Chapter 82 : Melarikan Diri

1557 Words
Hari yang cerah, kini berubah menjadi mendung. Awan hitam mengambang di langit, menutupi indahnya langit yang biru. Guntur sesekali menggelegar, lalu di dalam coloseum yang ada di sebuh kota tempat para siluman berada, terlihat banyak mayat siluman yang bertebaran. Darah menggenang di mana-mana, bagaikan air hujan. Di tempat seperti itu, Parvis berdiri diam mematung. Parvis sudah tak dapat lagi menggerakkan tubuh, klon-klon miliknya juga sudah hancur sejak tadi. ‘Mana’ dalam tubuhnya telah terhisap habis, sementara matanya menatap beberapa siluman yang ada di atas sana. Tangan kanannya masih menggenggam kapaknya yang berlumuran darah, tetapi ia benar-benar tak dapat merasakan tangan kanannya itu lagi. “Meskipun aku sudah menggunakan seluruh kekuatanku, ternyata tidak mudah mengalahkan para siluman yang kuat di sana. Hanya ada satu di antara mereka yang tewas. Siluman dengan Elemen Lava yang sudah aku sambar saat dia hendak menyerang Kenzie tadi, entah bagaimana masih ada di sana,” gumam Parvis, sudah kehilangan harapannya. “Seperti yang diharapkan dari para ‘veteran’ kaum siluman. Mereka kuat ....” Siluman rubah—Kyra, langsung membuat sebuah peluru angin raksasa di telapak tangan kanannya. “Beraninya kau menghabisi Tuan Dio Brando!” Segera dia mengarahkan telapak tangan kanannya itu pada Parvis. Parvis tertawa kecil. “Haha.” “Apanya yang lucu?!” Kyra tampak tidak terima. “Tidak. Aku baru tahu, para siluman yang menyiksa kaum manusia sudah lama sekali, ternyata masih memiliki emosi marah ketika salah satu dari mereka sendiri yang tewas. Kupikir itu cukup menggelikan.” Parvis dengan sengaja menambahkan minyak pada api yang sudah membara. “Manusia rendahan! Kalian para manusia hanya makhluk hina di mata kami! Kalian tidak berharga sama sekali!” “Itu tergantung sudut pandang dan di pihak mana kau berada. Semua pasti merasa diri mereka benar menurut pandangan mereka masing-masing, dan bisa saja terlihat salah menurut sudut pandangan yang lain.” Sejenak, Parvis mengembuskan napas panjang. “Jadi, kau tidak bisa hanya menyalahkan manusia, karena manusia memiliki sudut pandang mereka sendiri!” “Sudut pandang manusia?! Siapa yang mau memedulikan itu?!” Kini, api amarah di dalam hati Kyra yang sudah disiram oleh Parvis, menjadi kian membara. “Siluman adalah makhluk paling mulia di benua Kura-kura ini! Manusia hanyalah hewan liar yang tidak lebih dari hewan peliharaan bagi kami para siluman! Pahami posisimu!” “Aku sangat paham dengan posisiku. Itulah mengapa aku mengatakan kalau manusia memiliki sudut pandang mereka masing-masing. Jadi, menurutku kaum manusia lebih bermartabat dari kaum siluman. Para siluman tidak layak mengatakan kalau diri mereka mulia, karena perlakuan mereka memang tidak mulia sejak awal. Justru, kaum silumanlah yang berada di peringkat terakhir bila masalah moral ....” “Diam!” Tanpa ampun sedikit pun, Kyra meluncurkan peluru angin raksasa yang dia ciptakan tadi, tepat ke arah Parvis. “Aku tidak peduli dengan sudut pandang kalian. Salah satu dari kalian sudah membunuh mereka yang aku sayangi, jadi aku tidak akan pernah memaafkan kalian.” Parvis yang memang sudah tak berdaya, hanya bisa tewas kala terkena serangan kuat dari Kyra. Tubuh pemuda itu hancur, kapaknya pun ikut hancur. Ini adalah akhir dari riwayatnya, yang hendak membangkitkan julukan ‘Sang Pembantai Siluman’, tetapi mati demi menyelamatkan teman-temannya. Meskipun dibunuh dalam keadaan tak berdaya, Parvis tetap tersenyum. Angin seketika berembus kencang, guntur menggelegar dengan nyaring di langit. Hujan pun turun, seakan turut bersedih dengan kematian Parvis ini. Akan tetapi, Kyra membenci hujan ini dan langsung pergi begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Menurutnya, kematian Parvis adalah kematian yang paling menjijikan. *** Di suatu tempat yang sepi, terlihat Kenzie, Zidan dan Vani yang langsung menoleh ke arah coloseum kala hujan turun dengan derasnya. Mereka bertiga mendapatkan firasat buruk yang sama, tetapi mereka sebisa mungkin meyakinkan diri mereka kalau firasat buruk tersebut salah. “Parvis tidak mungkin kalah, kan ...?” Sembari mengepalkan kedua tangan dengan erat, Vani bergumam pelan. “Dia pasti menang, kan? Dengan kekuatannya itu ....” Zidan tidak sanggup mengatakan apa pun, langsung menundukkan kepala dan menutup mulut. Kedua tangannya juga mengepal erat, hatinya terasa sedang ditusuk oleh sesuatu hal membuat dia merasa sesak dan sedikit kesulitan dalam mengambil napas. Tak mau terlihat gelisah, Kenzie lantas memalingkan pandangan ke arah lain, menguatkan hati dan melangkah perlahan ke depan. “Ya! Aku yakin Parvis pasti baik-baik saja!” Kendati kalimat yang keluar dari mulutnya itu tegas, tetapi ia tidak bisa membohongi dirinya kalau ia memang meragukan kata-katanya itu. Namun, ia tak mau mengakui kalau Parvis kini memang sudah tiada di dunia ini. Dengan hati yang gundah, Kenzie dan dua temannya kembali melanjutkan perjalan, masuk ke dalam hutan untuk bertemu Ray dan yang lainnya. *** Di dalam ruang bawah tanah, Ray masih terus memantau pergerakan para siluman yang mengepung mereka dari atas sana. Sejauh ini, ia yakin kalau semuanya aman-aman saja. Ditambah lagi, para siluman yang mengepung mereka seperti kebingungan mencari keberadaan Ray, Lisa dan Zill. “Ray, sampai kapan kita akan terus bersembunyi di sini?” tanya Zill, sudah tak sabar untuk keluar. “Bersabarlah sedikit lagi. Para siluman itu masih ada di sana, kita hanya akan membuang tenaga bila harus bertarung membabi-buta dengan mereka semua, Zill,” Ray menjawab dengan tenang. Zill mengepal erat tangan kanannya. “Tapi ... apakah Kenzie akan baik-baik saja di sana? Apa dia akan dapat keluar dari jebakan para siluman itu?” Ray menatap wajah Zill yang ditutupi topeng. “Apa kau ragu dengan kemampuan Kenzie? Kau pasti sudah melihatnya sendiri kan, kekuatan Kenzie itu? Aku sangat yakin dia akan kembali. Di saat itu, kita akan menyerang para siluman ini bersama dengannya!” Meski masih sangat khawatir pada Kenzie, Zill tidak melanjutkan berdebat dengan Ray. Dia langsung mengembuskan napas panjang, menenangkan diri dan melirik ke arah lain. “Baik, aku percaya kalau Kenzie pasti akan baik-baik saja.” “Baguslah kalau begitu.” Ray tersenyum tipis, sedikit senang karena Zill mau mengerti keadaannya. “Kita akan menunggu dengan tenang kedatangannya ke sini dengan kemenangan!” *** Di luar sana, Kenzie, Zidan dan Vani akhirnya masuk ke dalam hutan, di mana Ray, Lisa dan Zill seharusnya berada. Sebelum melangkah lebih jauh, Kenzie menghentikan langkah karena merasa ada sesuatu yang janggal di sini. “Tunggu, Zidan, Vani. Sepertinya ada sesuatu yang janggal di sini,” kata Kenzie. Zidan pun segera bersiaga. “Apakah ada sesuatu di hutan ini?” “Aku mengandalkan kalian bila terjadi sesuatu. Kekuatanku tidak dapat digunakan di sini,” ucap Vani, memberitahukan kondisinya sekarang. Kenzie dan Zidan mengangguk dengan serentak. “Kami mengerti. Serahkan saja pada kami!” Di tengah-tengah derasnya hujan ini, Kenzie melirik ke sekitar. Jarak pandangnya memang menjadi lebih terbatas dengan adanya hujan ini, tetapi ia masih dapat mendeteksi keberadaan musuh dengan mencari aura mereka di sekitar sini, mengandalkan ‘Mana’. Benar saja, Kenzie langsung dapat merasakan keberadaan para siluman di sekitar. “Kalian berdua, hati-hati, sepertinya ada banyak siluman di sini!” Kenzie segera memerintahkan kedua temannya untuk berhati-hati. Zidan dan Vani serentak mengangguk. “Baik!” Mereka berdua menjawab serentak dan langsung membentuk formasi. Berhubung Vani sekarang tidak dapat berbuat apa-apa. Gadis itu kini berada di antara punggung Zidan dan Kenzie. Kenzie berada di depan Vani, sementara Zidan di belakang Vani. Hanya perlu menunggu sedikit saja, Kenzie yakin kalau para siluman pasti mendekat dan menyerang mereka sekarang. Namun, pikiran Kenzie lantas terkecoh oleh hal lain. Ia menjadi khawatir dengan Ray, Lisa dan Zill. Ia takut kalau mereka malah dijebak oleh Kyra, lalu tak berdaya melawan mereka. Akan tetapi, Kenzie langsung menggelengkan kepala, menghilangkan kemungkinan tersebut, paham kalau Ray sangatlah kuat dan bahkan mungkin hampir sekuat Parvis. Tak lama berselang, salah satu siluman muncul, hendak menerjang Kenzie dari depan. “Haha! Aku menemukanmu sekarang, manusia!” Sebelum siluman itu berhasil menyentuh Kenzie, Kenzie sudah terlebih dahulu menarik keluar pedangnya, memotong kepala siluman tersebut menjadi dua bagian. “Bodoh. Berteriak hanya akan membuatmu terlihat lemah.” Setelah sekali berhadapan dengan siluman yang ada di sini, Kenzie menjadi berpikir kembali tentang apa yang mungkin saja terjadi. Ia pikir, para siluman yang kuat sudah pasti berada di coloseum saat Parvis menyerang, jadi siluman yang ada di sini pastilah para prajurit siluman yang disuruh untuk mati saja. “Zidan, jangan ragu untuk melawan mereka. Mereka semua lemah, hanya keronco yang menjadi samsak tinju bagi kita. Jangan takut dengan gertakan mereka.” “Aku mengerti!” Zidan langsung menganggukkan kepala dengan yakin, paham mengapa Kenzie mengatakan kalau para siluman itu hanya keronco saja. *** Kembali ke ruang bawah tanah, sekarang Ray masih sama seperti sebelumnya, hanya terus mengamati dengan saksama. Akan tetapi, mendadak ia tersentak kala menyadari sesuatu hal. Melihat itu, Zill langsung bertanya dengan spontan, “Ada apa, Ray?” Tidak hanya Zill yang terlihat terkejut di sini, melainkan juga Lisa yang sedari tadi diam. “Apa kakak menemukan sesuatu?” “Tunggu sebentar ....” Masih belum yakin, Ray mencoba untuk memeriksa sekali lagi. Sedangkan Zill dan Lisa kini menanti dengan antusias apa yang akan Ray katakan pada mereka selanjutnya. Ray menenangkan diri, memfokuskan konsentrasi pada merasakan gerakan tanah di atas sana. Ia memejamkan mata, kemudian langsung yakin dengan apa yang baru saja ia katakan. Ia pun berdiri, membuat Zill dan Lisa sedikit heran. “Kita akan keluar. Bantuan yang kita perlukan, sudah ada di sana ....” Zill dan Lisa saling memandang, berdiri dan mengangguk. “Baik!” Akhirnya, setelah cukup lama menunggu, Ray, Zill dan Lisa dapat keluar dan bertarung dengan para siluman yang sudah mengepung mereka di sini. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD