3
Jangan menyalahkan seseorang hanya karena luka yang kamu buat sendiri.
___
"Gue nabrak bocah." Ucap Alain-cowok yang memakai kaos polos berwarna hitam senada dengan warna celana yang ia kenakan.
Cowok itu duduk di sofa tepat di depan televisi yang masih menyala "Serius Lo?" Tanya seorang cowok yang hanya memakai celana sembari berjalan kearah Alain sambil membawa sebotol air mineral.
Alain menangkap botol air mineral yang di lempar Bagas- sahabat sekaligus wakil ketua geng yang mereka rintis bersama sejak tiga tahun lalu.
Corvus, adalah salah satu rasi bintang dengan arti burung gagak. Geng yang cukup terkenal di kalangan anak muda.
Bukan geng motor jika tak pernah berurusan dengan hukum. Alain beberapa kali masuk ke kantor polisi karena tawuran antar geng. Tentu saja cowok itu kebal hukum.
Sekolah? Mana ada yang berani mengeluarkan cowok itu, ia putra pemilik sekolah. Seminggu dua kali masuk saja tak masalah bagi Alain.
Bagas duduk di samping Alain "Terus, parah gak tu bocah?"
Alain menggeleng sembari menutup kembali botol air mineral yang tadi ia tenggak "Enggak, gue gak ngebut juga."
"Cewek atau cowo bang?" Tanya Ical, cowok yang duduk di lantai sambil memeluk toples cemilan.
Ical, bocah laki-laki yang masih 15 tahun usianya. Ia bahkan belum lulus SMP. Isu yang beredar, Ical adalah anak dari narapidana kadus narkoba.
Ical tak peduli, ia bahkan bersyukur laki-laki yang menjadi gelar ayah kandungnya itu masuk ke jeruji besi. Setidaknya tidak ada yang berani memukul ibunya.
"Cewek, mukanya gak asing. Gue pernah liat tapi lupa dimana." Sahut Alain.
Bagas menepuk pundak Alain "Ck, gak perlu di pikirin. Gak bakal dia kenal Lo." Ucapnya acuh.
Alain hanya mengangguk "Yang lain kemana?" Tanyanya.
"Gak tau, ntar sore kata bang Niko kita kumpul di tempat biasa." Sahut Ical.
Rumah yang terlihat sedikit berantakan dengan interior khas negri eropa itu adalah kediaman Alain. Kedua orang tuanya terlampau sibuk hingga hanya beberapa kali dalan sebulan pulang ke rumah itu.
Alain hanya berdua dengan kakak laki-laki nya yang menjabat sebagai pengacara, tentu saja mereka tak akrab. Lagipula siapa yang peduli dengan hubungan keluarga Alain.
Alain hidup saja tidak ada yang peduli, toh bagi Alain ia lebih bahagia bersama sahabatnya daripada dengan keluarganya.
"Oke, gue mau tidur bentar. Jam dua bangunin gue." Ucap Alain lalu di balas anggukan oleh Ical.
Bagas langsung merebahkan badannya saat Alain beranjak pergi. Dua manusia itu memang sering menginap di rumah Alain. Mungkin karena bosan dirumah mereka.
------
"Udah berapa kali ibu bilang? Jangan pake motor sendiri! Liat! Jadi luka gini kan?!" Omel Ayu sembari membersihkan luka di siku tangan anaknya.
Alesha hanya meringis menahan perih "Jatohnya pelan ko Bu, lagian lukanya juga gak parah."
Ayu mendengus "Kepala batu! Udah berapa kali kamu jatuh dalam sebulan ini?"
"Baru sekali ini buk, yang kemaren kan bulan lalu. Lagian ini bukan salah Alesha. Alesha naik motornya bener ko."
Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya saat mendengar penjelasan dari anak keduanya itu.
Ia tau betul anak gadisnya itu memang keras kepala seperti suaminya, tapi tetap saja sekecil apapun luka yang Alesha dapat ia akan tetap khawatir.
"Besok Abang anter, ntar kalo balik naik taksi online aja." Ucap Arka sembari duduk di samping Ayu.
Arka meletakkan secangkir teh miliknya di atas meja tepat di depannya "Gak mau bang, Alesha naik motor sen-akh." Ringis Alesha saat ibunya dengan sengaja menekan lukanya.
"Sakit buk!" Protesnya.
"Sakit kan?! Nurut aja sama Abang kamu!" Ucap Ayu sebal.
"Motor kamu mau Abang bawa ke bengkel, stangnya miring gitu. Kalo gak mau Abang anter, suruh Adel atau Wati yang jemput sampe motor kamu bener." Saran Arka.
Alesha menghela nafasnya kasar "Alesha udah kelas 2 SMA bang, Alesha bisa naik angkutan umum."
Ayu membereskan kotak p3k yang tadi ia pakai "Al, turuti ucapan Abang kamu atau ibu laporin ke ayang?"
Alesha bangkit dari duduknya "Iya, ntar Al telfon Wati."
Kenapa Wati? Karena Alesha tau jika Adel di antar jemput oleh sang kekasih. Ia tak mau menganggu hubungan sahabatnya itu.
Arka mengelus pucuk kepala adiknya, ayu sudah beranjak dari tadi. Sedangkan Alesha hanya duduk sembari menatap luka di telapak tangannya.
"Kalo ada apa-apa jangan bila ke ibu dula ya Al, telfon Abang aja."
Alesha mangangguk paham "Bang Arka gak ke rumah sakit lagi?"
Arka menyenderkan tubuhnya di senderan kursi "Engga, nanti malem aja sekalian mau ke Anisa."
Gadis yang sudah mengenakan kaus bergambar Teddy bear berwarna coklat itu tersenyum tipis "Nanti kalo mba Anisa udah bangun kabarin Alesha ya bang."
"Pasti dong, pasti dia kaget kamu udah gede. Udah gak manja lagi." Sahutnya sembari terkekeh.
Alesha tau, Arka menyimpan banyak kesedihan. Bagaimana tidak, ia gagal melindungi calon istrinya.
Namun, ia berhasil menjadi calon suami yang setia. Bayangkan saja, sudah hampir satu tahun Anisa koma. Arka tetap menunggu Anisa.
Bagi Arka, Anisa masih menjadi pemenang di hatinya. Tak ada yang bisa menggantikan posisi Anisa. Anisa segalanya bagi Arka.
Bagaimana pun keadaan Anisa, Arka akan tetap berdiri di samping gadis itu.
Alesha juga sering datang untuk melihat keadaan Anisa, meski nampak tak ada perkembangan. Namun tetap saja, Anisa tetap menjadi calon kakak iparnya.
Keluarga Anisa juga sudah kenal dekat dengan keluarga Arka. Bahkan sudah menganggap Arka seperti menantunya.
"Alesha ngantuk, mau tidur bentar ya bang. Nanti malem Al mau ikut Abang ke rumah sakit, udah lama gak ketemu mba Anisa."
Arka mengangguk setuju "Iya." Sahutnya lalu menatap Alesha berjalan menaiki anak tangga dengan sedikit terpincang-pincang.
"B2085" monolog Alesha saat mengingat plat motor yang tadi menabrak dirinya.
Alesha mendudukan tubuhnya di pinggiran kasur singgel miliknya lalu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.
"Hallo Del, Lo masih sama Riko?" Tanya Alesha tanpa basa basi saat sambungan telefon sudah tersambung.
"Masih, kenapa Al?" Tanya Adel di sebrang telfon.
"Nanti malem abis isya ke cafe yok. Udah lama kita gak kesana." Ajak Alesha.
"Wati di ajak gak?"
"Ajaklah, ketemuan disana aja. Gue juga otw dari rumah sakit, mau ke mba Anisa dulu."
"Oke, ntar biar gue yang ngabarin Wati. Btw, gue nitip salam buat mba Anisa, bilangin gue kangen masakan dia."
"Siap, gue matiin ya. Mau tidur ngantuk soalnya. Kan jarang tidur siang di hari kerja."
Adel terkekeh "Kasian jomblo."
Sambungan telefon sudah ditutup Alesha, sudah ia duga Adel akan menghina statusnya yang masih sendiri.
"Mending jomblo daripada bucin." Ucap Alesha menaruh kembali ponselnya lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit bagi Alesha untuk terlelap. Gadis itu memang suka sekali dengan kegiatan yang satu itu.
Jika tidak ada drakor yang rilis, Alesha memang suka tidur. Jika ada satu drakor yang baru rilis, meskipun rilis jam 12 malam, gadis itu akan menunggu.
-------
See you next part.
Salman
sellaselly12