saat ayahnya pergi, mira masih terlalu kecil untuk mengerti kejamnya dunia. usianya baru dua belas tahun saat ujian hidup berkun

pagi ini sangat cerah dan aku memakan sarapanku terburu-buru karena terlambat sekolah

"makannya pelan-pelan mira" nenek menuangkan s**u kedalam gelas dan memberikannya padaku.

"aku kesiangan hari nek, nanti terlambat" s**u yang diberikan nenek kuminum sampai habis dan nenek hanya menggelengkan kepala melihat tingkahku.

"mira tidak kangen papa?" aku berhenti makan sarapanku mendengar pertanyaan nenek yang tiba-tiba. aku menatapnya sebentar dan pura-pura melanjutkan makanku seolah tidak perduli dengan ucapannya.

"mira masih marah dengan papa?" tanyanya lagi.

"papamu sedang sakit dan dia ingin bertemu mira". nenek duduk didepanku dan aku hanya bisa menghembuskan napas dengn kasar.

"mira tidak boleh marah terlalu lama, kasihan papamu sakit parah. mira mau kan besuk papa kerumah sakit besok". nenek bertanya dengan lembut.

"mama sama dedek putra juga pergi?". tanyaku.

"tidak. mama bekerja dan dedek putra sedang flu, hanya mira dan nenek. mira maukan pergi?". tanyanya lagi. aku tidak menjawab, hanya mengganggukan kepala pelan. aku berdiri dan mencium tangannya lalu pergi kesekolah.

Dalam hatiku yang paling dalam aku sangat merindukan papa, aku rindu dia mengantarkanku sekolah, aku rindu ingin bercerita keisenganku karena mengganggu putra dan rindu dia yang selalu membelaku ketika mama marah melihat kenakalanku. aku sangat merindukannya dan ingin memeluknya, aku menundukkan kepalaku karena takut orang-orang yang lewat akan melihatku heran karena menangis. kuusap air mataku yang jatuh dan berdiri menunggu bus sekolah.