3

1500 Words
Kini mereka sudah berada di ruang tamu rumah Nathan. Mereka masih mengobrol saja, Ona sedari tadi terus menempel pada Oreo disebelahnya. Sementara tanpa mereka semua sadari sebenarnya sedari tadi Oreo terus menerus melirik Acha. Mereka tidak ada yang sadar karena sekarang juga sedang menonton film bersama. Jadi mereka hanya fokus pada film saja. Oreo padahal sering sekali menatap Acha dalam waktu yang lama tapi tak ada yang sadar bahkan Ona yang ada di pelukan Oreo pun juga tidak sadar bahwa orang yang ia peluk sekarang ini melihat orang lain. Kapan ya kira-kira gua bisa dapatin Lo, Acha? Apa gua punya kesempatan buat dapatin Lo karena kayaknya dapatin Lo itu berat banget Cha. Gua harus ngelawan ketakutan gua buat deketin perempuan sesempurna Lo. Pertanyaan gua, apa gua bisa melakukannya? Batin Oreo tersebut. “Oreo pegel apa ga?” tanya Ona kepada Oreo dan Oreo menggelengkan kepala. Setelahnya Ona tampak kembali ke dalam pelukan dari Oreo lagi. Sebenarnya Oreo berbohong, ia pegal dari tadi padahal tapi ia tidak mengatakan itu karena ada Nathan disana. Oreo benar-benar sayang sama Ona, gua harusnya sadar diri kalo cinta gua itu ga akan pernah jadi apa-apa. Cinta gua itu bakalan berhenti sampai di gua aja, ga akan pernah ada timbal balik juga. Sadar Acha, Oreo bukan milik lo dan ga akan pernah jadi milik lo. Batin Acha kepada dirinya sendiri, menyadarkan dirinya. “Sebentar, Ona haus.” ujar Ona dan kini Acha tampak mengambilkan minumnya lalu memberikan kepada Ona. Setelah sudah meminum, Ona memberikan gelas itu kepada Acha lagi. “Terimakasih Acha terbaik.” ujar Ona dengan senyumannya. Memiliki Acha memang merupakan salah satu anugerah terindah yang dimiliki oleh Ona. Ona selalu bersyukur karena telah memiliki Acha. Ia tak mau kehilangan Acha sampai kapan pun. Bahkan jika ada sesuatu yang membuatnya dan Acha bersiteru, ia akan mengalah. Sebisa mungkin ia akan membuat Acha tetap nyaman berada disisinya. Karena jika tidak ada Acha, Ona juga tidak tahu bagaimana ia hidup di sekolahnya itu. Mereka sudah menonton satu jam lebih, sekarang pun Ona sudah mulai mengantuk. Sementara yang lain masih seru mengobrol, jadinya Ona memperlihatkan bahwa ia masih bisa untuk bertahan dan tidak tidur juga. "Katanya sih mau ada yang lanjutannya." ujar Acha membahas film tadi. "Oh ya? Lo tau darimana Cha?" tanya Nathan yang baru mendengar itu. "Gua sendiri juga sebenarnya baru denger tadi sih kak. Ini Ona yang bilang kok. Iya kan Na, Lo tadi bilang gitu?" tanya Acha yang tak ada jawabnya. Mereka pun langsung melihat Ona yang menyenderkan badannya di pundak Oreo. Pantas jika Ona tidak menjawab karena ternyata Ona sudah tertidur. "Pantas ga jawab ternyata udah tidur." jawab Nathan yang kini sudah mengusap lembut rambut Ona. Tak bisa ia bohongi lagi bahwa ia sayang Ona. Ia juga selalu berjanji akan menjadi kakak yang terbaik untuk hidup Ona. Sementara itu, sekarang ini Oreo sangat lega karena sebentar lagi ia akan pergi meninggalkan rumah ini. Jika bisa, ia nanti mengantarkan Acha, jika seperti itu ia akan merasa bahwa kedatangannya ke rumah Ona ini tidak sia-sia karena ia bisa pulang dan mengantarkan Acha, perempuan yang ia cinta. Tampak sekarang Nathan ingin memindahkan Ona dari pelukan Oreo. "Biar gua aja Bang yang mindahin." ujar Oreo dan Nathan mengangguk. Oreo pun kini membawa Ona ke atas, ia menggendong Ona menuju ke kamar. Acha melihat itu semua dan sekarang ini Acha merasa cemburu juga. Andai yang digendong Oreo itu gua, ga Acha Lo ga boleh kayak gini. Lo harus ingat kalo Ona suka sama Acha. Jangan mikirin hal yang ga mungkin karena lagi pula Oreo juga suka sama Ona. Batin Acha merasa tak ada harap. Oreo sudah menaruh Ona di tempat tidur Ona dan sekarang ini ia sudah akan meninggalkan Ona. Tapi ia mendengar Ona seperti mengigau sekarang. "Mama... Papa... Mah..." igau Ona dengan lemah. Oreo hanya menatap saja, ia harus lekas turun karena jika tidak turun ia bisa menyia-nyiakan kesempatan dirinya untuk bisa mengantar Acha. Ia pun membiarkan Ona seperti itu dan sekarang ini Oreo sudah benar-benar turun dari kamar Ona. "Gimana? Udah?" tanya Nathan dan Oreo pun mengangguk sekarang. "Ya udah Kak Nathan, Oreo gua balik dulu ya." ujar Acha ke mereka. "Gua juga mau balik Cha, bareng aja. Daripada sendiri." ujar Oreo. "Eh ga usah Oreo, gua sendiri aja." jawab Acha yang tentunya Acha takut jika nanti dirinya akan baper dengan perlakukan Oreo kepada dirinya itu. "Udah Chaz bareng aja biar diantar sama Oreo. Lagi pula ini juga udah malam, bahaya kalo Lo balik sendiri." ujar Oreo dan akhirnya Acha mengangguk. Ia pun terpaksa tapi ia juga merasa sangat bahagia saat ini. Oreo dan Acha sudah berpamitan kepada Nathan, mereka berdua pun sudah meninggalkan rumah Nathan itu. Kini di jalanan itu mereka berdua. Nathan deg-degan, begitu pula dengan Acha yang sama deg-degan sekarang. Mereka berdua saling menyimpan perasaan tapi tidak berani saling mengutarakan karena yang satu tahu bahwa perempuan yang ia cintai terlalu sempurna untuknya, sementara yang satunya tahu bahwa lelaki yang ia cintai juga dicintai oleh sahabatnya. Bahkan ia mengira lelaki itu mencintai sahabatnya juga. Jadinya tidak ada alasan baginya untuk mengutarakan rasa. Andai gua lebih dulu ketemu sama Lo, andai gua yang lebih dulu lihat Lo dan suka sama Lo, andai gua lebih frontal ke Lo daripada Ona. Tapi sayang gua ga seberani itu. Gua lemah banget ya Oreo? Batin Acha tertawa saat ini. "Rumah Lo dimana Cha?" tanya Oreo karena memang Acha baru saja pindah rumah dan jujur saja Oreo belum tahu dimana rumahnya Acha. "Oh iya, gua lupa kalo Lo belum tahu hehehe. Di Jalan Naga, Perumahan Naga nomor sepuluh ya Oreo." ujar Acha dan Oreo pun mengangguk juga. "Okay, btw temen Lo kenapa bisa manja kayak gitu sih?" tanya Oreo yang bingung ingin memulai pembicaraan dengan apa dan akhirnya ia menggunakan Ona untuk memulai pembicaraan dengan Acha sekarang ini. "Ah? Oh Ona mah emang gitu, tapi Ona lucu kok. Dia juga baik banget disamping emang Ona manja banget. Tapi gua sayang sama Ona, kayak orang itu kalo ngelihat Ona jadi gampang sayang sama dia." ujar Acha itu. "Lo bener sih dia emang buat orang ga bisa marah sama dia." ujar Oreo. Apalagi Nathan udah nitipin dia ke gua dan gua udah nyanggupin itu semua. Ngelihat Lo dan ngedengar jawaban Lo sekarang ngebuat gua benar-benar yakin kalo Lo itu cewek yang baik. Lo perfect Cha. Batin Oreo tersebut. "Nah kan bener, tapi gua juga ga pernah marah sama Ona. Dia itu perasa banget dan kalo ada yang marah sama dia. Dia bahkan bisa ngerasain hal itu. Gua benar-benar jaga banget kalo sama dia, karena gua ga mau nyakitin dia sama sekali." ujar Acha dan hal itu membuat hati Oreo menghangat. "Tapi ga bisa Lo pungkiri kan kalo dia nyebelin banget hahaha." ujar Oreo dan Acha mengangguk. Mereka berdua pun kini tertawa. Tampak mereka mengobrol dengan asyik sampai akhirnya Oreo berhenti di salah satu rumah. "Ini kan rumah Lo?" tanya Oreo dan saat melihat sampingnya, benar itu rumahnya. Mengobrol dengan Oreo membuat dirinya tak sadar bahwa ia sudah masuk ke dalam daerah rumahnya. Ia baru sadar setelah Oreo mengatakannya. Kini, Acha tampak bersiap-siap untuk masuk ke rumah. "Makasih ya Oreo udah mau nganterin gua." ujar Acha dan Oreo mengangguk. Ia malah senang bisa mengantarkan Acha sampai ke rumahnya. "Sama-sama Cha, kalo gitu gua duluan ya. Lo masuk gih." jawab Oreo. "Iya Oreo, hati-hati di jalan ya." ujar Acha dan kini Oreo mengangguk lagi. Tampak Oreo sudah mulai meninggalkan rumah Acha dan Acha masuk ke dalam rumahnya sembari tersenyum. Rasanya sangat bahagia malam ini, ya meskipun ini hanya sementara saja dan ia tahu bahwa ia dan Oreo tak mungkin. Mereka terlalu abu untuk menjadi sesuatu yang harus bersatu. Acha sekarang sudah masuk ke dalam kamarnya, ia benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana. Sebenarnya ia ingin bercerita pada seseorang tentang perasaannya itu kepada Oreo tapi ia rasa ia tidak bisa melakukannya karena semua orang yang ia kenal juga sudah tahu bahwa ia bersahabat dengan Ona dan mereka juga tahu bahwa Ona menyukai Oreo. "Apa gua harus pendam semua rasa ini sendiri sampai entah kapan itu gua juga ga tahu?" ujar Acha yang kini bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sementara itu, Oreo sekarang juga pulang dengan keadaan yang sangat baik. Ia bahkan bahagia karena ia bisa mengantar perempuan yang ia cintai itu selamat sampai ke rumahnya. Ia berpikiran apakah benar jika ia sudah tidak memiliki kesempatan untuk bersama dan memiliki Acha seutuhnya? Ia tahu mungkin akan terasa menyakitkan bagi Ona. Namun ia tidak pernah menyatakan cinta untuk Ona kan? Ia tidak salah karena selama ini Ona yang terlalu berharap padanya, Ona yang membuatnya harus selalu ada disisi Ona karena pesan dari Nathan. Sementara ia, meskipun ia dekat dengan Ona ia tak pernah sama sekali menyatakan perasaannya kepada Ona juga. Karena faktanya memang dirinya tidak ada rasa apa-apa kepada Ona. Ia juga tak akan baper dengan Ona karena seluruh hatinya sudah diambil alih oleh Acha. Namun Oreo tahu, mungkin saja Acha tidak akan mau bersama dengan dirinya karena Acha tahu bahwa Ona mencintainya dan Acha tidak mau jika Ona tersakiti karenanya. Semuanya terasa sangat sulit baginya dan Acha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD