Ditolak

1180 Words
AUTHOR POV Andra terdiam menatap jendela kelasnya. Suara Bu Fitri, guru bahasa inggrisnya yang tengah mengajar tak lagi menjadi objek favoritnya. Pagi tadi, sebuah berita menyakitkan datang menghampirinya. Dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. “Ndra? Lo kenapa?” Tanya Vino sambil menyenggol lengan Andra. Andra menghentikan kegiatan melamunnya dan menoleh kearah Vino lesu. “Gapapa. Gue lagi cape aja abis kegiatan kemaren. Btw, nanti pulang sekolah gue gabisa bareng Vin. Ada urusan mendadak.” Vino mengangguk mengerti. Lalu, tanpa sepengetahuan Andra, Vino mengetikkan sesuatu di ponselnya. Vino Rahardian : Kak, si Andra lagi galau tuh! Sent. Sebuah pesan singkat dikirimkan Vino untuk Kai. Kai memang sudah bekerja sama dengan Vino agar Vino selalu memberitahukan keadaan Andra padanya. Tak sampai 5 menit, notifikasi pesan LINE dari Kai sudah muncul. Kai Cantika         : DEMI APA LO? AYANG GUE KENAPA YA:( Vino Rahardian : Gatau. Makanya lo coba tanyain ke dia aja “Lo ngapain Vin?” Tanya Andra menyelidik saat melihat Vino begitu lihai mengetikkan sesuatu di ponselnya. Vino langsung menghentikan aksinya dan menaruh ponselnya di saku celana. “Ini….nyokap gue…pulang sekolah minta beliin softex hehehehhe….” Elak Vino sambil menyengir, memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi. Andra hanya bergidik ngeri melihat kelakuan temannya yang rada ‘aneh’. “Andra? Vino? Daritadi ibu liat ngobrol terus ya! Mau ibu suruh ngerjain soal di depan?” tiba-tiba Bu Fitri sudah berjalan menuju meja Andra dan Vino yang berada di ujung pintu. “Ngg-nggak bu. Ini nih Si Andra ngajakin ngobrol!” sahut Vino. Andra langsung melotot ke arah Vino. “Boong, Bu. Si Vino nih yang ngajak ngobrol!” bela Andra. Bu Fitri menggelengkan kepalanya. Seisi kelas memperhatikan kearah Andra dan Vino. 2 ksatria tampan yang menjadi mascot kelas 11 IPA 3. Dan berakhirlah Andra dan Vino dikeluarkan dari kelas. ** “Lo sih! Garagara lo nih, kita jadi disuruh keluar!” geram Andra seraya menatap Vino. Kini mereka tengah berada di kantin. Jam pulang sekolah masih 2 jam lagi. Andra memilih duduk di salah satu kursi panjang dan menatap sekelilingnya, sedangkan Vino memilih jajan. Suasana kantin terlihat sepi dikarenakan ini masih jam pelajaran. Andra mengacak rambutnya kasar. “ANDRA?” teriak Kai saat melihat Andra menelungkupkan wajahnya. Kai yang sedang berjalan-jalan dengan Elena pun tersenyum sumringah mendapati moodboosternya tengah duduk di hadapannya. Tanpa meminta persetujuan Andra, Kai langsung duduk di samping Andra. Tanpa menghiraukan tatapan tajam Andra padanya. “Ngapain sih lo di deket-deket gue terus? Pergi sana! Gue gamau diganggu!” ucap Andra dengan nada yang cukup tinggi. Kai menghela nafas memaklumi, melihat pesan Vino barusan pasti benar. Andra sedang dirundung masalah. “Ihhh, gue kan cuma nyapa. Kok lo jadi kege-eran gitu? Kangen ya gue intilin?” goda Kai. Andra menatap Kai jijik sambil bergidik ngeri. “Jauh-jauh deh lo sana! Gue males debat sama lo.” “Kai! Ayo buruan! Katanya lo cuma mau beli minum!” suara Elena yang berdiri bagai obat nyamuk menginterupsi keduanya. “Ntar dulu deh, El. Gue masih mau nemenin Andra.” Tolak Kai. Kai mengedipkan sebelah matanya pada Elena, mengkodekan agar gadis itu meninggalkannya berdua dengan Andra. Elena langsung mengangguk mantap. Meninggalkan mereka berdua. Vino yang ingin mendekat pun langsung ditarik Elena pergi menjauhi Kai dan Andra. “Lo mau minum apa? Gue beliin ya?” ucap Kai menatap Andra yang masih memalingkan wajahnya, tak berniat menatap gadis di sampingnya. “Gausah.” Jawab Andra ketus. Kai tak menyerah. “Mau makan? Gue traktir deh!” “Gausah! Lo pala batu banget deh.” Andra melirik Kai sekilas. Kai menaikkan bahunya sambil menelungkupkan wajahnya. “MIKAILA?” teriak seseorang dari kejauhan. Kai terbangun dan menatap wajah orang yang tadi memanggilnya dengan keras itu. “MAMPUS! BU BERTHA!” teriak Kai sambil menepukkan tangan ke dahinya. Andra menatap Kai bingung. Tanpa basa-basi, Kai langsung menarik Andra kuat-kuat. “Eh gila! Lo mau bawa gue kemana!” Kai berlari sekuat tenaga agar tidak ketahuan oleh Bu Bertha. Kai memang sengaja cabut pelajaran Bu Bertha untuk ke kantin, tapi ia tak menyangka jika Bu Bertha akan melihatnya. “Bawel lo! Udah ikut aja daripada lo ketauan!” Kai mulai mempercepat larinya. Andra yang lengannya masih ditarik oleh Kai pun mau tidak mau harus ikut kemana Kai pergi. Kai buru-buru membawa Andra masuk ke toilet perempuan. Andra melototkan matanya dan menarik lengannya. “Heh! Yang bener aja lo bawa gue kesini!” ucap Andra setengah berbisik namun dengan nada yang sangat panik. “Udah! Lo ikut aja daripada kena sabet tu macan tutul!” Kai menarik lagi lengan Andra dan membawa mereka berdua ke salah satu bilik toilet yang sempit. Kai lalu menyalakan air agar tidak ada yang curiga bahwa ada yang sedang mengumpat. “Lo yang cabut, kenapa jadi bawa-bawa gue sih!” geram Andra. Kai menginterupsi Andra agar tutup mulut dengan menaruh jari telunjuknya di bibir Kai. “Udah lo diem aja!” ucap Kai berbisik. Kai menutup keran air setelah dirasa diluar cukup aman. Andra memperhatikan Kai yang kini posisinya sangat dekat dengannya. Ternyata, Kai cukup manis walau sedikit berandalan perilakunya. “Kenapa lo? Suka ya sama gue sampe ngeliatin guenya ga ngedip?” Kai menaruh kedua tangannya di d**a seraya menginterogasi Andra yang ketahuan menatapnya. Andra berdecak. “Sudi. Lagian lo kan udah gue tolak, ngapain coba masih ngejar-ngejar gue?” sahut Andra lagi. “Kata siapa lo nolak gue? Lo cuma belum nerima gue. Dan itu berarti gue bebas buat deketin lo.” Jawab Kai mantap tak mempedulikan reaksi Andra yang sudah lelah melihat kelakuannya. “Lo tuh bener-bener ya. Gaada kapoknya gangguin gue.” Andra langsung membuka bilik pintu toilet dan berjalan keluar. Kai tersenyum kecil. “Kenapa juga gua malah tergila-gila sama cowo kutub kaya lo? Beneran gila gua kayaknya!” gumam Kai sambil mengacak rambutnya. ** Kai menghempaskan tubuhnya ke kasur dan menatap langit-langit kamarnya. Kejadian tadi benar-benar keberuntungan, Kai berhasil mengelak dari Bu Bertha dan Bu Bertha mempercayainya. “Dek? Ngapain lu senyam senyum kaya anak ayam lagi nelor?” Tiba-tiba, Ikram masuk kedalam kamar Kai dan tiduran di samping Kai. “Bodo! Lo kepo banget sih, Bang.” Ujar Kai sambil memeletkan lidah. “Ye k*****t lo! Tuh motor lo udah gue bawa ke tempat servis. Lo gamau makasih sama abang lo yang paling ganteng seantero rumah ini?” “Iyalah lo yang paling ganteng, anak cowo dirumah ini kan cuma lo!” “t*i!” “Bodo!” Perdebatan terus terjadi sampai tidak ada yang mengalah. Namun tiba-tiba Ikram teringat akan sesuatu hal. “Dek, kemarenan gue ketemu Valea. Terus kok dia jadi ngehindar gitu ya? Padahal kan dulu dia deket banget sama gue, sama lo juga. Gaada masalah juga kan kita?” ucap Ikram seraya menjelaskan kronologis kejadian dengan runut pada Kai. Wajah Kai berubah pucat dan berusaha menutupi itu dari Ikram. “M-mungkin dia lagi PMS kali Bang. Maklum lah cewe.” Kai berusaha menepis ucapan negatif Ikram tentang Valea. Ikram hanya menganggukkan kepalanya mengerti. “Dia juga kenapa jarang main kesini, ya?” Tanya Ikram membuat Kai kalangkabut harus menjawab apa. Kai mendudukkan tubuhnya dan menarik Ikram untuk bangun. “Banyak nanya lo, Bang! Udah sana mending lo ngetik skripsi lo yang gak kelar-kelar! Kasian Mama sama Papa keburu awet muda nunggu lo lulus.” Kai mencoba mengalihkan perhatian. Ikram yang disinggung soal skripsinya pun langsung menyentil dahi Kai. “t*i!” ucap Ikram sambil memanyunkan bibirnya. “Jijiin lo hahahah…” Kai membalas dengan menepuk lengan Ikram kuat-kuat.                                                                                 ***                                                                        to be continued Jangan lupa untuk tap love dan komen^^ Madebyshan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD