Chapter 77 : Kyra

1328 Words
Sekitar delapan tahun yang lalu, terlihat seorang siluman berekor sembilan yang masih kecil, tengah jatuh berlutut di tanah, memandang mayat kedua orangtuanya yang sudah dipotong-potong. Orang yang membunuh kedua orangtua siluman kecil ini-Kyra—sudah pergi, tidak menyadari kehadiran Kyra yang sedari tadi bersembunyi dengan baik di dalam semak-semak, tidak dapat keluar, hingga kedua orangtuanya tewas. Pembunuh kedua orangtua Kyra yang pergi itu, terlihat terburu-buru karena tangan kanannya terluka cukup parah. Kendati tahu kalau orang itu terluka parah, Kyra tetap tidak dapat menggerakkan kedua kakinya untuk pergi mengejar si pembunuh tersebut. Ia takut, gemetar dan sangat terpukul melihat kenyataan kalau sebentar lagi ia akan hidup sebatang kara, tanpa ada bimbingan dari kedua orangtuanya. Ia ingin menangis, tetapi air matanya mengering. Tenggorokkannya juga kering, sehingga tak ada suara yang dapat keluar dari sana. Tarikan napasnya menjadi tak karuan, sementara kedua matanya memandangi kedua telapak tangannya yang sekarang sudah dilumuri oleh darah segar kedua orangtuanya. Tidak lama berselang, datang beberapa siluman yang hendak menolong. Akan tetapi, sangat disayangkan mereka sudah terlambat. Sebagian dari mereka lantas mencoba mengejar si pembunuh, sedangkan sebagian lagi mulai mengurus kedua mayat yang terbaring. Hanya ada satu di antara mereka, yakni siluman perempuan yang juga memiliki sembilan ekor, yang merangkul Kyra dari belakang. Kyra sedikit terkejut kala dirinya dirangkul, hingga akhirnya siluman yang merangkulnya berkata, “Maaf, kami datang terlambat. Seharusnya kami datang sedikit lebih cepat sehingga hal ini tidak terjadi.” Kyra hanya diam, tidak dapat mengatakan apa pun lagi. Tatapan matanya begitu kosong, emosinya menghilang, seolah sudah tak ada lagi yang tersisa dalam hatinya. Namun, perlahan-lahan, kehangatan dapat kembali ia rasakan, dari pelukan hangat yang ia terima sekarang. Meski harus bersusah-payah, Kyra mencoba menggerakkan mulutnya, mengucapkan sesuatu, “Ayah pernah mengatakan, hanya orang lemahlah yang akan kalah saat bertarung. Ibu pernah mengatakan, selama aku kuat, maka aku akan menang. Apa mereka kalah karena mereka lemah ...?” Siluman yang memeluk Kyra, tersenyum tipis. “Apa yang mereka katakan memang benar, mereka lemah makanya mereka kalah. Jadi, apa kau juga akan menjadi lemah dan kalah seperti mereka? Atau kau akan menjadi kuat agar tidak menjadi seperti mereka?” Sejenak, Kyra terdiam, lalu tatapannya berubah kala ia mengepal erat kedua tangannya. “Tidak akan kumaafkan. Orang yang sudah membunuh kedua orangtuaku itu, tidak akan kumaafkan. Aku akan menghancurkannya. Akan kuhancurkan dia karena sudah membunuh kedua orangtuaku ....” “Anak baik ....” Siluman yang merangkul Kyra, memejamkan mata sejenak. “Mulai sekarang, aku akan menggantikan mereka sebagai seorang guru. Panggil aku Guru Vinri mulai dari sekarang ....” Sudah termakan oleh kebencian yang mendalam, terhadap dirinya yang lemah dan terhadap orang yang sudah membunuh kedua orangtuanya, Kyra menjawab, “Baik, Guru Vinri. Aku—Kyra, akan membalas kematian kedua orangtuaku. Aku tidak akan bisa memaafkan mereka.” “Itu bagus. Sangat bagus, Kyra ....” Dari sanalah, awal di mana Kyra dan Vinri bertemu. Mulai dari pertemuan kecil yang diakibatkan oleh sebuah kejadian tragis, mereka pun menjadi semakin dekat, sebagai guru dan murid tentu saja. Hingga pada akhirnya, Kyra benar-benar menganggap Vinri sebagai pengganti kedua orangtuanya yang telah tiada, tewas tepat di depan matanya. Menggunakan pengaruh dari Vinri juga, Kyra dapat mengenal Raja Evil, raja para siluman yang berkuasa sekarang. Hubungan Kyra dan Raja Evil memang tidak terlalu dekat, tetapi mereka tidak bermusuhan, mereka bertindak hanya sebagai tuan dan bawahan. *** Pada suatu waktu, Raja Evil mendadak memanggil Vinri ke istana. Tentu saja Kyra datang bersama dengan Vinri untuk memenuhi panggilan itu. Di sana, Raja Evil memerintahkan mereka untuk membawa pasukan, menginterogasi semua penduduk di ‘Kandang A-21’. “Vinri, lakukan pencarian dua prajurit yang menghilang di ‘Kandang A-21’. Paksa para manusia kurang ajar itu untuk mengungkapkan di mana kedua prajurit itu mereka sembunyikan.” Raja Evil pun melirik ke sekitar, kemudian melanjutkan. “Bawa pasukanmu juga untuk melakukan tugas ini. Dan kalau tidak ada satu pun dari mereka yang mau mengatakan keberadaan dua prajurit itu, bunuh mereka semua!” “Baik, Yang Mulia!” Vinri memberikan hormat pada Raja Evil. “Saya akan melaksanakan tugas dengan baik.” Dia pun berbalik, berjalan menuju pintu keluar bersama dengan Kyra. Namun, sebelum mereka berdua dapat keluar, mendadak Raja Evil memanggil Kyra. “Kyra, aku memiliki tugas lain untukmu.” Kyra dan Vinri berbalik arah dengan serentak. Kyra pun lantas merendahkan kepala, memberikan hormat, bertanya, “Baik, Yang Mulia. Saya akan dengan senang hati menuruti perintah dari Yang Mulia Raja.” Melirik Kyra sejenak, Vinri lantas bertanya pada Raja Evil, tanpa merendahkan tubuh terlebih dahulu, “Yang Mulia, tugas apakah yang hendak Yang Mulia berikan kepada murid saya?” “Bukan tugas yang sulit, dan ini hanya karena kebetulan dia ada di sini saja. Aku ingin dia mengambil beberapa b***k dari ‘Kandang B-1’ dan beberapa ‘pelayan’ saja dari sana. Apakah kau bersedia?” Saling memandang dengan Vinri sejenak, Kyra lantas menganggukkan kepala. “Baik, Yang Mulia. Tugas akan saya selesaikan dengan segera.” Vinri dan Kyra pun keluar dari istana dengan tenang. Mereka berdua tidak berani membantah langsung tugas yang diberikan Raja Evil untuk mereka, tetapi setelah jauh dari istana, Kyra baru mengeluarkan keluhannya, “Haah ... padahal aku ingin sekali membantai para manusia itu, tapi aku malah mendapatkan tugas yang sangat tidak asik ini.” “Haha, mungkin belum saatnya bagimu untuk melakukannya. Lagi pula, Raja Evil melakukan ini bukan karena hanya dia mau, tetapi untuk menebarkan ketakutan pada para manusia itu, agar mereka tidak bertindak seenaknya,” jawab Vinri, santai. “Memang benar sih, tetapi apa-apaan tugas yang dia berikan padaku? Mengambil beberapa b***k dan ‘pelayan’? Siluman rendahan saja bisa melakukan itu tanpa ada kendala. Mengapa harus menyuruhku? Menyebalkan sekali. Aku tidak suka.” “Mau kau suka atau tidak, Raja Evil telah memberikan tugas itu untukmu. Jadi, kau harus melakukannya dengan baik. Dan kalau kau cepat menyelesaikannya, kau dapat menyusulku ke ‘Kandang A-21’.” “Benarkah?” Mata Kyra kini terlihat bersinar. “Jika masih sempat, kau bisa datang kapan saja.” “Baik! Aku akan berusaha, Guru!” Pada awalnya, Kyra mengira semua akan baik-baik saja. Ia menyelesaikan tugasnya dengan sangat cepat, sehingga dapat menyusul Vinri ke ‘Kandang A-21’. Memang benar ia berhasil menyelesaikan tugasnya sebelum Vinri dan pasukannya kembali, lalu meminta izin menyusul mereka kepada Raja Evil. Setelah mendapatkan izin, Kyra langsung bergegas pergi menuju ‘Kandang A-21’ dengan riang gembira, kendati hari sudah mulai gelap. Ia terus berlari menyusuri jalan setapak di dalam hutan sembari mengira bagaimana cara gurunya menghajar para manusia yang ada di sana. Sayangnya, apa yang ia harapkan tidak terwujud. Ia melihat ‘Kandang A-21’ sudah hancur lebur, tidak ada yang tersisa. Semua bangunan hancur, rata dengan tanah, banyak manusia dan siluman yang tewas di sana, membuat suasana menjadi kian suram. Tak jauh dari tempatnya berdiri, Kyra melihat mayat gurunya, terbaring. Tanpa ragu ia seketika berlari ke sana, tetapi seperti apa yang ia lihat tadi, ia hanya menemukan mayat Vinri yang tergeletak, sudah tak bernapas lagi. “Guru?!” Kyra berseru lantang, sangat sedih ditinggalkan gurunya. Terlarut dalam kesedihan sekali lagi, sekujur tubuh Kyra melemas, tetapi ia lantas memukul tanah di dekatnya hingga membentuk sebuah lubang. “Tidak akan kumaafkan kalian, para manusia, yang sudah membunuh orang-orang yang aku sayangi. Tidak akan pernah aku maafkan!” Kyra lantas memeriksa sekujur tubuh Vinri, mencari petunjuk tentang orang yang sudah membunuh Vinri. Beruntungnya, ia mendapatkan sehelai rambut di sela cakar Vinri, yang menjadi petunjuk tentang si pembunuh. Setelah melaporkan apa yang ia lihat, Kyra lantas pergi ke salah satu siluman yang memiliki kekuatan meramal dengan membawa sehelai rambut yang ia pungut. Dari saja ia mengetahui kalau yang sudah membunuh gurunya adalah, seorang pemuda yang memiliki kekuatan hebat, yakni Kenzie. Awalnya Kyra berniat untuk langsung membunuh Kenzie, tetapi siluman peramal yang ia datangi, menyuruhnya untuk tak melakukan itu, melainkan melakukan pendekatan halus. Itu karena peramal ini sudah meramalkan kalau Kenzie akan mengumpulkan orang-orang yang dapat mengancam kedamaian para siluman. Jadi dia meminta Kyra untuk sabar dan menunggu saat di mana Kenzie sudah mengumpulkan mereka semua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD