"Mulai saat ini, tubuh loe hanya boleh gue yang menyentuhnya. Siapapun yang berani menyentuhnya, akan gue habisi. Meski harus hingga berdarah darah. Kara loe milik gue, camkan itu." dengan buas Algio menghujamkan kejantanannya berkali kali pada liang gadis yang kini berada di bawahnya dengan keadaan menyedihkan.
"Lakukan apapun yang ingin loe lakukan Gio. Bahkan jika ingin membunuhku, silahkan lakukan." dengan derai air mata kepedihan, Kara pasrah akan nasib takdirnya. Mencintai Algio Dhewa penuh dengan kesakitan. Bahkan dengan tega Gio merampas kesuciannya yang memang hanya akan Kara berikan untuknya. Tapi tidak dengan cara menyedihkan seperti ini.
Kara Annaya gadis cantik yang ceria mencintai seorang Algio Dhewa, yang notabenenya adalah incaran setiap kaum hawa. Algio atau lebih akrab dipanggil Gio adalah lelaki dingin yang mengganggap kehadiran Kara sebagai pengganggu dalam hidupnya. Meski Gio menyakiti hati gadis itu bahkan fisiknya, tapi tak pernah pantang menyerah untuk mendekatinya lagi.
Mencintai Gio selama bertahun-tahun, sejak awal Ospek lelaki itu telah mencuri perhatian Kara. Bahkan hingga lulus kuliah, cintanya pada Gio tak pudar sedikti pun. Tak peduli siapapun yang sedang bersama Gio, itu takkan membuatnya menyerah, meski harus selalu menahan rasa sesak di d**a.
Bahkan melihat orang yang di cintai mencumbu gadis lain di hadapannya. Cemburu, marah? Semua itu wajar ketika kita menaruh hati pada seseorang. Tapi tak ada hak untuk melarang, karena status yang bukan siapa siapa baginya.
Namun, bukankah manusia ada rasa lelah nya. Lelah untuk berjuang, mempertahankan sesuatu yang hanya sia sia.
Disatu titik lelahnya, Kara memutuskan untuk berhenti mengejar Gio. Dan saat itu lah Gio menyadari perasaannya untuk Kara.
Semesta itu adil yah, di saat kau lelah dan memutuskan untuk berhenti. Cinta yang kau kejar kini berbalik mengejar mu.
Dan itu terjadi pada Gio yang mengejar cinta Kara.
Hati Kara yang dulu hanya untuknya, ternyata kini ada hati yang lain menginginkan hati gadis itu. Gio yang terbakar api cemburu serta amarah yang memuncak, tak tahan melihat semuanya, rasanya dia ingin membunuh siapapun yang berani menyentuh miliknya. Dia hanya ingin Kara kembali menatapnya, hanya seorang Algio Dhewa yang boleh ada di dunia Kara Annaya, egois! yah, keegoisan membutakannya.
Hingga terpikir satu cara di otaknya.
Cara yang di lakukan Gio salah, bahkan salah besar. Bukan membuat Kara kembali padanya, tapi justru sebaliknya. Kara hilang dari hadapannya selamanya.
Pergi dengan segala semua kenangan pahit yang di torehkan oleh Gio.
Meski begitu, hati Kara hanya buat Gio selamanya.
Pikiran gila Gio merampas kesucian gadis itu. Menidurinya hingga berulang-ulang kali, meninggalkan banyak tanda kepemilikan, agar gadis itu tak ada yang menyentuhnya. Menyentuh sesuatu yang telah Gio capkan sebagai miliknya.
Gila, Gio memang telah gila. Pikirannya dengan cara begitu maka Kara tidak akan pernah pergi dari nya. Tapi justru kenyataan malah sebaliknya.
Hatinya sudah terlalu sering Gio hancurkan, sekarang tubuhnya pun dia hancurkan.
Gadis? Apakah dirinya masih bisa di sebut gadis? Setelah semuanya di rampas oleh Gio.
Gio bisa saja mencari wanita lain dan membuang Kara begitu saja. Lebih baik dia pergi menjauh sejauh mungkin dan kembali menata hidupnya yang sudah hancur.
Tak ada satupun yang mengetahui keberadaan Kara dimana, dia bener2 menghilang bak di telan bumi.
Sedangkan Gio, bagaimana keadaannya? hancur, hancur tak terarah.
Dia sendiri lah penyebab kehancuran ini. Semakin hari dirinya semakin terlihat dingin dan kejam.
Berbulan-bulan mencari Kara hingga bertahun-tahun, tapi tak kunjung dia dapati dimana keberadaan cintanya itu.
Jika di tanya apakah Gio melupakan Kara begitu saja? jawabannya tidak, setiap saat hidupnya di landa rasa bersalah dan penyesalan yang besar.
Justru itu membuat cintanya pada Kara makin besar.