Chapter 80 : Festival IV

1540 Words
Sesudah banyak melakukan p*********n terhadap kaum siluman, Parvis pergi ke kota, lalu secara tidak sengaja menemukan gambar Zidan dan Vani yang hendak dieksekusi di depan umum. Sebelum bertindak, ia terlebih dahulu memeriksa coloseum, kemudian datang menyelamatkan Zidan dan Vani di waktu yang tepat, karena ia selalu yakin kalau Kenzie pasti akan datang juga. Kini, Parvis berdiri di depan Zidan dan Vani, menatap ke atas salib di mana Kyra berdiri. Siluman rubah berekor sembilan yang ditatap oleh Parvis itu, tampak sangat kesal sekarang. Rencananya sudah dihancurkan oleh sesuatu yang benar-benar tidak ia duga sebelumnya. Awalnya dia pikir kalau Parvis pada akhirnya pasti tidak akan datang menyelamatkan Kenzie, sebab pernah terjadi pertengkaran di antara mereka sebelum ini. Parvis lantas memberikan apa yang sudah ia ambil di ruang bawah tanah sebelumnya, yakni setangkai bunga mawar dan sebilah pedang kecil pada Vani dan Zidan. “Ambil ini, dan ikut bertarung. Kalian pasti tidak ingin hanya menjadi penonton, kan?” Vani dan Zidan pun mengambil apa yang Parvis berikan. “Terima kasih, Parvis,” kata Zidan, masih bingung mengapa Parvis malah datang menyelamatkan mereka di saat seperti ini. Sebelum kedua remaja itu bertanya, Parvis langsung menjelaskan alasan dirinya di sini sekarang, secara singkat, “Maaf, sebelumnya aku salah paham dan malah membuat kalian dalam masalah. Aku sadar sekarang, alasan mengapa kalian waktu itu pergi terlebih dahulu dari desa itu. Lalu, alasan mengapa desa itu dan desa yang aku lindungi, diserang ....” Zidan dan Vani saling memandang selama beberapa waktu, kemudian kembali melirik ke arah Parvis. “Jadi begitu ....” Vani terlihat lega. “Untunglah kau bukan orang yang bodoh, seperti yang aku pikirkan. Hahaha.” “Aku tidak tahu itu adalah pujian atau penghinaan?” “Aku hanya bercanda. Jangan diambil pusing.” Beberapa saat kemudian, Parvis mengalihkan perhatiannya ke arah Kenzie. “Yo, Kenzie! Aku minta maaf untuk yang sebelumnya, jadi bisakah aku menebusnya sekarang?” Dari sisi lain, Kenzie terlihat menampilkan senyum tipis, menjawab, “Tidak perlu dipikirkan. Aku tidak pernah menyimpan dendam padamu, justru aku berterimakasih atas itu ....” Sadar kalau Kenzie menemukan sesuatu yang lebih penting setelah jatuh dari jurang, Parvis lantas menggenggam erat kapak penuh darah yang ia hunuskan ke depan. “Kalau begitu, baguslah. Aku juga tak ingin kita malah kembali bertengkar karena si jalang ini.” Belum sempat Kenzie menjawab, Fu lantas melompat, memukulkan gada besarnya ke arah Kenzie. “Jangan meremehkan kami!” Kenzie sedikit tertawa, mengambil satu langkah ke depan, menebaskan pedangnya secara horizontal ke arah atas. Kilatan keemasan lantas melesat, memotong kedua lengan Fu. “Haha, bodoh sekali. Aku sudah menantikan saat di mana kau akan menyerang.” Gada besar yang Fu gunakan, jatuh bersama dengan tubuhnya. “Argh!!!” Fu menjerit kencang, membuat semua siluman yang ada di podium, terkejut melihat hal tersebut. “Mustahil ... manusia itu berhasil mengalahkan Tuan Fu?” Para siluman segera bertanya-tanya. “Apakah dia menggunakan semacam cara curang?” “Kejam sekali makhluk rendahan itu ....” Ocehan-ocehan semacam itu, tidak membuat Kenzie, Parvis, Zidan mau pun Vani menjadi terhina. Mereka malah terlihat senang sekarang, karena Kenzie sudah mengalahkan salah satu siluman yang menyerang mereka. Hal ini membuat mereka kian optimis untuk menang. Tanpa ada belas kasihan sedikit pun, Kenzie mendekat ke arah Fu, hendak membunuh siluman itu dengan pedangnya. Namun, Kyra berusaha menghalangi dengan menyerang Kenzie menggunakan beberapa peluru angin, sayangnya Parvis segera bertindak, membuat beberapa Lingkaran Sihir, menahan serangan yang Kyra luncurkan itu. “Cih!” Kyra lantas mengubah arah serangan ke arah Parvis, Zidan dan Vani. Akan tetapi, semua serangan itu dapat dihalau dengan mudah oleh mereka bertiga. “Inilah yang kalian dapatkan jika berani melawan kami!” Kenzie mengangkat pedangnya ke atas, hendak menebas Fu. Namun, mendadak sebuah jarum besar melesat ke arahnya, membuat dia terpaksa mundur sejauh mungkin. Semua perhatian seketika teralih pada siluman bertubuh tinggi dengan rambut silver, melayang di atas mereka. Siluman dengan jas berwarna hitam itu lantas mengelus-elus rambut dan janggutnya, usai menghalau Kenzie. “Tuan Dio Brando?!” Pehatian Kyra langsung teralih dari pertarungan ke arah siluman di atas sana. “Kesempatan!” Tidak membuang waktu, Parvis meluncurkan satu sambaran petir besar ke arah Kyra. “Ga—” Kyra tidak sempat bereaksi. Sayangnya, sebuah jarum besar malah jatuh, menghalau serangan kuat yang Parvis luncurkan itu. Jarum tersebut diluncurkan oleh siluman di atas sana yang bernama Dio Brando. “Manusia bodoh. Kau pikir kau dapat menyerang semudah itu?” ucap Dio sambil mengeluarkan sebuah jarum kecil dari balik jas hitamnya. “Jangan bermimpi di siang hari seperti ini ....” “Siluman itu terlihat berbahaya. Kalian berdua harus berhati-hati,” bisik Parvis, memperingatkan kedua temannya. “Baik!” Zidan dan Vani serentak menanggapi, bersiap untuk bertarung dengan menghunuskan masing-masing senjata mereka ke depan. Mendadak saja, keributan terjadi di coloseum ini, banyak siluman berseragam masuk ke dalam arena, mengelilingi Kenzie dan teman-temannya supaya tidak dapat keluar. Parvis terus melirik ke sekitar, memerhatikan dan mencari celah di mana mereka dapat keluar sekarang. Ia mengerti kalau mereka harus segera mundur agar tidak mati sia-sia menghadapi begitu banyak prajurit siluman di sini saat ini. *** Di sisi lain, Kenzie juga melirik ke sekitar, mulai berpikir bagaimana cara keluar dari sini sekarang. Ia sudah tak lagi memedulikan siluman bernama Fu yang kini masih jatuh berlutut di tanah, merintih kesakitan karena kedua lengannya sudah dipotong oleh Kenzie. Tidak hanya itu, Kenzie sempat menengadah, memerhatikan siluman bernama Dio Brando yang tadi berhasil menghentikan tindakannya. Situasi yang sangat mendesak ini, membuat Kenzie menggenggam erat pedangnya, mengalirkan ‘Mana’ ke sekujur tubuh, memasang kuda-kuda kokoh. “Huuh ....” Kenzie mengembuskan napas panjang, menatap Kyra yang berdiri di atas salib. “Baiklah, aku akan melakukannya.” Kala Kenzie melesat cepat ke depan, beberapa jarum besar lantas jatuh menghalangi jalannya. Akan tetapi, Kenzie dengan lincah melewati semua itu. Ia melompat ke kanan, langsung melesat ke depan lagi, menghindari jarum panjang yang jatuh. “Serangga!” Dio Brando mengambil banyak jarum dari balik pakaiannya, lalu melemparkan semua jarum itu ke bawah. Dalam waktu bersamaan, jarum yang tadinya kecil seketika berubah menjadi besar. Namun, mendadak saja sebuah guntur menyambar ke arah Dio. Ledakan besar terdengar, tetapi di atas sana, terlihat dengan jelas, Dio Brando dapat menahan sambaran petir yang diluncurkan Parvis padanya. “Dia sangat waspada,” kata Parvis, sedikit kesal akan keadaan. Sudah tidak ada halangan lagi, Kenzie melesat ke atas, menebaskan pedangnya secara horizontal ke arah Kyra. Kyra segera bereaksi, menahan tebasan pedang tersebut dengan perisai angin. Melihat ada satu kesempatan emas, segera Parvis melesatkan satu sambaran petir dari tubuhnya, ke punggung Kyra. Malangnya, Dio Brando lagi-lagi menahan serangan Parvis menggunakan jarum besarnya. Kemudian, dalam waktu bersamaan, para prajurit siluman yang mengepung, segera melesat maju, menyerang dengan serentak. “Hia!!! Serang!!! Habisi para makhluk liar itu!!!” Para siluman lantas bersorak. “Kali ini mereka semua pasti tewas! Sudah tidak ada harapan lagi bagi mereka untuk menang!!!” “Demi kehormatan siluman! Habisi mereka semua!” Kenzie lantas mendarat di dekat Parvis, Zidan dan Vani setelah beradu serangan dengan Kyra. Sedangkan Kyra lantas melayang tepat di sebelah Dio Brando, menyaksikan dari atas, apa yang akan Kenzie dan teman-temannya lakukan setelah ini. Kenzie masih terus memerhatikan sekitar, sementara Parvis memerhatikan dua siluman yang ada di atas sana untuk berjaga-jaga. Tidak menyerah begitu saja dengan keadaan, Kenzie masih terus berpikir, bagaimana cara mereka keluar dari situasi yang sangat mendesak mereka ini. Namun, satu-satunya cara yang dapat ia pikirkan adalah menerobos semua siluman. “Vani, gunakan apimu untuk menyerang para siluman yang ada di depan!” seru Kenzie, lantas. “Baik!” Tanpa bertanya, Vani langsung membombardir siluman-siluman yang datang dari depan mereka. Para siluman itu seketika terhempas ke segala arah, tetapi Kenzie masih belum juga puas. “Parvis, gunakan sambaran petirmu untuk menyerang mereka yang datang dari belakang!” Kenzie berseru lagi. “Aku yang akan menghadapi dua siluman di atas sana!” Percaya penuh pada rencana yang Kenzie buat, Parvis segera mengalihkan perhatian, langsung menyerang para siluman menggunakan sambaran petirnya yang kuat. Sekali lagi, para siluman itu terhempas ke sana-sini. Seperti yang Kenzie duga, Dio dan Kyra tidak tinggal diam. Mereka berdua menyerang Kenzie dan teman-temannya dari atas sana. “Berani sekali kalian melawan kami, huh?!” Kenzie tersenyum tipis. “Hanya siluman, untuk apa aku takut?” Ia segera membuat sebuah Lingkaran Sihir besar, menahan serangan jarum besar serta bola-bola angin yang menyerang dari atas. “Zidan, Vani, buat jalan! Kita akan keluar dari sini!” “Ya!” Zidan dan Vani langsung bergerak, menyerang para siluman dari dekat. Sayangnya, mendadak muncul beberapa siluman bertubuh kekar lagi di atas sana, membuat Zidan dan Vani tidak dapat bergerak bebas lagi, karena diserang dari atas sana. “Sial ....” Melihat situasi yang kian mendesak, ditambah ada bantuan untuk pihak siluman, Parvis lantas mengembuskan napas panjang. “Kenzie, sepertinya ini tidak akan berhasil.” Sejenak, Kenzie melirik ke arah Parvis. “Jangan bilang kalau kau akan menyerah pada mereka sekarang ini, Parvis?” Parvis menggelengkan kepala. “Aku tidak memiliki niat itu, tapi aku memiliki rencana yang mungkin jauh lebih baik dari ini. Apa kau mau mendengarkan?” “Katakan ... aku akan mendengarkan setiap pendapat yang ada agar bisa membuat rencana yang tepat ....” “Baiklah, terima kasih, aku akan mulai menjelaskannya.” “Ya.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD