CHAPTER 3

1280 Words
Alicia memaksa pria itu duduk di ranjang rumah sakit setelah pria itu mau melepaskan pelukannya yang sangat erat itu. "Kau," ucapnya pada pria itu dan mengarahkan jari telunjuknya padanya, lalu digerakkan ke arah ranjang yang didudukinya. "harusnya istirahat di sini, tidak boleh ke mana-mana. Apalagi peluk-peluk orang sembarangan." "Tapi aku tidak membutuhkan istirahat, aku hanya membutuhkanmu. Aku baik-baik saja. Kau sudah memeriksanya, kan?" ucapnya polos, memandang Alicia dengan sorot mata sangat lembut. Alicia meleleh, tapi segera menyadarkan dirinya kembali. "Aduh, kau ini harus mendengarkan apa yang dikatakan doktermu, kau tahu? Ini demi kebaikanmu sendiri, oke?" Perkataan yang diucapkan dengan menggebu-gebu itu hanya dijawab dengan anggukan saja, seolah-olah pria itu sangat siap mendengarkan semua yang dikatakannya. "Kalau aku boleh tahu, siapa namamu dan apa yang sebenarnya terjadi semalam yang membuatmu terluka, hm?" tanyanya penuh perhatian dan diiringi dengan keingintahuannya yang semakin memuncak. "Lucas. Namaku Lucas Black, kau bisa memanggilku Luca, Lucas atau Luke, atau terserah panggilan apa saja yang kau suka. Aku tidak ingin membicarakan kejadian semalam. Kau tidak perlu mencemaskan itu. Yang perlu kau tau, aku terluka karena diserang oleh binatang buas yang ada di hutan. Itu saja, sekarang aku merasa baik-baik saja." "Baiklah emm, Luke. Aku akan memanggilmu Luke saja. Kurasa itu lebih cocok untukmu." Mata pria itu berbinar penuh kebahagiaan mendengar Alicia memanggil namanya. 'Dasar pria aneh,' batin Alicia sambil tersenyum simpul. "Aku tidak akan bertanya lagi tentang itu, oke. Sebenarnya tadi malam aku ingin melaporkan kejadian ini ke polisi terdekat," pandangan pria itu berubah waspada, "tapi kurasa aku harus membawamu lebih dulu ke rumah sakit untuk merawatmu." Dan tubuhnya seketika menunjukkan kelegaan. "Kau tidak perlu melaporkan itu ke polisi. Kasus ini juga pasti tidak akan ditanggapi oleh polisi. Kejadian semacam ini sudah biasa terjadi. Sebaiknya ini jadi rahasia kita berdua, please." Pandangannya memohon dan Alicia tidak enak hati untuk menolak permintaan Lucas. Ia mengangguk dan sekali lagi raut wajah Lucas berseri menunjukkan rasa senangnya. Hal ini membuat Alicia menggelengkan kepalanya menanggapi tingkah Lucas yang kekanakan. "Baiklah, karena kondisimu sudah baik-baik saja secara misterius," Alicia terkekeh pelan melihat reaksi Lucas berubah menjadi was-was seperti yang sudah diduganya, "lebih baik aku melanjutkan pekerjaanku. Sebenarnya dengan keadaan yang sebaik ini, kurasa kau akan baik-baik saja. Malah kalau kau ingin pulang sekarang, aku akan mengizinkanmu. Tapi mungkin sebaiknya kau di sini saja sampai kondisimu lebih pasti." Alicia hendak membalikkan badan keluar dari ruangan itu ketika Lucas berusaha menahan dirinya agar tidak pergi. "Kau tidak boleh bertingkah begini, Luke. Aku punya pekerjaan yang harus dilakukan. Pasien lain yang harus dirawat, oke." Lucas memandang Alicia dengan sendu, membuatnya tidak tega mennggalkan Lucas. "Kau diam di sini saja ya. Aku janji nanti akan ke sini lagi. Berusaha lah untuk tidur. Atau kau mau ditemani staf yang lain?" Lucas dengan cepat menggelengkan kepalanya, menolak berinteraksi dengan orang lain. Alicia heran mengapa staf rumah sakit mengatakan bahwa Lucas tidak mau berbicara apapun dan pada siapapun. Tapi dengannya, Lucas sama seperti pasien pada umumnya, malah menurutnya jauh lebih manja dan meminta perhatian lebih. ‘Sangat mirip dengan anak-anak,’ pikirnya. Alicia merapikan tempat tidur Lucas dan membantu membaringkan tubuhnya agar mau diam dan mulai beristirahat. Ia memasangkan kembali selang infusnya yang sempat terlepas tadi. Ditengah-tengah kesibukannya memastikan semua baik-baik saja, Lucas menanyakan namanya dan Alicia memberitahukannya. Hal kecil menurut Alicia, namun Lucas berbinar-binar seperti anak kecil. 'Ya ampun, aku bisa ovordosis kemanisan yang ditunjukkan Lucas,' begitu pikirnya. Setelah semua selesai dan Alicia mulai beranjak pergi, Lucas masih memandangnya dengan mata polosnya menolak tidur, mengingatkan Alicia dengan keponakannya yang masih berusia dua tahun. Lalu Alicia berinisiatif untuk mengusap kepala Lucas agar cepat tidur. Reaksi yang diberikan oleh Lucas sama persis seperti keponakannya. Pria itu langsung menghembuskan napas menikmati sentuhan Alicia dan perlahan napasnya menjadi teratur dan memejamkan matanya perlahan. Alicia tersenyum, jujur saja pria ini sangat berbeda dengan pasiennya yang lain. Kelakuannya yang kekanakan dan manja menghangatkan hatinya. Alicia pun dengan berat hati meninggalkan kamar Lucas dan melanjutkan pekerjaannya. Bertemu Lucas membuat suasana hatinya menjadi baik. Setelah ia keluar dari ruangan, betapa terkejutnya ia melihat rekan-rekannya berkumpul di depan pintu ruang rawat Lucas, memandangnya dengan raut muka jail dan seringai nakal di wajah mereka. 'Oh tidak, pasti mereka melihat dan mendengar semua yang kubicarakan dengan Lucas,' pikirnya sampil menepuk dahinya dan berusaha meredam pikirannya agar pipinya tidak merona. Alicia sangat malu ketika rekan-rekannya bersiul-siul menggodanya. "Sudah, sudah. Bubarlah kalian, ini kan rumah sakit. Biar pasien bisa istirahat, oke," jawabnya mempercepat langkah kaki ke ruangan yang disediakan untuknya. Langkahnya diiringi oleh kekehan orang-orang di sekitarnya membuat Alicia bertambah malu berkali-kali lipat saat itu. Alicia melanjutkan pekerjaannya dengan lancar pada hari itu, meskipun masih ada rekan-rekan yang menggodanya mengenai kejadian yang mereka saksikan pagi tadi. Banyak yang menyiratkan bahwa mereka sangat mendukung kalau ia dan Lucas menjadi sepasang kekasih. Mereka mengatakan bahwa ia dan Lucas terlihat sangat cocok. Lucas yang tampan dan Alicia yang cantik akan menjadi pasangan yang tak tertandingi keserasiannya, itulah kata mereka. Alicia yang mendengar itu sangat malu sekaligus ingin tertawa melihat ekspresi rekan-rekannya yang membuatnya terhibur. Ia tentu saja berusaha menyangkal, mengatakan bahwa Lucas hanya pasiennya, namun mereka menghiraukannya dan tetap teguh pada pendirian masing-masing. Sehingga membuat Alicia merasa sia-sia menyangkal dugaan mereka. Sekarang ia hanya diam dan kadang tersenyum menanggapi tingkah teman-teman yang baru dikenalnya itu. Hari sudah menjelang waktunya pulang saat ia bersiap untuk membereskan pekerjaannya yang baru saja selesai dikerjakan. Siang tadi, ia mendapat kabar dari Jane, bahwa teman seapartemennya itu akan kembali ke kota besar tempat tinggalnya untuk menyerahkan lukisannya. Dan berhubung hasil karyanya itu sudah selesai, Jane berencana untuk pulang ke rumahnya sekalian. Toh, biasanya jika pekerjaannya telah selesai, Jane akan berdiam diri dirumahnya seperti pengangguran dan akan sibuk kembali jika ada pesanan lukisan. Alicia sebenarnya keberatan ditinggalkan oleh Jane. Namun, ia menyadari bahwa Jane punya kehidupannya sendiri dan tidak mungkin selalu disampingnya. Kedatangan Jane di pinggiran kota ini juga demi menemani Alicia pada awal kepindahannya agar bisa meyakinkan orangtua Alicia untuk membiarkannya tinggal di tempat yang jauh dari orangtuanya itu. Jane setuju-setuju saja karena selain membantu Alicia ia juga bisa mendapatkan inspirasi untuk menghasilkan karyanya. Itu adalah kesempatan bagi Jane untuk mendapatkan ketenangan dari riuhnya perkotaan yang terasa tidak ada habisnya. Pada dasarnya apartemen itu didapatkan dari uang Alicia, dan Jane juga merasa tidak enak hati menumpang terus-menerus. Padahal Alicia sama sekali tidak keberatan ditemani oleh Jane di apartemennya yang sepi. Sebelum pulang, Alicia berinisiatif untuk melihat kondisi Lucas. Sebenarnya siang tadi ia sudah ke sana ketika Lucas masih tertidur dan dilihat dari keadaannya, sepertinya pria itu sudah bisa dipulangkan. Lucas masih tidak mau berbicara dengan orang lain ketika ada perawat yang masuk ke ruangannya. Alicia mendengar dari perawat yang bertugas bahwa sore tadi Lucas sudah bangun dan infusnya juga sudah dilepas. Namun, belum ada yang berhasil berinteraksi dengannya dan Alicia masih sibuk dengan pasiennya yang lain, sehingga tidak sempat memberitahu Lucas bahwa ia sudah boleh pulang. "Selamat malam, Lucas," ucapnya setelah memasuki ruang rawat Lucas. Dilihatnya Lucas yang awalnya mondar-mandir di kamarnya itu seketika berhenti dan memandang Alicia, langkahnya cepat menghampirinya. "Ali," Sebelum pria itu menguncinya dalam pelukan, Alicia sudah menyiapkan diri untuk menghentikan pria itu dengan menahan kedua tangannya di bahu Lucas, yang membuat tubuh Lucas terkulai, merasa kecewa. Kekecewaan Lucas dan raut wajah sedihnya membuat hatinya nyeri. Alicia yang tidak bisa melihat kesedihan itu lebih lama, mulai memeluk Lucas dengan kesadarannya sendiri. Kali ini tidak ada paksaan dari Lucas. Alicia hanya mengikuti kata hatinya, dan menghiraukan otaknya yang berusaha mencegah tindakannya. Lucas terkejut, namun segera membalas pelukan Alicia lebih erat, tidak mau melepaskannya dalam waktu yang cukup lama. Kesedihan dan kekecewaan Lucas benar-benar menyakiti hatinya. Alicia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada sistem tubuhnya. Alicia yang tidak pernah berpacaran sama sekali benar-benar tidak mengerti dengan perasaan semacam itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD