Chapter 63 : Rahasia

1188 Words
Angin berembus pelan, percapakan di antara Kenzie, Zill dan Gale masih terus berlanjut. Akan tetapi, mereka berhenti berbicara selama beberapa waktu, lalu Kenzie memanfaatkan kodisi tenang tersebut untuk mengamati lebih jauh, orang bernama Gale ini. Ia memang terkejut mendengar Gale mengatakan dirinya berasal dari keluarga kerajaan, di samping apakah itu benar atau tidak. Kenzie pun segera membawa topik pembicaraan baru menggunakan sebuah pertanyaan, “Sebelumnya kau mengatakan kalau siluman itu tidak mengetahui keberadaan Pedang Excalibur, apakah dia akan curiga dengan apa yang kita bicarakan ini? Dan lagi, apa para siluman itu benar-benar bisa dipercaya? Tidakkah mereka berbahaya?” Gale berbalik, menatap langit indah bertaburkan bintang. “Mungkin dia memang curiga, tapi selama itu tidak membuat perpecahan di dalam desa, maka itu tidak masalah.” Dia mengembuskan napas panjang sejenak. “Aku yakin mereka dapat dipercaya, karena pemimpin mereka, Arial, merupakan teman baikku. Ide mendirikan desa itu juga berasal dari kami berdua, dan kekuatan antara manusia dengan siluman yang ada di sana juga seimbang. Aku yakin hal tersebut tidak akan membawa masalah ....” Tidak mudah bagi Kenzie yang sangat membenci siluman, menerima kenyataan kalau ada siluman baik di dunia ini. Menurutnya, semua siluman itu jahat dan hanya bisa menyengsarakan manusia, jadi ia sangat membencinya. Namun, ia sadar kalau ia tak bisa menunjukkan kebenciannya itu saat ini, sebab kalau ia bertindak dengan gegabah, banyak nyawa manusia dapat melayang. “Haah ....” Kenzie mengembuskan napas panjang. “Aku tidak tahu hubungan kalian sedekat apa, tapi yang jelas, aku masih curiga pada para siluman itu. Aku tak dapat percaya pada mereka, dan aku pasti akan menghabisi mereka semua dari muka bumi ini!” “Tampaknya matamu masih tertutup, Nak ....” Suasana kembali menjadi sepi, tidak ada yang berbicara, sehingga yang terdengar hanyalah suara deruan angin. Zill sendiri sudah tak mau berbicara lagi karena beberapa alasan. Dia hanya diam dan mendengarkan tanpa memberikan komentar apa pun. Tak lama berselang, Gale kembali berbicara karena Kenzie tidak menjawab ucapannya tadi. “Aku tahu kau memiliki tekad yang hebat, Kenzie. Tapi, kau juga harus sadar dan melihat dengan mata yang terbuka lebar dunia ini. Jangan batasi dirimu untuk hanya melihat satu warna, tapi lihatlah warna lainnya juga. Aku yakin, dengan begitu dunia yang kau lihat akan jauh lebih indah.” Kenzie menundukkan kepala. “Orang sepertimu pasti mudah mengatakan hal itu. Tapi aku tidak dapat menerimanya begitu saja. Maaf, Tuan Gale.” Tanpa perlu Kenzie ceritakan pun, Gale menduga kalau Kenzie dulunya pasti pernah mengalami hal buruk dengan siluman, itulah mengapa Kenzie sangat tidak percaya pada siluman. Akan tetapi, Gale juga yakin kalau suatu saat Kenzie pasti akan mengetahui sisi lain dari para siluman yang selama ini dibencinya. “Semua perlu proses, tidak perlu terburu-buru.” Perlahan, Kenzie menengadah, menatap langit berbintang yang indah. Ia tidak mengucapkan apa pun lagi, hanya diam membiarkan tubuhnya diterpa oleh embusan angin pelan yang menyejukkan. Gale melirik ke belakang. “Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?” “Ya, akan kujawab bila memang bisa kujawab,” jawab Kenzie. “Bisakah kita bertarung sebentar? Tidak lama, aku hanya ingin mengetahui seperti apa kekuatanmu. Setelah ini aku akan mentraktir kalian makan ....” Melihat tidak ada sesuatu yang mencurigakan, Kenzie pun segera menganggukkan kepala. “Kalau hanya sebentar, aku tidak masalah.” Kenzie memutuskan untuk bertarung karena ia juga perlu makan malam ini, dan kebetulan Gale mau memberinya makan jika bertarung. Itu artinya, tidak peduli siapa yang menang, Kenzie dan Zill tetap bisa makan malam ini. Selain itu, Kenzie juga ingin tahu, apakah Gale jauh lebih hebat dalam mengendalikan api dibandingkan dengan Vani. Tak membuang banyak waktu, Gale lantas berjalan beberapa langkah ke depan, kemudian berbalik. Sejenak dia melirik ke sekitar, memerhatikan posisi batu-batu besar di lapangan berbatu ini. “Kau bisa menyerangku kapan saja. Aku akan berada dalam posisi bertahan.” “Jangan meremehkan lawan.” Kenzie menarik keluar pedangnya, kemudian membentuk kuda-kuda kokoh sembari menghunuskan pedangnya itu ke depan. Sebelum menyerang, ia terlebih dahulu berbicara pada Zill, “Zill, menjauhlah sebentar, aku ingin memperlihatkan kekuatanku padanya ....” Zill mengangguk pelan, perlahan mundur beberapa langkah. “Baik, Kenzie.” Kenzie kemudian mengamati lawannya dengan saksama, tidak mau kehilangan satu pun gerakan kecil yang dibuat oleh lawannya itu. Perlahan-lahan, konsentrasi Kenzie pun meningkat bersamaan dengan meningkatnya kewaspadaan dirinya pada sekitar. Gale yang melihat kehati-hatian Kenzie, segera membuat sebuah bola api berukuran sedang di tangan kanannya. Tatapannya tajam ke depan, mengamati dan menerka-nerka apa yang akan Kenzie lakukan. Tanpa aba-aba, Kenzie melesat ke depan, menebaskan pedangnya dengan sekuat tenaga dari kanan ke kiri. Melihat Kenzie yang tak segan-segan menyerang, Gale segera menahan tebasan pedang Kenzie tersebut menggunakan bola api di tangan kanannya. Ledakan pun terjadi, debu bertebaran di sekitar, Kenzie segera mundur, Gale juga mengambil jarak dengan melompat jauh ke belakang. Tak mau menjeda pertarungan terlalu lama, Kenzie lantas melompat tinggi, hendak menebas Gale dari atas. Sayangnya, Gale segera bereaksi, menembakkan satu bola api besar, sehingga lagi-lagi terdengar suara ledakan lantang di dalam hutan ini. Kenzie terpaksa harus mundur cukup jauh, sedangkan Gale masih berdiri dengan tenang sembari manatap tajam ke depan. “Kau benar-benar tidak menahan diri. Apa kau sungguh berniat untuk membunuhku, Kenzie?” tanya Gale, sedikit memprovokasi. Kenzie tetap tenang, tidak terhasut oleh provokasi Gale. “Maaf saja, tapi aku tidak akan menahan diri jika bertarung. Lagi pula, kau pasti dapat mengimbangi kekuatan seorang bocah kecil sepertiku ini, kan? Jadi, jangan mengeluhkan hal yang tak perlu ....” Mendadak saja, beberapa pria dan siluman berjubah, datang ke tempat di mana Kenzie dan Gale bertarung. Gale pun segera mengalihkan pandangannya pada mereka semua. “Tuan Gale, apa yang terjadi? Apakah mereka berdua menyerang Anda?” Salah satu pria berjubah segera memalingkan pandangannya kepada Kenzie. Kenzie hanya tenang, tahu kalau dirinya tak bersalah apa pun. Oleh karena itu, ia lebih memilih menutup mulut saja, membiarkan Gale yang memberikan penjelasan. Karena kemungkinan besar ucapannya tidak akan dianggap. Gale lantas melambaikan tangan. “Tidak terjadi apa-apa. Aku hanya ingin menguji seberapa kuat anak ini. Kalian pergilah, tak perlu ikut campur.” Terlihat jelas kalau pria berjubah yang dijawab Gale, hendak mengatakan keberatannya, tetapi dia dengan berat hati menahan keluhannya tersebut agar tidak keluar. “Baik, Tuan,” jawab si pria berjubah sambil menundukkan kepala dan memimpin sekelompok pria dan siluman berjubah yang datang tadi. Setelah mereka pergi, Gale segera berjalan dengan tenang mendekat ke arah Kenzie. “Kita akhiri saja pertarungan kita. Kedatangan mereka sungguh membuatku tidak memiliki sedikit pun niat lagi untuk bertarung, lebih baik kita makan saja. Ayo pergi.” Kenzie pun langsung menyarungkan pedangnya, lalu berjalan di belakang Gale sambil mengajak Zill pergi. “Ayo kita ikuti dia, Zill,” kata Kenzie, tenang. Zill pun tanpa menjawab segera berjalan di sebelah kiri Kenzie. Mereka bertiga pun berjalan perlahan keluar dari hutan, masuk ke dalam desa. Dari sini, Gale membawa mereka ke sebuah rumah yang di dalamnya ada seorang anak kecil dan wanita berambut panjang. “Masuklah, ini rumahku,” kata Gale mengajak Kenzie dan Zill masuk. Kenzie lantas memalingkan pandangan pada Zill, kemudian menjawab, “Terima kasih atas undangannya.” Ia dan Zill pun segera masuk setelahnya dengan begitu sopan, berhubung mereka memang sedang bertamu di rumah orang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD