JESSICA AZALEA

2236 Words
Bab 1 Di luar bangunan itu terdapat baleho bertuliskan 'Jessica Studio Butiq' dengan latar gaun-gaun yang indah dan pose seorang gadis cantik yang tengah tersenyum. Bangunan modern dengan cat berwarna putih gading menambahkan kesan glamour apalagi di padu padankan dengan jendela dan pintu kaca dengan teralis nya berwarna emas. Kini waktu telah menunjukan pukul 11.50 malam di dalam bangunan putih gading itu seorang gadis cantik masih berada di sana, duduk diam di sebuah sofa berwarna pink pastel senada dengan meja yang di atasnya tersaji kopi panas. Rambut panjang nya satu- persatu mulai terurai jatuh pada kedua sisi bingkai wajahnya membuat sebagian wajah nya tertutup rambut, sesekali angin dari ac membuat helaian itu menari-nari liar dibuatnya. Sepasang mata berwarna coklat menatap keluar pintu kaca yang kebetulan tepat berada tak jauh dari jaraknya.Dari balik kaca ia dapat melihat pemandangan di luar studio yang ia juga jadikan tempat tinggal nya itu, ternyata hujan deras tengah mengguyur kotanya. Di luar angin bergerak menggoyangkan daun serta dahan dari pohon- pohon yang berdiri menjulang di luar sana. Membuat daun - daun kering yang tak kuat akan terpaan nya perlahan gugur dan terbawa arus air hujan. Petir saling bersautan, dengan iring-iringan suara hujan yang kian malam kini memenuhi pendengarannya. Rumput-rumput itu bergoyang- goyang tanpa kendali, permukaan tumbuhan itu basah seketika. Tak terkecuali. Tepat pukul 12.00 malam seorang gadis lain masuk ke dalam studio, setelah melepaskan sepatu dan mantel nya ia segera menghampiri gadis yang tengah asik memeriksa gaun pernikahan berwarna putih yang indah. " Ya tuhan jessi kau akan jadi zombie jika kau tidak juga beristirahat! yang akan menikah itu kan aku kenapa kau yang sibuk begini sih" Gadis bermata biru baru saja memasuki Butiq jessica dengan terburu- buru karna hujan, rambutnya sedikit basah. " Itu sudah sangat sempurna Jessi kau sudah memeriksa nya ribuan kali oke" omel nya lagi sembari kini membalutkan selimut ke badan nya tanda kedinginan. " Ini aku juga lagi istirahat kok. Aku hanya ingin mengecek apakah ada kesalahan atau tidak, aku ingin semua nya sempurna" ucap jessica sambil tersenyum. " itu sudah sangat sempurna karna kau yang membuat. Kau tau ? Aku sampai sangat sangat terpana melihat nya" Jessica yang mendengar itu hanya terkekeh kemudian ia memandang keluar, malam semakin larut dan hujan nya semakin deras. "aku akan mengunci pintu, kau akan menginap disini kan?" Jessica mulai berdiri menutup gorden yang berada di pintu dan jendela. "tentu jessi aku sudah membawakan setumpuk makanan untuk kita" ujar gadis itu yang bernama Clara sambil memperlihat kan plastik penuh dengan cemilan. Mata jessica melebar "kau tau kan pernikahan mu dua minggu lagi! berjanji lah padaku kau hanya akan makan satu snack saja! Aku tidak bisa membesarkan gaun mu lagi Clara" "hmmmm aku tidak akan berjanji" ucap Clara sambil tertawa. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Jessica terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam di atas meja 'sudah jam 06.02' ia berbicara dalam hati. Jessica mulai memejamkan matanya kuat-kuat dan menarik napasnya. Lalu ia membuka matanya lalu mengerjap-ngerjapkan matanya mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Ia turun dari kasur lalu mulai melakukan gerakan pemanasan sederhana. Sedangkan teman nya,Clara masih dengan tidur cantik nya dengkuran dan napasnya membahana memenuhi kamar yang di d******i warna putih pink itu. Jessica hanya mendiamkan nya toh hari ini hari sabtu, sahabat nya tidak akan masuk kerja di hari libur. Setelah mandi Jessica segera memasak sarapan untuk dirinya dan Clara. Clara yang mencium bau enak dari masakan segera bangun dan langsung ke meja makan tak sabar untuk segera sarapan. "Cuci muka dan gosok gigi dulu sana" "Ntar aja sekalian mandi, yang penting isi perut dulu" "kau ini mau menikah tapi masih seperti ini, nanti Roland kau kasih makan apa ?" Jessica mulai berceramah. " Udahlah gakusah perduliin itu Jess. Kau harusnya perduliin dirimu sendiri, aku yang biasa begini udah mau nikah tapi kau masih sendiri terus. Kau itu cantik, pintar masak , pintar cari uang pula. Pria berjejer rapi untukmu tinggal pilih saja" Clara berbicara sambil meniup nasi goreng nya. "Belum ada yang menarik" Jessica pun mulai ikut menyendok nasi goreng nya i meniup- niup nasi goreng yang masih panas dan segera memasukannya ke mulut. "Jangan bilang kau belum bisa melupakan dia ?" Kata Clara mulai menyelidiki. "Mungkin iya ? Mungkin tidak ? belum ada lagi yang bisa menggetarkan hati ini" Jessica berbicara sambil memegang d**a nya bersikap dramatis. "Lupain aja dia. Aku tau dia itu punya pacar, aku dengar dia mengejar gelar master nya tahun ini. Ku akui dia itu hebat kuliah S1 nya hanya 3 tahun S2 nya hanya 1 tahun lebih gilanya dia punya pacar di sela kesibukan nya mengejar gelar, aku melihat kemarin beberapa detik sebelum di hapus pacarnya membuat story di instadram nya" Clara berbicara panjang lebar. Jessica hanya diam mendengarkan, hatinya sedikit tercubit. . . . "Aku pergi dulu ke rumah Roland, ada beberapa hal yang harus aku urus. Kau tau menu catering nya aku sedikit tidak suka aku harus mengganti beberapa menu untuk itu" Clara berpamitan kepada Jessica lalu segera pergi ke rumah calon suami nya. 'tring tring' lonceng berbunyi pertanda ada yang masuk ke dalam studio. Jessica hampir tidak pernah menutup studio nya karna bagi Jessica membuat gaun adalah separuh dari hidupnya. "halo ada yang bisa kami bantu" suara Anne pegawainya menyambut tamu yang datang. "aku ingin membuat dua gaun untuk tunangan" seorang wanita berumur sekitar 50 tahun berambut pendek masuk dengan wajah angkuh. " aku mendengar disini tempat pembuat dress yang terbaik di kota ini" ucap wanita itu lagi. "ya nyonya anda berada di tempat yang tepat" Anne mempersilah kan tamu itu untuk melihat- lihat, ia menjelaskan jenis- jenis kain dan gaun- gaun indah yang di sewakan manakala tamu nya ingin menyewa gaun yang sudah ada. Sementara itu Jessica tengah berbincang dengan sepasang pasangan muda yang akan menikah sebulan lagi. "Saya ingin bertanya nona, menurut anda warna gaun apa yang mewakili pernikahan kami?" Nancy calon pengantin wanita bertanya kepada Jessica. "Kalau saya pribadi saya lebih menyukai warna putih, busana pengantin berwarna putih itu penuh dengan kesakralan dan juga sebagai pertanda bahwa membuka kehidupan yang baru sebagai pasangan suami istri. Kehidupan yang dimulai dengan lembaran putih yang masih bersih" ucap Jessica menjelaskan sambil melihat satu gaun yang berada di etalase. Gaun itu begitu tersembunyi sehingga jika tak diperhatikan lebih seksama maka tak terlihat keindahan nya mika pembungkus nya sedikit beredebu pertanda sudah lama gaun itu tak pernah disentuh, mungkin setelah ini ia akan membersihkan nya. "Bagaimana dengan warna pink? Kau suka warna pink kan sayang. Pasti cantik sekali jika kau memakainya, aku tidak terlalu suka warna putih" Peter Calon pengantin Pria mencoba memberikan usulnya. "Apakah ada gaun pernikahan berwarna pink di butiq ini?" Nancy bertanya antusias. "Tentu, Aku akan ambilkan hmmm ini dia aku punya sekitar 6 gaun. Kalian tau gaun pink itu berarti cinta yang sedang bermekaran diantara pengantin baru. Pemilihan warna merah muda biasanya dipadupadankan dengan silver sehingga menambah kesan anggun dan elegan, bagaimana dengan ini" Jessica menjelaskan dan mengambil satu gaun mewah berwarna pink pastel terdapat orname- orname indah yang menempel pada sisi bawah nya, atasnya tidak begitu memperlihat kan d**a namun cukup memperlihatkan tulang selangka membuat nya cukup seksi. "Aku menjahit sendiri orname kupu- kupu dibawah nya" Jessica memperlihatkan detail- detail dari gaun itu. "Aku akan mencoba gaun itu" ucap Nancy. "Tentu silahkan sebelah sini, Windy tolong bantu pakaikan nona Nancy gaun di fitting room. Nona jika anda cocok dengan gaun ini silah kan langsung bilang ke pegawai saya, saya akan pergi menemui tamu yang lain. Terimakasih sebelumnya" ucap Jessica memanggil Wendy karyawan nya lalu segera pamit. "Baik Bos, mari nona saya antarkan" ucap Windy seraya mengantarkan tamu nya ke dalam fitting room. Jessica mulai mengobrol dengan tamu yang lain, ada yang ingin dicarikan gaun yang sudah ada di etalase. Ada juga yang ingin di buatkan gaun dengan desain nya sendiri, Jessica melayani dengan penuh senang hati. Tamu nya begitu banyak hingga membuat mereka kewalahan, ada 5 pegawai dan 1 orang cleaning service ditambah jessica yang selalu berada di studio ini. Saat sudah jam makan siang tamu nya mulai pergi satu persatu dan kini hanya tinggal pemilik dan pegawai di dalam studio itu. Renny salah satu pegawai Jessica segera memasang tanda bertuliskan 'silahkan tunggu sedang makan siang' di Kaca pintu masuk. Lily pegawai Jessica membawa kantong penuh dengan Burger besar dan mulai duduk bersama yang lain, sedangkan Toni sang Cleaning Service membawakan minuman dan cemilan yang sudah Jessica pesan lewat delivery. "Apakah kalian kenyang hanya makan 1 burger ?" tanya Jessica sebelumnya ia sudah menanyakan ke pegawai nya tentang menu makan siang, semua setuju makan burger MCg. "Yampun bos lihat saja burgernya saja hampir sebesar wajahku" Lucia mengangkat burgernya sambil membandingkan dengan wajahnya. Jessica memang sengaja membeli yang extra besar, ia tak ingin pegawainya tak kenyang jika hanya memesan yang biasa. "Burgernya sangat besar tapi aku hanya ingin daging dan roti nya saja. Aku tidak suka sayuran ini" Wendy mulai mengambil timun dan sayuran lain yang berada di burgernya. "itu baik untukmu Wen. Jangan di sisihkan dan makan lah, kau perlu cukup vitamin untuk lembur nanti malam" Anne mulai mengomel dan menjejalkan sayuran yang telah disisihkan tadi ke mulut Wendy. Yang lain pun tertawa melihat tingkah dua teman nya itu. "kalian tau wanita yang memakai coat dress tadi ?" Wendy memulai pembicaraan. "Oh wanita nyentrik tadi ?" Lucy ikut mengobrol. "hah wanita nyentrik?" Toni sedikit kebingungan, mungkin karna Toni tidak bertugas melayani tamu maka dia tidak tau penampilan dari tamu- tamu yang datang. "Ya dia memakai coat dress berwarna ungu, sepatu ungu, dan jangan lupakan topi bulu berwarna ungu juga" Lily bergidik membayangkan jika ia yang perpakaian seperti itu. "itu cukup bagus, dia terlihat paling menonjol di antara tamu yang lain. Mungkin ia ingin selalu di perhatikan" Renny yang sedari tadi diam ikut bicara. "Nah yang itu, tadi dia ingin mencarikan gaun pertunangan untuk anaknya. Aku tidak suka dengan nada bicara nya, ia sesekali melihat ku dari atas ke bawah ketika bercerita bagaimana anaknya dapat bertunangan dengan keluarga kaya dan terpandang. wajah nya sedikit menghina, andaikan dia tau bahwa bekerja disini bahkan gajinya lebih besar dari pada PNS di negeri ini!" Anne berbicara dengan berapi- api. "itu baru gaji jangan lupakan tentang bonus dan uang lembur" ucap Wendy ikut berapi- api. "bahkan aku bisa menyekolahkan 3 adikku sekaligus" Lucy berbicara dengan senang. Seketika semua melihat ke arahnya, begitu pula Jessica ia langsung memberikan 5 sisa burger lagi ke Lucy yang tadinya ia akan simpan manakala pegawai nya lapar sewaktu- waktu mungkin ia akan delivery lagi nanti. "kau berikan ke adikmu ya" Ucap Jessica sembari mengelus tangan Lucy. Lucy memang tulang punggung keluarga, ayah nya telah meninggal di pukuli rentenir ibu nya yang sedang sakit- sakitan menyusul sang suami ketika mendengar suami nya meninggal. Memang ibunya sangat tulus walau pun sering di sakiti oleh suami nya ia tetap setia hingga akhir hayat bahkan ikut ke liang lahat. "Terimakasih kak, kau itu sangat baik tidak pernah berubah sedikitpun" Ucap Lucy sambil memasukan Burger ke ransel bututnya, adik- adik nya pasti senang. "Jika wanita itu melihat Lucy dia pasti akan malu" Wendy berbicara lagi sambil melihat Lucy bangga. "Lebih malu lagi jika melihat Bos kita, padahal Jessica itu sudah kaya namun masih bekerja keras, lihat wajahnya sangat cantik. Kenapa kau begitu cantik jes? Aku sangat iri" Anne melihat Jessica kagum. "Karna aku tidak pernah menangis ketika di sakiti oleh laki- laki" ucap Jessica tertawa mengejek ke arah Anne. "Baiklah aku kalah ku akui aku memang sangat cengeng" mulut Anne mengerucut sebal. Semua pun tertawa dan mulai mengejek Anne. . . . Setelah melewati siang hari yang penuh dengan perjuangan kini Wendy, Lily dan Jessica tengah menjahit payet ke gaun yang sudah di pesan. "Baiklah ini yang terakhir" ucap Jessica membuat Wendy dan Lily tersenyum puas. "Wow indah sekali, aku ingin memakainya sekali" Wendy berbicara antusias. "Tak akan pernah Wen, lihat saja perutmu gaun itu tak akan cukup" Lily mulai mengejek Wendy yang di balas dengan memukul pelan tangan nya. "Tentu jika kau menikah aku akan memberkan 1 gaun untukmu nanti" Jessica ikut menimpali. "Benarkah ? Tidak kah kau berikan gaun untukku sekarang ?" Wendy berbicara dengan senang. "Tentu tidak nona, kita tidak akan bisa tau. Mungkin seminggu lagi berat badan mu bertambah 10 kilo" Jessica ikut mengejek Wendy lalu berhive five dengen Lily. Wendy hanya memutar bola matanya bosan, dan mulai berjalan ke arah meja mengambil tas nya. "Yasudah kami pulang duluan Jess, jangan begadang lagi" Wendy dan Lily berpamitan pulang. Setelah Wendy dan Lily pergi Jessica segera menutup Gorden dan mulai mengambil satu buah gaun. Ia membersihkan mika nya lalu mengeluarkan gaun dari mika. Ia melihat ke kaca menempelkan gaun yang masih terpasang hanger itu kebadan nya. Ukuran nya mungkin masih pas atau mungkin malah sedikit kebesaran, dua tahun belakangan ini memang ia kehilangan beberapa kilo berat badan nya efek sering begadang dan jarang makan. Gaun itu sangat indah dengan gaya potongan leher sweetheart dengan model off-shoulder strap, Bagian rok terbuat dari bahan tulle yang mengembang dengan cantik. Di balik bahan tulle, aksen sulaman bunga membuat gaun putih ini tampak lebih elegan. Gaun itu sengaja ia buat untuk pernikahan nya nanti bersama dengan seseorang. Namun seseorang itu telah mempunyai kekasih rupanya. Baikah, Ia melihat Gaun itu lagi kini ia berputar- putar seakan akan sedang menari lalu mulai tersenyum 'mungkin sebentar lagi aku akan gila' ucapnya dalam hati. Ia berhenti berputar lalu mulai melepaskan hanger dari gaun itu, ia memajang gaun tersebut ke Mannequin. "Baik aku akan move on!" Jessica memasang wajah bangga. Lalu meletakan kertas lagi bertuliskan 'NO SALE' atau mungkin belum?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD