2
Hidup?
____
"Fira ngambil absen dimana elah! Lama bener!" Gerutu Ferdi yang duduk tepat di depan Adel yang sibuk dengan make up nya dan Alesha yang sibuk dengan ponselnya.
Alesha ataupun Adel tak mau menanggapi ucapan Ferdi, terlalu malas untuk ikut mengeluh. Lagipula Fira baru beberapa menit yang lalu pergi untuk mengambil absensi kelas mereka. Ferdi saja yang terlalu gegabah.
Brak,
Hampir saja Alesha melempar ponselnya saat tiba-tiba Ferdi menggebrak meja tepat di depan Alesha dan Adel "Jangan main hp dong dong Al! Lo Ken pengurus kelas, susul kek biar cepet balik, elah."
"Heh! Liat-liat bego kalo gebrak meja! Liat bedak gue tumpah t***l!" Bukan Alesha, justru Adel yang langsung naik pitam.
Lihat saja bedak milik gadis itu sudah bertaburan di atas rok abu-abunya "Kalo Lo pikir Fira lama, kenapa gak Lo aja yang nyusul dia? Lagian gak usah lebay juga kali Fer, kelas lain juga masih belum pulang." Sahut Alesha.
Ferdi, cowok dengan tinggi badan 167 itu memang sedikit menyebalkan. Selain mulutnya yang selalu mengomentari orang lain, terlampau usil, Dimas juga di kenal dengan sebutan tukang mengadu.
Adel bangkit dari duduknya "Ganti rugi bedak gue anjing!" Ucapnya dengan sedikit sentakan.
Suara Adel yang cukup keras membuat semua mata tertuju padanya "Elo yang salah ngapain gue yang ganti rugi! Makanya kalo bedakan jangan disini! Ini tempat belajar!" Sahut Ferdi.
"Heh t***l! Mau gue bedakan disini atau di tengah lapangan itu bukan urusan elo! Ganti rugi, gue baru beli kemaren anjing!" Ucap
"CK, cuma bedak aja ribut banget sih Lo!"
Adel tertawa renyah, bisa-bisanya Ferdi memancing amarahnya "Kalo cuma bedak yaudah ganti rugi! Cuma bedak kan?!" Suara Adel semakin meninggi.
Ferdi juga sudah berdiri dari tempat duduknya "Udah, gak usah di buat panjang. Fer, ganti rugi aja apa susahnya?" Ucap Alesha.
Ferdi menatap Alesha "Gue gak salah bego!"
Brak,
Adele mendorong meja didepannya hingga Ferdi mundur satu langkah"Heh! Ngomong apa lo sama Alesha?! Disini elo yang salah bego!"
Alesha mengacak rambutnya lalu matanya menatap Dimas yang duduk tak jauh darinya "Tolongin gue." Ucap Alesha tanpa bersuara saat Dimas menatapnya.
Alesha tersenyum tipis saat Dimas bangkit dari duduknya lalu berjalan kearahnya "Fer, ikut gue kedepan!" Ucap Dimas sembari menarik lengan Ferdi.
Adel terus menatap Dimas dengan penuh kebencian. Sebenarnya bukan hanya Adel saja yang membenci laki-laki itu, hampir semua yang sudah tahu sifat asli Ferdi ia akan membencinya.
"Del, udah ikhlasin aja. Duduk."
Adel mengikuti ucapan Alesha sembari mendengus sebal "Udah Del biarin, gak cuma Lo doang yang benci sama dia. Kita juga." Celetuk Vanessa yang tengah duduk di kursi guru bersama beberapa temannya.
"Anaknya siapa sih! Songongnya kebangetan! Mana ada yang betah temenan sama dia." Ucap Adel sembari membersihkan rok abu-abunya yang tadi ketumpahan bedak miliknya.
Alesha tersenyum lalu mengangguk, gadis itu ikut merapihkan kembali letak meja yang sempat berantakan. Ia juga merapihkan make up milik Adel kedalam pouch milik sahabatnya itu.
Tak lama setelah semuanya reda, Fira (Sekretaris kelas) memasuki kelas sembari membawa absensi "Tanda tangan sekali, gak ada titip tanda tangan ya! Biar mereka dapet konsekuensi masing-masing." Ucapnya lalu menyerahkan absensi ke Vanessa.
Hari ini memang hanya separuh kelas yang datang, mungkin sebagiannya lagi malas masuk karena hanya upacara saja.
Setelah selesai absensi, Alesha langsung mengajak Adel keluar dari kelas untuk menemui Wati-sahabatnya yang menjadi paskibra.
"Ke Wati bentar yuk, pengen foto bareng biar punya kenang-kenangan." Ucap Alesha sembari berjalan di samping Adel menyusuri koridor pantai dua, dengan pemandangan lapangan utama yang tampak sudah sangat terik.
"Bener banget, kan kita gak tau bakal bareng terus atau engga."
Alesha menghentikan langkahnya "Maksud Lo?"
"CK, gak usah di pikirin. Ayo, keburu Wati ganti baju." Sahutnya lalu berjalan cepat menuruni anak tangga.
____
Setelah memarkirkan sepeda motornya dengan benar, Alesha langsung berjalan masuk kesebuah warnet untuk mefoto-coppy materi yang di berikan Dimas tadi.
"Bang, fotocopy 32 bendel ya." Ucap Alesha sembari memberikan sebendel materi.
"Mau ditunggu atau ditinggal?" Tanya mas-mas fotocopy.
Alesha menatap mas-mas yang sebenarnya sudah ia kenal karena sering datang ke warnet "Di tunggu kaya biasa aja, cepet ya bang." Sahutnya.
"Siap, duduk aja di dalem, didepan panas."
Gadis berambut sebahu itu menggeleng "Gak deh, disini aja. Banyak angin gak terlalu panas."
Alesha mengambil ponselnya yang berada di saku seragam miliknya, membuka galery lalu tersenyum saat melihat beberapa foto yang ia ambil saat bersama sahabatnya.
Ini bukan kali pertama mereka foto bertiga, bahkan ada ratusan foto yang Alesha punya bersama dua sahabatnya itu.
Alesha dan Adel yang merangkul Wati dengan tawa yang menawan terpampang jelas di ponsel Alesha, gadis itu terkekeh saat sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya.
Bf-W
Al, Lo dimana? Gue belom pulang. Mau bareng gak? Katanya Lo mau fotocopy dulu.
Alesha langsung menekan fitur telfonan untuk menghubungi sahabatnya, ia terlalu malas untuk sekedar mengetik beberapa kata.
"Hallo, Ti. Lo pulang duluan aja, ntar sore juga Lo upacara penurunan bendera juga kan? Istirahat aja di rumah." Ucap Alesha saat sambungan telfon sudah terhubung dengan Wati.
"Oke deh, besok jangan lupa bawa laptop ada presentasi." Jawab Wati dari sebrang telfon.
Alesha mengangguk "Siap, ati-ati balik Lo." Ucap Alesha lalu mematikan sambungan telefon.
Ia memilih menyibukkan dirinya dengan bermain ponsel. Membuka i********:, semua postingan dari Adel membuatnya kembali tersenyum.
Gadi itu memposting foto mereka bertiga dengan caption 'Selamanya sampe Jannah.
Hanya ada beberapa komentar disana. Alesha juga meninggalkan satu komentar singkat 'Aamiin lalu memilih kembali meng scroll beranda i********: miliknya.
Adel, Wati atau dirinya bukanlah selebgram yang memiliki ribuan bahkan jutaan pengikut. Bahkan pengikut Alesha hanya sepuluh orang saja.
Lagipula untuk apa mempunyai banyak teman online jika dia manusia offline saja sudah cukup bagi Alesha.
Sekitar setengah jam Alesha menunggu, pekerjaannya telah selesai "Berapa bang?"
"96" ucapnya singkat.
Alesha langsung mengambil uang dimana ia menyimpan uang kelas, ia hanya membawa setengahnya karena setengahnya berada di Fira.
"Pas yang bang."
"Siap."
"Makasih bang." Ucap Alesha sembari mengambil fotocopy miliknya lalu memasukkannya kedalam ransel yang ia gendong sedaritadi.
___
Jalanan kota Jakarta siang ini cukup ramai, Alesha mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang. Gadis itu sesekali menyalip pengendara lainnya.
Semuanya berjalan lancar hingga seseorang menabraknya saat Alesha hendak berbelok kearah gang dimana rumahnya berada.
"Akh" jeritnya sembari mencoba bangkit dengan kaki kanannya yang tertimba sepeda motor miliknya.
Pelaku penabrakan berhenti tanpa menuruni sepeda motor ninja hitam miliknya atau membuka helm full face yang ia kenakan.
Beberapa pengendara lainnya ikut berhenti lalu membantu Alesha, si penabrak tampak acuh dan memilih melanjutkan perjalanannya.
Beberapa warga yang melihatnya tampak hendak mengejar pelaku namun Alesha cegah "Gak usah di kejar pak biarin, lagian saya gak papa." Ucap Alesha sembari mencoba bangkit lalu melepas helm yang ia kenakan.
"Neng ini Betadine, bersihin dulu itu siku sama telapak tangannya nanti ibu bantu kasih Betadine."
Alesha mengangguk lalu berjalan sedikit pincang ke arah trotoar, sedangkan motornya sudah berada di pinggir jalan.
Kejadiannya tampak sangat cepat, bahkan Alesha masih tak percaya ia terjatuh tepat di depan gang dimana rumahnya berada.
"Neng, kayanya stang motornya miring. Mau bapak anter sampe rumah gak neng?" Tanya bapak-bapak yang sepertinya tukang parkir Indomaret yang berada di sebrang jalan.
Alesha tersenyum dengan lengan yang tengah di olesi Betadine "Gak usah pak makasih, nanti saja telfon kakak saya aja."
Kata siapa Alesha terima menjadi korban dengan pelaku yang melarikan diri, sepertinya ia pernah melihat sepeda motor yang di Kendari pelaku penabrakan dirinya.
Besok, ia akan meminta pertanggung jawaban jika benar apa yang di pikirkan bahwa ia mengenal motor sang pelaku itu.
Ia meringis melihat lukanya, memang tak terlalu parah namun tetap saja akan meninggalkan bekas.
_____
See you next part
Salman
Sellaselly12