Chapter 81 : Festival V

1550 Words
Para siluman menghentikan serangan mereka terlebih dahulu, mereka kian berhati-hati untuk menghadapi Kenzie dan yang lainnya. Memang benar ada beberapa bantuan yang datang di pihak mereka, tetapi Kenzie dan teman-temannya masih terlihat mengintimidasi mereka dengan kekuatan yang begitu luar biasa. Kesempatan emas ini pun, Parvis manfaatkan untuk menjelaskan rencana yang sudah ia susun demi menyelamatkan teman-temannya. Namun, sebelum menjelaskan, Parvis terlebih dahulu meminta maaf, “Maaf, Kenzie, waktu itu aku gegabah dan ditelan oleh amarahku sendiri, sehingga mataku buta tidak melihat kau adalah orang baik. Harusnya aku lebih sabar dan teliti.” “Tidak perlu dibahas, semuanya sudah berlalu dan aku tidak memikirkan hal itu lagi,” jawab Kenzie, tidak mau memperburuk keadaan. Parvis mengembuskan napas panjang. “Baiklah, aku akan mulai mengatakan rencanaku.” Dia terdiam sejenak. “Kalian bertiga buatlah jalan, lalu lari sekuat tenaga ke luar dari kota ini. Sementara itu, demi menebus kesalahanku, aku akan menahan para siluman ini sekuat tenaga ....” “Jangan bodoh! Mana mungkin kami akan menyetujui rencana bunuh diri itu!” “Kenzie benar! Kami tidak akan pergi meninggalkanmu,” Zidan menyahut. “Hm!” Vani menganggukkan kepala, setuju pada Kenzie dan Zidan. “Aku tahu kalau kalian semua baik, bahkan sangat baik, bisa memaafkan aku yang dulu pernah menyerang kalian. Tapi, jika kita tetap seperti ini, kita semua pasti akan tewas semua di sini. Ditambah lagi, semakin banyak siluman yang datang untuk membantu pertahanan dan serangan mereka.” “Tapi ....” Kenzie hendak kembali membantah rencana Parvis. “Kau pasti mengerti, Kenzie,” Parvis langsung memotong. “Kalau pun kita menang di sini, kita tetap berada di tengah kota para siluman. Ketika kekuatan kita terkuras habis, sementara para siluman terus saja berdatangan, maka nyawa kita berempat pasti akan melayang. Selain itu ....” Kenzie, Zidan dan Vani kian serius mendengarkan. Mereka bertiga bisa paham mengapa Parvis menganjurkan rencananya. Akan tetapi, sulit bagi mereka untuk mengorbankan satu di antara mereka, mati di sini. “Aku sudah banyak bertarung dan diserang bersamaan oleh para siluman,” Parvis melanjutkan. “Bahkan, pengalaman ini jauh lebih banyak dari kalian bertiga. Aku sangat yakin akan hal itu. jika aku beruntung, mungkin aku bisa selamat lagi di sini, seperti aku biasanya selamat dari maut yang sudah berada tepat di depan mataku.” Melihat tekad Parvis yang sudah bulat dan tidak dapat lagi diubah, mau tak mau Kenzie pun harus mengambil keputusan di sini. Ia mengembuskan napas panjang, lalu melirik ke sekitar, di mana para siluman sudah siap menyerang, hanya perlu menunggu perintah saja. “Baiklah, Parvis. Karena kau begitu yakin dengan akhir seperti ini, maka aku tak dapat menghalangimu lagi.” “Kenzie?!” Zidan ingin membentak, tetapi dia seketika terdiam melihat raut wajah Kenzie yang sama tidak puasnya dengan dirinya. Parvis tersenyum tipis. “Terima kasih karena sudah mengizinkanku melakukan ini. Aku harap kau dapat menyalakan api harapan di dalam hati kaum manusia di benua Kura-kura ini, Kenzie!” “Aku akan berusaha ....” “Serang para manusia itu!” Dio menyerukan perintah. “Ha!!!” Para siluman seketika bergerak, menyerang Kenzie dan teman-temannya. Akan tetapi, dengan wajah datar, Kenzie menebaskan pedangnya secara horizontal ke depan, menciptakan satu serangan berbentuk setengah lingkaran, melesat dan memotong hampir setengah barisan para siluman. “Kalian semua berisik!” Segera Kenzie melesat ke depan, menebas setiap siluman yang datang dan menghalangi jalannya. “Menyingkir dari hadapanku, makhluk hina yang tidak tahu malu!” “b******k!” Satu siluman yang melayang di atas sana, melesat cepat ke bawah, ke arah Kenzie. Dia melapisi tangan kanannya dengan lava panas, lalu meluncurkan satu pukulan kuat. Akan tetapi, sebelum dia berhasil menyentuh Kenzie, Parvis melesat cepat ke arahnya, menghantam tubuh siluman itu dengan sambaran petir. Sontak saja siluman tadi terlempar jauh ke samping, hingga merusak podium. “Apa kau pikir aku akan membiarkanmu?” kata Parvis. “Jangan menahan diri lagi! Serang mereka semua!” Dio memperbesar jarum di tangannya, kemudian melapisi jarum tersebut dengan aliran listrik. Siluman yang tadinya hanya diam menonton di atas sana, kini mengeluarkan masing-masing serangan kuat mereka. Di antaranya ada yang menggunakan tombak air, tombak api, bola pasir dan tombak es. Kyra juga tidak mau tinggal diam, langsung menciptakan banyak peluru angin di sekitarnya. “Mereka datang,” gumam Parvis. Kenzie, Zidan, Vani dan Parvis kembali berdekatan, bersiaga menghadapi kawanan para siluman bar-bar di hadapan mereka sekarang ini. Para siluman di atas sana pun langsung meluncurkan masing-masing serangan kuat mereka. Selain itu, para siluman yang ada di bawah juga mulai kembali melesat ke arah mereka berempat, membuat keadaan kian buruk dari waktu ke waktu. “Mantra pelindung!” Kenzie dan Parvis serentak membuat mantra pelindung di sekitar mereka, menahan semua serangan itu. Namun, mereka tahu kalau mantra ini tidak akan bertahan lama. “Kenzie, sekarang masih belum saatnya,” ucap Parvis. “Kembalilah terlebih dahulu, kumpulkan semua kekuatan yang diperlukan, lalu kembali ke sini lagi ketika kau sudah siap!” Tahu kalau tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mencegah Parvis menjalankan rencananya, Kenzie pun mengangguk. “Kali ini saja, aku akan menurutimu ....” “Ini yang terakhir, terima kasih sudah percaya padaku.” “Jika memungkinkan, kembalilah dengan selamat, Parvis. Kami akan selalu ada untukmu sampai kapan pun itu.” “Akan kuusahankan. Sekarang pergilah!” Kenzie melirik Zidan dan Vani secara bergantian, lalu menganggukkan kepala. “Kita percayakan semuanya pada Parvis. Dia pasti akan melakukan yang terbaik yang dapat ia lakukan sekarang. Ayo kita pergi dan tidak mengecewakannya!” Kenzie, Zidan dan Vani pun menerobos keluar dari coloseum, dengan mengendap-endap. Mereka menyamarkan aura dengan para siluman di sekitar dan terus berjalan lurus selagi masih ada kupalan debu yang menghalangi penglihatan. Itulah cara mereka bertiga akhirnya dapat keluar dengan selamat, meski harus rela mengorbankan Parvis. Ini semua dilakukan agar di masa depan, manusia masih memiliki harapan, yakni Kenzie dan teman-temannya. *** Para siluman menghentikan serangan, kupalan debu yang begitu tebal menghalangi penglihatan. Perlahan tapi pasti, kupalan debu menghilang, tetapi sekarang mereka hanya bisa melihat Parvis yang ada di tengah kerumunan. “Cepat cari para manusia yang tadi ada bersama dengan manusia hina ini!” Dio berseru lantang, langsung ditanggapi oleh para siluman. Malangnya, Parvis langsung menghentakkan kaki, membuat gelombang kejut yang sangat hebat. Ia tahu kalau Kenzie dan yang lainnya pasti masih belum sempat keluar dari coloseum ini, jadi sebisa mungkin ia menarik semua perhatian pada dirinya. “Aku hargai usaha kalian, tetapi aku juga tidak akan membiarkannya berhasil, siluman ....” ‘Setidaknya, aku harus dapat mengulur waktu hingga mereka bertiga benar-benar sudah keluar dari sini ...,’ pikir Parvis. ‘Aku harus berhati-hati.’ Parvis memang bisa saja ikut mengendap-endap pergi bersama dengan Kenzie, Zidan dan Vani saat kupalan debu tebal menyelimuti arena tadi, tetapi ia sadar itu hanya akan memperburuk keadaan. Para siluman ini sangatlah gila, jika tidak ada yang mengalihkan perhatian mereka, mereka pasti akan melakukan p*********n besar-besar umat manusia, demi membuat keempat orang itu keluar dari persembunyian. Berbeda ceritanya jika Parvis masih berada di sini, perhatian para siluman akan tetap berada padanya. Lalu, kemungkinan mereka membantai ribuan nyawa manusia juga bisa sedikit dikurangi, meski memang tidak banyak. Tidak hanya itu, membiarkan Parvis tetap di sini juga dapat membuat Kenzie, Zidan dan Vani keluar dari sini dengan lebih lancar, dibandingkan jika Parvis ikut bersama dengan mereka. “Manusia sialan!” Dio Brando langsung melesat ke depan, menembakkan banyak jarum besar yang sudah dilapisi dengan aliran listrik. Parvis tersenyum tipis, lalu mengalirkan ‘Mana’ ke kapaknya. “Bodoh!” Tanpa ragu ia segera menebaskan kapaknya ke atas, membentuk sebuah sambaran guntur yang begitu kuat. Akan tetapi, siluman lainnya malah langsung menyerang Parvis dari berbagai arah. Kendati keadaan sudah terdesak, Parvis tetap bisa tenang. “Awalnya aku menahan diri karena takut kekuatan ini malah menyerang teman-temanku, tetapi sekarang aku sudah tak perlu melakukannya.” Mendadak tato muncul, menutupi sebagian tubuh Parvis. Sambaran petir yang sangat kuat langsung keluar dari tubuhnya, menghempaskan semua yang ada di sekitarnya. “Kali ini kalian akan kuhabisi!” Sekarang, tepat di sekitar Parvis, terlihat ada empat orang Parvis. Mereka adalah klon Parvis yang tercipta dari serpihan jiwa Parvis. Risiko menggunakan jurus ini sangat besar, yakni kehancuran jiwa, yang artinya ia akan mati setelah semua ‘Mana’-nya habis terkuras. Akan tetapi, demi tujuannya, Parvis tidak peduli bila harus mengambil risiko tersebut. Parvis dan klonnya segera melesat ke atas, melawan para siluman yang melayang di atas sana, satu per satu. Parvis yang asli lantas melesat ke arah Kyra, menebaskan kapaknya sekuat tenaga. Kyra berhasil menghindar, kemudian Dio hendak datang menyelamatkan Kyra, tetapi salah satu klon Parvis berhasil menghalangi siluman itu. Usai membuat Kyra mundur cukup jauh, Parvis yang asli langsung melesat ke arah Dio. Ia dan klonnya segera menghantam siluman itu menggunakan kapak mereka masing-masing. Tentu saja Kyra ingin melesat dan membantu Dio, sayangnya sambaran petir besar dari atas sana, membuat Kyra terpaksa mundur lagi. “Manusia!!!” Dio merasa terdesak, menyelimuti sekujur tubuh dengan aliran listrik, kemudian menahan setiap serangan yang Parvis luncurkan. Parvis tidak menyerah, dengan sekuat tenaga ia menebaskan kapaknya dari atas ke bawah. “Hia!!!” Sambaran petir besar seketika melesat, Dio menahan sambaran tersebut dengan beberapa jarum besar, tetapi Klon Parvis mengambil kesempatan, menebas leher Dio Brando dengan kapaknya. “Tuan Dio Brando!!!” Kyra langsung melesat ke arah Dio. Sayangnya, Parvis yang asli langsung menyambar siluman rubah itu sekuat mungkin, membuatnya terpental jauh ke podium.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD