Chapter 83 : Terlalu Waspada

1535 Words
Beberapa siluman melesat ke depan, menerjang dengan cepat sembari meluncurkan satu pukulan keras. Kenzie masih berdiri dengan tenang, membentuk kuda-kuda yang begitu kokoh. Ia mengembuskan napas panjang, mengalirkan ‘Mana’ ke sekujur tubuh, kemudian menebaskan pedangnya secara vertikal ke depan. Sesuai dengan apa yang ia harapkan, tiga siluman yang tadi menerjang ke arahnya dengan berani, kini hanya tinggal mayat yang tak bernyawa. Akan tetapi, begitu banyak siluman kembali menyerang Kenzie, Zidan dan Vani dari segala arah. Kondisi hujan deras seperti ini sudah membuat mereka bertiga kesusahan walau hanya melawan para siluman yang merupakan prajurit biasa, sebab Vani tidak dapat bertarung dengan leluasa. Penglihatan Zidan juga sedikit terganggu, mengakibatkan dia sulit menggunakan jurusnya. Saat para siluman sudah melesat cepat dari sekeliling mereka, mendadak dinding tanah muncul, mementalkan semua siluman itu jauh ke tempat lain. Dari depan sana, Kenzie melihat bayangan dari tiga remaja yang tengah mendekat, membuat ia tersenyum tipis. Akan tetapi, Zidan dan Vani menjadi waspada karena masih belum mengenal tiga remaja yang datang itu. “Apakah mereka musuh yang baru? Para siluman yang menyamar?” tanya Zidan, waspada sembari memperkuat kuda-kuda. Kenzie menggelengkan kepala. “Tidak. Mereka adalah teman-teman baru kita. Aku mengenal mereka dengan sangat baik setelah kita berpisah waktu itu.” Zidan dan Vani saling memandang selama beberapa saat, lalu menganggukkan kepala. Zidan pun dengan tenang melemaskan kuda-kudanya dan terus menatap ke depan. Dia memang masih waspada, tetapi dia juga harus menghormati apa yang Kenzie katakan tadi. “Baguslah kalau mereka adalah teman dan bukan lawan ..., Kenzie.” Ray dan dua remaja lainnya pun mendekat. Tanpa menunggu lagi, Ray lantas melambaikan tangan dan berhenti beberapa langkah di depan Kenzie dan dua temannya. “Yo, Kenzie! Apakah mereka adalah dua orang yang ingin kau selamatkan itu? Aku senang kau dan mereka dapat kembali dengan selamat dari tempat yang mengerikan itu ....” Kenzie melirik ke sekitar sejenak. “Ya, kami beruntung karena dapat selamat. Dan aku juga senang kalian baik-baik saja.” Ia pun segera mengubah topik pembicaraan. “Di sini masih belum aman. Aku yakin para siluman pasti akan segera datang. Apa kau tahu di mana tempat bersembunyi yang aman? Sebisa mungkin, saat ini aku ingin menghindar dari mereka.” “Itu hal yang mudah. Sejak awal aku memang berencana untuk bersembunyi, tetapi karena kalian tiba, terpaksa aku harus keluar. Ikuti kami, kita akan pergi ke tempat persembunyiaan yang aman di ruang bawah tanah yang aku buat beberapa saat lalu.” Mengikuti langkah Ray, Lisa dan Zill, kini Kenzie, Zidan dan Vani berhasil masuk ke dalam ruang bawah tanah yang gelap. Akan tetapi, Lisa mengeluarkan cahaya berwarna hijau dari tongkatnya, sebagai penerang di ruang bawah tanah yang gelap ini, sama seperti sebelumnya. Ray menghela napas panjang. “Kita sudah aman di sini, Kenzie. Aku jamin tidak akan ada siluman yang mengganggu kita sekarang. Jadi, seberapa lama kita akan bersembunyi?” Kenzie melirik ke langit-langit ruangan, kemudian mengedarkan pandangan, lalu kembali melirik ke arah Ray. “Kita akan pergi setelah keadaan di luar benar-benar aman dari jangkauan para siluman. Tapi, kalau semisal itu terlalu lama, kita akan pergi dari sini setelah menyusun kembali rencana ke mana kita harus pergi.” Zidan dan Vani lantas duduk diam, bersandar di dinding ruang bawah tanah ini. Mereka terlihat sangat lelah dan juga murung. Melihat itu, Lisa dan Zill pun segera mendekati mereka, berniat untuk membantu sebisa mungkin. Sedangkan Ray dan Kenzie masih terus bercakap-cakap. Berhubung sudah cukup jauh dari teman-teman mereka, Ray langsung mengangkat topik pembicaraan lain. “Kenzie, apa ada yang terjadi dengan gadis bernama Kyra itu? Kenapa dia tidak kembali bersama dengan kalian.” Ray sebenarnya sudah membuat perkiraan tentang Kyra, tetapi dia ingin mengonfirmasi apakah dugaannya itu benar atau mungkin terjadi sesuatu hal yang lain di sana. Kenzie menundukkan kepala, terlihat murung kala Ray mengangkat topik tentang Kyra. “Dia ....” Kenzie mengepal erat kedua tangannya kala matanya tertutup perlahan. “Dia ternyata hanya siluman. Aku tidak sadar kalau dia sebenarnya siluman, aku sudah lengah dan sangat percaya padanya. Tapi, pada akhirnya aku hanya menari di atas telapak tangannya selama ini.” Dari ekspresi yang Kenzie perlihatkan, Ray sudah mengerti bagaimana kira-kira sekarang keadaan Kenzie. Ray menutup mulut sejenak, tidak mengucapkan apa pun lagi, menunggu Kenzie kembali tenang. Suasana pun menjadi senyap, sebab tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun, termasuk para remaja yang berada cukup jauh dari mereka berdua. “Aku merasa sudah gagal dan mengecewakan sebagai orang yang kalian percayai,” gumam Kenzie, melanjutkan ucapannya tadi. “Karena Kyra yang pertama kali percaya padaku dan terus berada di sisiku, aku menjadi lengah dan tidak mencurigainya sedikit pun. Aku sudah seperti orang bodoh ketika dia menunjukkan wajah aslinya tepat di depan mataku ....” Agar Kenzie tidak terus menyalahkan dirinya sendiri, Ray lantas berkata, “Tidak ada gunanya menyalahkan diri. Menurut ceritamu tadi, kalau aku ada di posisimu, pasti aku juga akan memercayainya dengan mudah tanpa curiga sedikit pun. Lalu, mengetahui kalau itu semua hanyalah kebohongan belaka, sudah jelas akan sangat memengaruhi mental dan pikiranku. Jadi, jangan menyalahkan dirimu dengan berlebihan.” Ray tidak tahu apakah keputusannya untuk berbicara seperti itu sudah tepat atau tidak, tetapi kata-katanya itu membuat Kenzie terdiam sejenak. Ray juga ikut diam, tak mau berbicara lagi sampai Kenzie menjawab ucapannya tadi. Sebab, Ray bisa memahami dengan jelas bagaimana perasaan Kenzie saat dihianati oleh orang yang sangat dipercayainya. Perlahan, Kenzie melemaskan kepalan kedua tangannya, menghela napas panjang sembari perlahan membuka mata. “Dan pada akhirnya, orang yang menyelamatkanku adalah orang yang tidak pernah aku sangka sebelumnya, yakni orang yang waktu itu mendorongku jatuh ke jurang.” Ia terdiam sejenak, sementara Ray masih mendengarkan dengan tenang. “Dia datang dengan senyuman dan menyelamatkan kami dengan senyuman juga. Bagaimana mungkin aku tidak dapat menyalahkan diriku yang sudah tertipu ini? Aku yakin, semua hal yang aku alami hingga sekarang, pasti karena aku membawa Kyra bersama denganku. Tapi beruntungnya dia tidak bersamaku saat pergi ke desa di mana Gale tinggal waktu itu.” “Yeah, mau bagaimana pun, hasilnya tetap tidak akan berubah. Terserah padamu untuk berbuat seperti apa, tapi yang jelas aku sudah memberimu saran.” Ray memang terlihat acuh tak acuh, tetapi sebenarnya dia peduli dengan Kenzie sekarang ini. “Aku masih belum mendengar semua ceritanya sencara rinci, jadi aku tidak dapat berkata lebih dari ini untuk sekarang.” “Baiklah, karena kupikir sudah saatnya, maka aku akan memberitahukannya. Tapi, aku tidak akan mengajak Zidan dan Vani demi mengonfirmasi apa yang aku katakan ini. Kalau kau mau percaya, itu terserah padamu, kalau pun tidak, bukan masalah untukku.” “Aku akan mempertimbangkan.” “Kau pasti sudah tahu bagaimana aku bisa bertemu dengan mereka dan hingga bertemu dengan Gale, kan?” “Ya, kau sudah menceritakannya.” Ray mengangguk. “Aku pernah mengatakan orang yang mendorongku ke jurang, yakni Parvis. Aku yakin dia adalah orang baik, dan itu terbukti, setelah dia paham akan masalah yang sesungguhnya, dia datang menyelamatkan kami.” Kenzie pun menceritakan apa yang terjadi di coloseum dengan rinci dan bahasa yang mudah dipahami oleh Ray, secara rinci. Ia yakin kalau Ray memerlukan semua informasi itu, agar mereka dapat segera menentukan harus pergi ke mana atau harus berbuat apa selanjutnya. Tujuan Ray mengetahui rincian dari cerita itu memang untuk memikirkan ke mana mereka harusnya pergi setelah ini. Setelah mendapatkan semua informasi yang diperlukan, Ray menganggukkan kepala, mengerti dengan apa yang Kenzie jelaskan, lalu mengambil kesimpulan, “Jadi, Kyra menunjukkan wujud aslinya yang adalah ‘Siluman Rubah’ dan menyandera Zidan dan Vani. Lalu, datang banyak siluman kuat yang menyerang kalian dengan brutal. Tapi berkat bantuan dari Parvis, kalian berhasil selamat dari sana. Dan keadaan Parvis sendiri tidak diketahui apakah sudah tewas atau tidak ...?” “Singkatkan seperti itu. Namun ....” Kenzie memalingkan pandangan pada Zidan dan Vani. “Mereka berdua pasti mengetahui lebih banyak dari ini. Kita perlu bantuan mereka untuk mendapatkan informasi lainnya. Tapi, aku yakin kalau itu sama saja seperti kita membuka mata mereka untuk melihat kembali kejadian yang mengerikan.” Ray memang sedikit khawatir dengan dua teman lama Kenzie itu, tetapi dia juga harus mendapatkan lebih banyak informasi lagi. Kalau tidak begitu, dia akan kesulitan dalam menyusun rencana. “Baiklah, untuk sementara kita akan beristirahat di sini. Setelah semuanya tenang, aku bisa menanyakan detilnya lebih lanjut pada mereka, kan, Kenzie?” Kenzie menganggukkan kepala. “Kita memang perlu itu, jadi aku juga mau tak mau harus menyetujuinya. Yang jelas, waktunya tidak sekarang. Suasananya masih sangat suram.” “Ya!” Ray menganggukkan kepala, mengerti dengan keadaan. Kenzie pun mendekat ke arah empat remaja yang tengah duduk di dekat dinding. Ia lantas mengalihkan pandangannya langsung ke arah Zidan dan Vani. “Kalian berdua pasti belum makan apa pun, kan?” tanya Kenzie, lalu beralih pada Zill dan Lisa. “Kalian berdua juga sama, kan? Ayo kita makan sejenak, sambil menenangkan diri ....” Melirik Kenzie sejenak, Zidan menjawab tidak terlalu bersemangat. “Ya, baiklah, kami memang belum makan hingga hari ini. Mereka tidak memberi kami makan apa pun selama ditahan.” “Kami akan menyiapkan makanannya,” Zill dan Lisa berkata dengan serentak. Kenzie bertanya-tanya sejak kapan mereka sekompak ini, tetapi ia tidak memikirkan itu terlalu lama. Ia langsung mengeluarkan bahan makanan yang disimpan dalam ‘Cincin Penyimpanan’ miliknya. “Ini dia ....”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD