menuju ke desa. Sepanjang jalan, dia hanya diam sembari memerhatikan sekitar dengan saksama. Dia sedang memikirkan, apakah orang-orang di desa akan mau dibawa berperang melawan raja siluman atau tidak. Jika mereka tidak mau, ke mana Gale harus mencari pasukan? Itulah apa yang mengganggu pikirannya sekarang. *** Di tempat lain, Kenzie sudah kembali ke perkemahan dengan napas terengah. Teman-temannya segera menyapa pemuda itu dengan hangat, lalu Kenzie pun duduk tenang bersama dengan mereka. “Apa yang kalian bicarakan? Apakah itu sebuah rahasia?” tanya Ray, tanpa mau berbasa-basi terlebih dahulu. Kenzie lantas mengembuskan napas panjang. “Yeah, bisa dibilang ini sedikit rahasia, tetapi mungkin kalian sudah tahu juga mengenai apa yang kami bicarakan.” “Hm ....” Ray melirik Kenzie sejenak, kemudian mengubah topik percakapan. “Baiklah, kita lupakan saja hal itu. Sekarang kita perlu memikirkan ke mana kita harus pergi?” “Bagaimana kalau kita pergi ke timur saja?” kata Kenzie, memberi sebuah usulan, spontan. “Mengapa kau berpikir kita harus pergi ke timur?” Ray ingin memastikan. Sementara itu, Zill dan Lisa terus diam, tidak mengatakan apa pun, hanya mendengarkan pembicaraan antara Kenzie dan Ray. “Entahlah,” jawab Kenzie. “Hanya sebuah firasat. Aku tidak tahu mengapa aku mengusulkan untuk pergi ke timur ....”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD