Chapter 5 : Latihan

1085 Words
Tepat di depan Kenzie, ada seorang pria berjubah yang memeragakan beberapa gerakan dasar, seperti memukul. Tentu ini bukanlah orang sungguhan, melainkan sebuah ilusi yang diciptakan entah oleh siapa. Sebelumnya juga Kenzie sempat terkejut melihat ini kala mendekati gambar di dinding, tetapi sekarang ia memilih untuk memerhatikannya. Setiap gerakan dari pria tersebut terayun dengan halus, saking halusnya, Kenzie tak mampu mengikuti. Namun, pria tersebut seketika berhenti, diikuti oleh Kenzie. Kenzie memiringkan kepala, masih bingung harus bereaksi seperti apa. “Apakah tadi itu hanya sebuah pertunjukan biasa? Aku tidak mengerti sama sekali?” Kenzie bergumam pelan, mengutarakan ketidaktahuannya. Pria itu memejamkan mata, berdiri tegak sambil membentuk lingkaran kecil dengan kedua tangan, dan menempelkannya di perut. Tak berselang lama, lingkaran sihir berwarna kuning muncul, semakin besar hingga menutupi tubuhnya sendiri. “Apa ini mantra?” Kenzie semakin serius memerhatikan, sampai akhirnya dadanya bergejolak. “Ada apa ini?” Tubuh Kenzie bersinar terang, tato muncul di sekujur tubuhnya, dan matanya kini bercahaya. “Jadi kau sudah sampai?” tanya pria itu pada Kenzie. Kenzie hanya bisa melongo selama beberapa saat, kemudian mengusap mata untuk memastikan kalau ia tidak sedang berhalusinasi. “Bagaimana kau bisa ada di sini?” Kenzie terlihat masih kebingungan. “Hahaha, akulah yang dulunya memiliki Pedang Excalibur. Beruntung saat itu aku sudah mengantisipasi keadaan dan meninggalkan sedikit rohku di sini,” ucap si pria sambil tertawa kecil. “Boleh aku tahu siapa namamu?” Kenzie mengangguk pelan, lalu menjawab, “Namaku Kenzie.” “Nama yang bagus. Namaku Al, kau boleh memanggilku apa saja ....” “Kalau begitu, aku panggil Tuan Al saja?” “Baiklah. Kau boleh memanggilku seperti itu.” Diam sejenak, kali ini Kenzie memperlihatkan raut wajah serius. “Tuan Al, bisakah kau mengajariku menggunakan kekuatan ini?” Melihat tekad ini, Al sedikit tersenyum, lalu menepuk pelan kepala Kenzie. “Tentu saja, aku akan mengajarimu sampai menjadi kuat dan mampu menyelamatkan ras manusia dari perbudakan.” “Kalau begitu, segera kita mulai saja!” *** Tiga bulan telah berlalu semenjak pelatihan Kenzie dimulai. Pemuda itu kini berubah menjadi lebih tangguh dibandingkan sebelumnya. Ia juga dapat menggunakan mantra, lingkaran sihir, maupun serangan fisik dengan melapisi tubuh dengan Energi Sihir. Akan tetapi, penguasaannya terhadap mantra dan lingkaran sihir sekarang ini masihlah di tahap paling awal. Kini Kenzie keluar dari gua, karena Al ingin ia melatih diri di dunia luar, bukan hanya bertapa dan melakukan latihan fisik biasa. Apa yang diperlukan oleh Kenzie agar dapat menjadi kuat adalah bertarung dengan lawan tangguh. Semakin banyak lawan yang dihadapi, semakin banyak pula pengalamannya dalam pertarungan. Sejenak Kenzie berhenti saat sudah berada di depan pintu gua. Ia melirik ke sana sini, dan tidak menemukan adanya tanda-tanda kehadiran orang lain di sekitar. Tanpa mau menunggu lebih lama, ia pun masuk ke dalam hutan, mencari sesuatu untuk menguji kekuatannya sekali lagi. Tak lama kemudian, ia melihat sebuah batu besar di antara dua batang pohon. Langsung saja pemuda itu berlari, kemudian mengumpulkan Energi Sihir di tangan kanan, lalu memukul batu besar tadi dengan sekuat tenaga. Batu tadi seketika meledak hingga hancur berkeping-keping. Debu pun bertaburan, menutup penglihatan. Kenzie pun menarik kembali tangannya sambil menghela napas panjang. Senyum tipis terlihat jelas di bibirnya, memperlihatkan kalau ia cukup puas dengan hasil ini. “Tidak sia-sia aku berlatih, kemampuanku sekarang meningkat sangat pesat. Tapi, kekuatan ini masih belum cukup!” Tangan kanan Kenzie mengepal erat. “Lagi! Aku memerlukan lebih banyak latihan!” Setelah sejenak menguatkan tekad, kini Kenzie berjalan lagi masuk lebih jauh ke dalam hutan. Sama seperti biasanya, tempat ini terlihat kosong. Namun, Kenzie yakin, pasti ada hewan di sekitar yang tengah bersembunyi. Tak lama kemudian, akhirnya Kenzie sampai di depan sebuah telaga. Ia pun bersantai ria sejenak di sana, menikmati nyamannya embusan angin. Kenzie menarik napas panjang, menghirup segarnya udara di sekitar. Matanya lantas mengarah ke depan, di mana hanya terdapat air yang tenang. “Aku rasa aku harus bersantai di sini lebih lama. Hahaha.” Mendadak, Kenzie merasakan adanya aura membunuh. Segera ia berbalik ke belakang, dan benar saja, tiga siluman melesat cepat ke arahnya. Salah satu siluman maju menebaskan pedangnya secara vertikal. Tapi Kenzie melindungi tubuh dengan Energi Sihir, lalu menahan serangan pedang dengan tangan kosong. Siluman berpedang mundur, kemudian dua siluman dengan tombak maju bersamaan, menusukkan tombaknya ke depan dengan sekuat tenaga. Lagi-lagi Kenzie berhasil menepis serangan, dan mundur satu langkah. Ketiga siluman berkumpul, siluman berpedang berada di tengah, sementara dua lainnya di kiri dan kanan. Kenzie masih tidak mengerti apa motif p*********n mereka, tetapi pastilah bukan sesuatu yang sepele. Untuk menjaga agar kekuatannya tidak menggerogoti dari dalam, Kenzie tidak mengeluarkan semua Energi Sihir-nya. Ia tahu akan sulit bertarung seperti ini, tetapi Al telah berpesan padanya agar tidak mengeluarkan semua kekuatan kalau keadaan tidak terlalu mendesak. “Kalian berdua, bersiap melakukan serangan T!” kata siluman berpedang sambil mengarahkan pedangnya ke depan. “Baik!” Dua siluman lainnya pun mengambil ancang-ancang menyerang. Kenzie hanya diam, memerhatikan mereka sembari mencari celah. Seketika dua siluman bertombak menghilang dari pandangan, dan siluman berpedang melesat ke depan. Tidak mau diam saja, Kenzie lantas melesat ke depan, kemudian melancarkan pukulan ke depan sambil berlari. Namun, siluman berpedang berhenti, dua buah tombak melesat pada Kenzie dari kiri dan kanan. Kenzie pun berhenti, membentangkan kedua tangan untuk menghalau serangan. Melihat ada kesempatan, siluman berpedang melesat lagi ke depan, mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah. “Matilah!” Siluman berpedang berteriak dengan kencang. Serangan dari tiga arah ini sudah mendesak Kenzie. Mau tak mau, pemuda itu akhirnya menciptakan gelombang kejut, membuat dua tombak di sampingnya terpental sangat jauh, termasuk juga siluman berpedang. “Kapten!” Dua siluman tadi lantas berlari, hendak menolong siluman berpedang. Akan tetapi, Kenzie terlebih dulu menghancurkan kepala salah satu dari mereka. “Wiz!” Siluman yang satunya pun mengamuk, lalu menyerang Kenzie dengan pukulan membabi-buta. Kenzie menanggapi serangan tersebut. Ia dengan santai menangkis semua serangan, lalu menggunakan kakinya untuk menendang siluman itu hingga terpental ke sebatang pohon. “Hua!!!” Tak lama, siluman berpedang muncul, melompat tepat di depan Kenzie sambil menebaskan pedangnya dengan cara yang sama. Kenzie mundur satu langkah, kemudian merendahkan tubuh, maju selangkah lagi dengan cepat, dan memukul perut si siluman sampai terpental ke atas. Namun, mendadak saja dua tombak angin melesat ke arah Kenzie. Tak ambil pusing, Kenzie langsung melompat, menghindari serangan itu. “Ha!!!” Siluman sebelumnya kembali melancarkan pukulan. Kenzie pun melakukan pukulan juga, sehingga pukulan mereka saling beradu, menciptakan gelombang udara yang kuat. Si siluman dan Kenzie pun terdorong ke belakang, Kenzie mendarat dengan napas terengah, sementara si siluman terlihat sudah kesusahan menahan keseimbangan tubuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD