3. Lili dan Lui

1030 Words
Lolita dengan ragu meminta ijin pada mamanya karena merasa tidak enak hati harus meninggalkan tempat ini. Beruntung sekali saat ia mengirim chat pada sepupunya, Lui yang memang sedang berada di kampus setuju untuk menjemputnya ke butik ini. Tak lama kembali ponsel Lili bergetar, satu pesan masuk pada aplikasi w******p membuat wajah Lili tersenyum lebar. Lui sudah menunggunya di luar. "Eum... Mama. Ini sudah selesai kan?" tanya Lili, karena memang dia sudah selesai mengukur dan menentukan baju pengantinnya. Dan saat ini mereka sedang mengobrol santai sembari membicarakan tentang baju seragam yang akan dikenakan oleh semua anggota keluarga terdekat. Sejujurnya Nick pun juga sudah mulai merasa bosan, sama halnya dengan Lolita. Tapi dia hanya memilih berdiam diri dengan sesekali terfokus pada layar ponselnya. "Memangnya kenapa?" Niken bertanya pada putrinya. "Aku harus kembali ke kantor sekarang." alasan yang Lili lontarkan membuat Niken tak percaya. "Bukankah kau sedang cuti?" "Ya benar. Tapi tiba-tiba saja aku ada pekerjaan mendesak. Jadi dengan terpaksa aku harus ke kantor sekarang. Maafkan aku, Ma." "Ya sudahlah jika seperti itu. Kau pergi naik apa?" tanya Niken. Feli yang mendengar nya pun menimpali. "Jeng Niken, biar Nick saja yang mengantar Lili." Feli menoleh pada putranya dan Nick yang merasa namanya disebut oleh sang mama menunjukkan ekspresi datar saja, meski dalam hati Nick sudah mendumel tak jelas. 'Merepotkan saja,' gerutu Nick dalam hati. "Tidak usah tante. Saya naik ojek saja." "Tak apa Lili. Nick juga sekalian kembali ke kantor. Jadi biar Nick antar kamu dulu. Oke. Nick tak keberatan kan?" Nick hanya mengedikan bahu, melirik Lili dan Nick rasa gadis itu nampak kesal dengan menampakkan wajah cemberutnya. Setelah berpamitan pada Niken dan Feli, Nick mengekori Lili yang sudah keluar dari dalam butik. Begitu keduanya berada di area parkiran, Lili menghentikan langkah dan menoleh ke belakang dimana Nick berada. "Nick... Kau tak perlu mengantarku. Aku sudah dijemput, " ucap Lili ketus. "Dijemput siapa?" tanya Nick yang penasaran. "Itu...." Lili menunjuk dengan jari telunjuknya. Arah pandang Nick mengikuti telunjuk Lili. Dan detik itu juga jantung Nick berdegub kencang. Gadis itu sedang bersandar di samping mobilnya. Tampak memukau dimata Nick. Lelaki itu terpana pada pesona seorang Luisa. "Nick....!" "Ya," "Aku pergi dulu. Nick hanya mengangguk menatap kepergian Lili. Lebih tepatnya fokus menatap Luisa yang tampak lucu di mata Nick karena bibir gadis itu tampak mengerucut tanda jika sepupu Lili itu sedang kesal. Tanpa sadar bibir Nick sudah menyunggingkan senyum. Sementara itu, dengan tergesa Lili menghampiri Lui. "Lama sekali," gerutu Lui karena ia sudah kepanasan menunggu Lili. "Ya maaf... Ayolah keburu mama melihatku," Lili segera membuka pintu mobil dan melesat masuk ke dalamnya. Sementara itu, Luisa dengan kesal menatap kelakuan sepupunya yang tak ada rasa terimakasih padanya. Sebelum masuk ke dalam mobil, Luisa menoleh sekilas menatap lelaki yang tadi ia lihat keluar dari dalam butik bersama Lili. Dialah calon suami sepupunya itu. Mata Lui membola karena lelaki itu menyunggingkan senyuman. Entah senyuman itu ditujukan untuk siapa. Tapi yang jelas pasti tidak ditujukan untuknya karena mereka berdua tidak saling mengenal. "Lui...! Buruan....!" Teriak Lili. "Iya... Iya..." Lui masuk ke dalam mobil lalu segera menghidupkan mesin nya bersiap meninggalkan area butik. "Kau tahu, Mama menyuruhku agar pulang bersama Nick tadi." "Pantas." "Pantas apa?" "Pantas saja lelaki tadi bersamamu keluar dari dalam butik. Lalu... Kenapa kau justru meninggalkan nya dan memintaku menjemputmu?" "Kau gila.... Mana mungkin aku mau diantar olehnya. Sementara yang akan aku temui sekarang adalah Hans." Lui terkekeh. "Kau ini cari mati rupanya." "Jangan mengolokku." "Habisnya? Sudah tau ada Hans masih saja mau dijodohkan." "Hei... Kau kan tahu jika mamaku tak bisa dibantah. Ah, atau kau saja yang menggantikanku. Bagaimana?" "Enak saja. Aku tidak mau." Dan keduanya tertawa bersama. Lili dan Lui adalah saudara sepupu yang sangat dekat. Bahkan mereka hampir mirip seperti saudara kandung. Selisih usia mereka juga hanya terpaut lima tahun. Jadi tak susah bagi keduanya untuk saling berkerjasama dalam segala hal. "Antar aku ke tempat Hans, Please....!" "Kau bohong lagi dengan tante Niken?" tebak Lui. Dan Lili mengangguk. "Bagaimana lagi, aku tak bisa meninggalkan Hans. Aku sangat mencintainya." "Tunanganmu bagaimana?" "Aku tak tahu Lui." Lui menghela nafas, merasa iba dengan nasib sepupunya. Satu tahun yang lalu, Lili baru saja ditinggalkan oleh papa tercintanya. Om Rudi namanya. Dan Om Rudi adalah adik dari papanya Luisa. Sementara Luisa sendiri adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakak Lui adalah seorang lelaki yang setara usia dengan Lolita. Ashraf namanya. Sedangkan Lolita adalah anak tunggal. Mereka bertiga Sejak kecil selalu bersama hingga ketiga nya begitu dekat dan akrab. Akan tetapi sekarang ini Ashraf lebih banyak fokus pada pekerjaan sehingga tak lagi sering bersama Lili dan Lui. Mobil Lui berhenti di depan lobi sebuah apartemen. Lui menatap Lili yang sedang melepas seat belt nya. "Kau yakin aku tinggalkan disini?" tanya Lui. Pasalnya sepupunya ini dalam kondisi yang tidak stabil. Mengenai pertunangan yang sudah dilangsungkan dengan salah satu anak keluarga Abraham, membuat hubungan Lili dengam Hans sedikit bermasalah. Itu yang pernah Lili ceritakan pada Lui. Dan sebagai seorang sepupu, Lui ikut prihatin. "Iya. Aku akan menemui Hans. Dan semoga saja aku bisa segera menemukan solusi untuk permasalahan ini. Jujur, aku tak sanggup jika harus kehilangan Hans." "Ya aku tahu itu." jawab Lui cepat. Hubungan asmara Lili dengan Hans sudah beberapa tahun terjalin dan untuk memutuskan hubungan begitu saja pasti akan sangat sulit mereka lakukan. "Teimakasih sudah mengantarku. Aku menyayangimu," ucap Lili lalu mendekatkan tubuhnya. Seketika Lili memeluk Lui penuh sayang. "Jika kau perlu aku lagi, telpon saja. Aku harus kembali ke kampus." "Baiklah. Terimakasih Lui. Hati - hati dijalan. Bye." pamit Lili sesaat sebelum keluar dari dalam mobil milik Luisa. Setelah Lili keluar, Lui kembali menjalankan mobilnya meninggalkan apartemen dimana Hans tinggal. Lui ada jadwal kuliah lagi siang ini. Sebenarnya pagi tadi ia sudah ada kelas. Dan saat ia sedang menunggu kelas berikutnya, saat itulah Lili menelepon dan memintanya untuk menjemput ke butik. Lui tak bisa menolak dan karena Lui rasa ia masih ada waktu, jadilah Lui pun berangkat menjemput sepupunya itu. Sekarang gadis itu harus kembali ke kampus untuk mengikuti kelas selanjutnya. Dalam perjalanan, tiba-tiba Lui teringat akan tunangan Lili yang kalau Lui tak salah ingat bernama Nick. Lelaki itu terlihat sangat misterius dengan senyuman yang tadi tak sengaja terlihat oleh Lui. Gadis itu bergidik sendiri dan mengenyahkan bayangan Nick.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD