Chapter 25

928 Words
Satu minggu sejak kedatangan Taehyung ke Seoul. Pemuda itu sudah mulai bisa beradaptasi dengan kehidupan di Seoul. Dan hari itu adalah hari pertama Taehyung bekerja bersama Daxian. Mengenakan setelan jas berwarna hitam yang sama dengan Daxian, Taehyung tengah bersiap untuk menyambut dunia baru yang akan segera bergabung dalam kisah hidupnya. Daxian datang sembari memberikan pujian. "Woah ... kau terlihat sangat cocok dengan pakaian itu." "Aku berpikir bahwa aku juga terlihat keren." Taehyung tersenyum lebar. "Menghadaplah kemari." Taehyung menghadap Daxian dan pria itu memasangkan dasi untuk Taehyung. "Apakah kita akan bekerja di sebuah perusahaan?" tanya Taehyung. "Lebih tepatnya sebuah lembaga." "Lembaga?" Daxian mengangguk. "Aku sudah mengatakan bahwa kita akan menangkap penjahat." "Agen rahasia?" Taehyung mempertimbangkan sesuatu dan sempat memalingkan pandangannya. Dan ketika ia menemukan sebuah jawaban, ia kembali memandang Daxian. "Mungkinkah NIS?" NIS : National Inteligence Service Daxian hanya menanggapinya dengan seulas senyum. Dia sekilas membenahi posisi jas Taehyung dan berakhir dengan menepuk kedua bahu Taehyung. "Selamat datang di duniaku, Jung Taehyung." "Aku sungguh akan menjadi agen rahasia?" Taehyung masih terlihat bingung. "Ayo." Mulai pagi itu Daxian pergi ke kantor bersama Taehyung. Dan ketika berada di area parkir bawah tanah, keduanya bertemu dengan Yoongi yang hendak masuk ke mobil. Daxian dan Yoongi sempat saling bertemu pandang. Daxian sekilas menundukkan kepala dan dibalas oleh Yoongi. Namun setelahnya pandangan Yoongi mengarah pada sosok Taehyung yang berjalan mengekori Daxian. Yoongi tiba-tiba merasa kesal tanpa sebab. Dia kemudian bergumam, "dia benar-benar tidak bisa dipercaya. Kenapa harus membawa orang bodoh seperti itu?" Yoongi kemudian masuk ke mobilnya. Dan ketika mobil Daxian hendak meninggalkan area parkir, Yoongi mendahuluinya. Mengemudi dengan kasar. "Dia harus memperbaiki tempramennya yang buruk," gumam Daxian. "Hyeongnim mengenal orang itu?" "Tetangga kita." Daxian mulai mengemudikan mobilnya. Taehyung mengingat kembali sosok tetangga mereka yang berhati dingin. Selama satu minggu tinggal di sana, Taehyung bahkan jarang keluar rumah karena takut bertemu Yoongi. "Dia orang yang sangat dingin," gumam Taehyung kemudian. Daxian tersenyum tipis mendengar ucapan Taehyung. Dia kemudian berkata, "tapi kau akan diperlakukan dengan baik jika sudah dekat dengannya." "Dia selalu terlihat kesal setiap kali melihatku." Daxian tersenyum lebih lebar. "Mau mencoba berbicara denganya?" Taehyung langsung menggeleng. "Aku tidak harus melalukannya. Aku tidak mau bekerja dengan orang seperti itu." "Sebenarnya dia juga membenci orang asing." Taehyung memandang Daxian, namun tak menyajut. Dan setelahnya pandangannya terjatuh pada tangannya yang dililit oleh kain putih. Setelah ini, Taehyung harus bertahan dengan pertanyaan ada apa dengan tangannya dari orang-orang yang akan ia temui mulai hari ini. Tentu saja itu akan sedikit merepotkan. DIFFERENT // Hari itu Daxian memperkenalkan Taehyung sebagai anggota baru di divisinya. Dan setelah perkenalan singkat itu, Daxian menitipkan Taehyung pada Minho. Sementara ia pergi ke ruang rapat. Minho mengajak Taehyung untuk berkeliling, sekedar memperkenalkan lingkungan baru bagi anak baru itu. Mulanya mereka terlihat sangat canggung. Dan karena Taehyung terlalu pendiam, Minho lah yang harus memulai pembicaraan lebih dulu. Langkah keduanya terhenti di sebuah koridor. Minho menghadap ke arah Taehyung. "Tapi di mana kau tinggal sebelumnya?" "Ya?" Taehyung terlihat bingung. "Apa kau tinggal di Seoul?" Taehyung segera menggeleng. "Tidak." "Lalu di mana kau tinggal?" "Aku tinggal bersama Daehyun Hyeongnim." Minho sempat tertegun. Dia kemudian tersenyum dengan canggung. "Tapi ... bukankah ketua tinggal di Seoul?" "Ye?" Taehyung terkejut, tak memikirkan hal itu sebelumnya. Dia juga tidak boleh menyebutkan tentang Silent Night Institute, itulah sebabnya dia tidak mengatakan bahwa dia tinggal di Pulau Jeju sebelumnya. Minho kemudian berbicara. "Sebenarnya aku juga tidak tahu tentang kampung halaman Ketua Jung. Di mana kau tinggal sebelumnya?" Taehyung berpikir singkat dan memberikan jawaban yang terlintas dalam pikirannya selain Pulau Jeju. "Daegu, aku berasal dari Daegu." "Oh! Daegu?" seru Minho, tampak menemukan sesuatu yang menarik. Taehyung mengangguk. "Ketua Park juga berasal dari Daegu. Aku baru tahu jika Ketua Jung dan Ketua Park satu kampung halaman. Ini sedikit mengejutkan." "Kenapa?" Minho kembali tersenyum dan menjawab. "Hubungan mereka terlihat sangat canggung untuk disebut sebagai teman satu kampung halaman." Taehyung bertanya dengan hati-hati. "Orang seperti apakah Ketua Park itu?" "Dia orang yang sangat dingin, kasar, angkuh dan tidak mau menjalin hubungan baik dengan orang dari divisi lain. Semua orang di sini tahu, dia memiliki kepribadian yang buruk." "Apakah dia orang jahat?" Minho tertawa mendengar pertanyaan Taehyung. "Bukan orang jahat. Dia adalah orang baik, tapi sikapnya memang seperti itu. Dia memiliki sikap yang buruk, tapi sepertinya tidak begitu. Kau tahu? Dia hanya bersikap seperti itu hanya untuk menunjukkan pada semua orang bahwa dia bukanlah orang yang mudah. Sebenarnya dia adalah orang yang baik." "Kau sangat aneh, Senior?" "Kenapa?" "Beberapa menit yang lalu kau mengatakan hal buruk tentang Ketua Park, tapi sekarang kau justru memujinya." Minho tertegun. "Apakah aku benar-benar melakukan hal itu?" Taehyung mengangguk. Minho tersenyum lebar. "Kalau begitu lupakan hal buruk yang aku ucapkan tentang Ketua Park, dia bisa membunuhku jika sampai mendengar hal itu." Saat itu pandangan Taehyung mengarah ke ujung koridor, di mana ia tertarik dengan kehadiran seseorang yang berjalan ke arah mereka. "Dia juga ada di sini?" ucap Taehyung dalam hati ketika ia menemukan tetangganya yang tidak ramah. Siapa lagi jika bukan Park Yoongi. Taehyung kemudian bertanya pada Minho. "Kalau begitu, orang itu ... orang seperti apa dia?" Minho mengikuti arah pandang Taehyung dan seketika wajahnya menegang. Orang yang baru saja ia bicarakan tengah berjalan ke arahnya. "Tundukkan kepalamu ketika dia lewat," ujar Minho. "Kenapa?" Minho memandang Taehyung dan berbicara dengan nada berbisik. "Dia adalah orang yang baru saja kita bicarakan, Ketua Park Yoongi." "Ye?" Taehyung tertegun dan langsung memandang Yoongi. Bukan hanya sebagai tetangga, bahkan sebagai rekan kerja pun Yoongi memiliki sikap yang buruk. "Bagaimana mungkin ada orang seperti itu?" ucap Taehyung dalam hati. "Kau ingin mati ..." DIFFERENT //

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD