Sahabat Selalu Ada Selalu Mengerti

1012 Words
Hari pengambilan raport pun tiba. Namun, tidak ada kepastian yang Kalla terima. Bukan Mama atau Papanya yang akan datang ke sekolah untuk mengambil raport Kalla. Mungkin, akan Kalla sendiri yang mengambil laporan hasil belajar Kalla disemester ini. Pagi Kalla seperti biasa, tidak ada yang spesial, tidak ada yang berbeda. Hanya mendengar kesibukan Papa dan Mamanya untuk pergi ke kantor mereka masing-masing. Setelah kesibukan itu selesai, baru Kalla keluar kamar. Kalla tidak ingin menambah keributan atau justru menyaksikan keributan dipagi hari. Kalla berdandan rapi dan cantik, Kalla berniat pergi ke sekolah untuk mengambil laporan hasil belajarnya semester ini. "Nggak papa deh, Kalla harus belajar mandiri. Mungkin memang Papa dan Mama ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, mereka bekerja juga demi menghidupi Kalla. Jadi, Kalla yang kali ini harus mengerti keadaan Mama dan Papa," ucap Kalla sendiri di depan cermin. Di sisi lain, Aksa juga sama sibuknya dengan Kalla untuk bersiap pergi. Padahal, Mama Aksa sudah bersiap mengambil laporan hasil belajar Aksa. Aksa mengenakan kemeja hitam dengan celana cream, lalu mengenakan sepatu kesayangannya. Menyisir rambutnya, memakai jel rambut, menyemprotkan minyak wangi, lalu menatap wajahnya sejenak di cermin. Setelah dirasa cukup, Aksa langsung pergi entah dengan tujuan kemana. Kalla pun sama, tidak jauh berbeda dengan Aksa. Menyisir rambut hitam sebahunya, mengenakan bandana kesayangan, sedikit memberikan sentuhan lipglos di bibirnya, lalu menyemprotkan minyak wangi di badan dan tangannya. Lalu, Kalla mengambil tas dan mengenakan sepatu sambil berjalan membuka pintu kamar. "Huhhhh, Kalla Kalla... Kamu memang anak yang malang," ucap Kalla sambil menuruni tangga di rumahnya. ~ Suasana di sekolah sangat ramai, namun, kali ini ramai oleh para orang tua murid. Banyak ekspresi orang tua murid yang berbeda-beda. Ada yang tersenyum manis, mungkin karena anaknya berhasil mendapatkan juara di kelasnya. Ada juga yang wajahnya sedikit asam dan kesal, entah karena anaknya tidak bisa mendapatkan nilai yang bagus atau alasan lainnya. Sekarang, giliran Kalla. Ekspresi apa yang akan Kalla dapatkan setelah mengambil hasil laporan belajarnya kali ini. "Selamat pagi, Pak," sapa Kalla kepada wali kelasnya di sekolah. "Selamat pagi. Kalla, ada apa kamu datang ke sekolah, nak?" tanya wali kelasnya kepada Kalla. "Saya mau ambil hasil laporan belajar saya, pak. Soalnya orang tua saya tidak bisa datang. Ada urusan pekerjaan yang sangat penting dan tidak bisa ditinggal," jawab Kalla. "Wah, mungkin Mama dan Papa kamu ingin memberikan kejutan ya untuk kamu. Karena kamu sudah menjadi juara di kelas," ujar Bapak wali Kelas. "Maksud Bapak?" Tanya Kalla keheranan. "Tadi laporan hasil belajar kamu sudah diambil sama orang tua kamu, Kalla. Baru saja pulang. Mungkin sekarang Mma dan Papa kamu masih ada di parkiran sekolah," jawab Bapak Wali kelas. Kalla sangat terkejut dengan ucapan Bapak Wali Kelas. Kalla bergegas meninggalkan ruangan pembagian raport untuk mengejar Mama dan Papanya. Betapa bahagianya hati Kalla saat itu. "Terima kasih, pak. Saya mau menyusul orang tua saya dulu, ya." pamit Kalla. "Iya Kalla, silakan, hati-hati." Kalla berlari sambil tidak bisa menahan senyum bahagianya. Tidak sabar ingin menuju ke parkiran sekolah. "Akhirnya, Mama dan Papa datang," ucap Kalla lirih. Sampai di parkiran, Kalla menengok ke arah kanan, kiri, belakang, depan. Sayangnya Kalla tidak menemukan keberadaan Mama dan Papanya. "Kemana ya Mama sama Papa? Mereka satu mobil atau?" Kalla masih fokus mencari keberadaan orang tuanya. Jantungnya berdegub kencang seperti akan bertemu dengan seseorang yang spesial. Kalla tidak menemukan keberadaan Mama dan Papanya. Kalla sudah mencari hingga ke ujung parkiran di sekolah, tetap saja, Mama dan Papa Kalla tidak terlihat. Kalla diam sebentar karena lelah berlari dari kelasnya sampai ke ujung parkiran sekolah. "Huhhh, yasudahlah. Yang paling penting Mama dan Papa datang ke sekolah, aku udah sangat bersyukur," ucap Kalla menyerah mencari Mama dan Papanya. Kalla berbalik lalu memutuskan untuk pulang ke rumah. Ketika Kalla membuka handphonenya, Aksa datang tiba-tiba. "Hai, Kal!" Sapa Aksa dengan manis di hadapan Kalla. "Aksa? Ngapain kamu di sekolah? Nggak mungkin kan kamu ambil raport kamu sendiri?" Kalla penasaran kenapa Aksa bisa berada di sekolah. Aksa hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Kalla. Sebenarnya, tanpa sepengetahuan Kalla Aksalah yang sudah membuat Mama dan Papa Kall datang ke sekolah. Aksa tahu, bagaimana sedihnya Kalla ketika Mama dan Papanya berebut untuk saling melimpahkan kewajibannya sebagai orang tua. Aksa mencari cara agar kesedihan Kalla tidak berlarut-larut. Meskipun Aksa tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan pertengkaran di rumah Kalla, setidaknya hari ini Aksa bisa melihat senyuman di wajah Kalla, karena Mama dan Papanya mau datang ke sekolah. "Woyyy! Ditanyain kok malah diam aja sih? Kamu ngapain di sini?" Kalla kembali bertanya dengan Aksa. "Nggak usah pesan taksi online, pulang sama gue aja!" Aksa menarik tangan Kalla dan mengajak untuk pulang bersama. "Aksa, kamu tahu nggak, hari ini Mama dan Papa mau datang ke sekolah!" Kalla antusias sekali menceritakan kebahagiaannya hari itu. "Aku nggak nyangka banget kalau Mama dan Papa bisa datang ke sekolah untuk ambil raport aku. Aku seneng banget," Kalla mengekspresikan kebahagiaannya. "Kamu seneng?" Aksa memastikan jika Kalla benar-benar bahagia hari itu. "Iya, seneng banget. Padahal, aku udah nggak berharaap kalau Mama dan Papa akan datang ke sekolah. Seperti yang kamu tau lah, mereka sibuk." "Syukur deh kalau ini bisa bikin kamu seneng." "Kenapa sih kamu kok senyum-senyum gitu? Ada yang salah ya dari aku? Baju? Rambut? Muka? Atau apa?" Kalla tidak pd karen sikap aneh Aksa di depannya. "Ihhhh Aksa, apaan sih, kenapa kamu senyum-senyum sendiri kayak gitu!" Kalla kesal karena Aksa tidak mau menjawab pertanyaannya. "Nggak papa, aku cuma memastikan kalau kamu hari ini bahagia," ucap Aksa masih dengan senyum keberhasilannya. "Hmmmmm, atau jangan-jangan," Kalla mulai curiga. "Jangan-jangan apa?" Aksa menanggapi kecurigaan Kalla. "Kamu yang udah merencanakan semua ini, ya?" Kalla curiga jika Aksa yang membuat Mama dan Papanya mau ke sekolah untuk mengambil laporan hasil belajar Kalla. "Kenapa sih, Kal? Kok curiga gitu sama aku," ucap Aksa karena dicurigain Kalla. "Makasih ya, Sa. Kamu udah selalu ada buat aku, selalu paham dan mengerti apa yang aku mau sampai apa yang aku butuh. Aku beruntung punya kamu sebagai sahabat aku," Kalla berterima kasih atas apa yang sudah Aksa lakukan. "Cuma sahabat aja, nih? Nggak bisa lebih dikit?" Ledek Aksa. "Bisa kok!" Kalla menjawab penuh antusias. "Serius?" "Iya. Best Friend Forever," jawab Kalla dengan senyum jailnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD