Kemiripan

1648 Words
Kai terbangun saat mendengar bunyi alarm bertajuk salah satu lagu One Direction favoritnya terputar dengan nyaring. Ia menggulat sedikit dan membuka matanya perlahan. Menyesuaikan cahaya yang masuk melalui celah kamarnya. Ia mengingat kejadian semalam. Kejadian manis sepulang sekolah untuk menghadiri acara perekrutan OSIS. Ia jadi tersenyum membayangkan sisi lain seorang Andra yang baru saja ditemukannya. Kai masih setia menunggu selesainya acara perekrutan anggota OSIS. Ia baru saja selesai menunaikan ibadah sholat magrib di masjid sekolah. Ia merapikan mukenanya sebentar dan beralih menghampiri Meyda yang baru selesai juga shalat magrib. “Mey, ini udah kelar acaranya? Gila gue gabut banget seharian ga bantuin apa-apa. Maap hehehe….” Kata Kai dengan cengiran khasnya. Meyda yang sudah hafal sifat Kai hanya mengangguk saja. “Iyeee…lu bantuin kok. Bantuin bikin Andra kesel! Hahaha..” goda Meyda. Kai mencubit lengan Meyda, membuat gadis itu mengerang kesakitan. “Ih si badak cubit-cubit aja!” “Bodoooo!” Kai langsung keluar masjid sebelum ditegur bapak-bapak di depan yang sudah menatapnya dengan tajam karena suaranya yang sudah menggelegar. Kai menatap kearah sekolah yang sudah mulai sepi. Beberapa murid yang mengikuti perekrutan anggota OSIS sebagian sudah pulang. Sepertinya Andra juga, karena Kai tak menemukan batang hidung pujannya itu. Kai segera mengambil sepatunya dan menalikannya. Sepertinya ia harus buru-buru pulang sebelum malam. Karena prinsip tetap prinsip. Kai termasuk tipe orang yang jarang keluar malam-malam hanya untuk bermain bersama teman-temannya. Begitu juga ketiga temannya. ‘Main seharian sampe magrib itu lebih baik daripada keluyuran malem-malem gajelas. Itu lebih cewe banget’ begitu prinsipnya. Kai melangkah menuju motornya sambil memainkan kunci motor yang dilengkapi gantungan berbentuk huruf N. Sesekali ia bernyanyi dan berjoget, seperti ada lagu yang berputar dalam telinganya. Kai sampai di depan motornya dan mulai memakai helmnya. Ia mulai menstater motornya. Namun kejanggalan terjadi. Motornya tak bisa distater. Ia mulai panik dan menatap di sekitarnya. Sekolah sudah hamper sepi dan motor-motor di sampingnya pun sudah tinggal motor dirinya dan 3 motor milik orang yang tak dikenal. “Aduh mampus gue!” gerutu Kai. Masih mencoba untuk menyalakan motornya. Hampir 5 kali dan selalu gagal. Padahal ia tak lupa mengisi bensin, bensinnya pun masih setengahnya. Ia mengacak rambutnya kasar dan terduduk di motor sambil berharap ada yang menolongnya. Kai menyipitkan matanya saat menangkap sosok Andra da Vino yang berjalan kearahnya. Ia langsung berdiri dan melambaikan tangannya, berharap Andra menyadari kehadirannya. Andra yang menyadari itu pun lagi-lagi menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa Kai seakan-akan selalu berada di sekitarnya. “Ka Mikai kok disini? Ngapain?” Tanya Vino pada Kai. Kai menghembuskan nafas lesu. “Motor gue mogok nih, Vin. Lo bisa bantuin ga?”pinta Kai seakan memberi kode pada Vino. Vino yang menangkap kode itu pun langsung mengerti. “Aduh, gue ga ngerti Kak. Nih si Andra pasti ngerti motor. Dia kan addict banget sama motor!” Vino langsung menepuk bahu Andra. Andra langsung menilik tajam kearah Vino. “Apaan sih Vin! Sotoy lo!” “Yaelah Ndra. Bantuin napa. Kasian tuh Ka Mikai!” cerocos Vino sambil menatap Kai dengan kerlingan matanya. “Bodo amat elah. Urusan dia lah, bukan urusan gue. Udah ah gue mau pulang.” Andra langsung beranjak pergi namun buru-buru ditahan oleh Vino. “Yaudah, gue aja yang bantuin Ka Mikai, nah lo anterin pulang ka Mikai! Kasian b**o cewe cantik dibiarin pulang sendirian!” Vino mulai melancarkan aksinya. Kai yang menangkap hal itu langsung tersenyum sumringah. “Gak. Rumah gue sama dia itu beda jalur.” Tolak Andra mentah-mentah. “Yaelah! Lo laki bukan? Disuruh bantuin ngurus motornya gamau, nganterin gamau! Lama-lama besok lo gua pakein rok nih ya, Ndra!” sahut Vino. Andra hanya diam tak menjawab. “Yaudah deh Vin. Gue pulang sendiri aja naik angkot. Nanti motor gue titipin babeh disini. Besok pagi gue ambil.”Kai berjalan lesu menuju rumah Babeh si penjaga sekolah yang berada di belakang sekolah untuk menitipkan motornya sampai besok, sendirian. Vino dan Andra hanya mematung menatap kepergian Kai. “Lo sih tega banget Ndra jadi laki!” kesal Vino menatap Andra. “Kok lo nyalahin gue sih?” Andra balas dengan wajah kesal dan pergi meninggalkan Vino. Tak lama Kai datang untuk mengambil helmnya. “Vin, gue duluan ya. Motor gue tinggal, besok abang gue yang ngurus. Thank’s ya.” Kata Kai sambil berpamitan. “Sorry kak, gue gagal bantuin lo. Abis itu b***t Andra tuh susah banget pekanya!” Vino menggaruk kepalanya gusar. Kai hanya tersenyum pasrah. “Selo. Gue duluan ya!” pamit Kai lagi dan melambaikan tangannya. Ia berjalan menuju jalan raya untuk mencari angkot. Kai melangkahkan kakinya sambil menendang beberapa batu kerikil di hadapannya dengan pelan. Kenapa motornya harus mogok? Ditambah Andra tak membantunya, benar-benar kesialan yang bertubi-tubi. Kenapa juga angkot menuju rumahnya tak lewat-lewat? TINNNNNN…. Suara klakson mobil Jazz silver menghentikan langkahnya. Kai bingung, siapa yang berani mengklaksoninya? Benar-benar memekakan telinga. “Naik lo!” Kaca mobil terbuka, terpampanglah wajah Andra tanpa ekspresi, bahkan pandangannya lurus ke depan. Kai melongo kaget. Bukannya Andra? “Kalo lo masih diem disitu, gue tancep gas gue sekarang juga.” Gertak Andra. Benar-benar seperti perintah pemimpin diktator yang harus dipenuhi. Terdengar tegas namun mencekam. Buru-buru Kai membuka kenop pintu mobil dan duduk di samping Andra. ** “Mmm…kok lo bisa…mau nganterin gue?” Tanya Kai takut-takut melihat wajah Andra yang tetap lurus ke depan tanpa memiliki minat untuk menatapnya. “Andra?” panggil Kai lagi. Andra menoleh sebentar dan kembali fokus menyetir. “Rumah lo dimana?” Tanya Andra kemudian. “Komplek Deperla. Deket Grand Residence itu.” Jawab Kai sambil mengeratkan tangannya pada seat belt karena Andra mempercepat laju mobilnya. Kai melirik sekilas wajah Andra. Mirip seseorang. Seseorang yang selalu membuat Kai mendekati Andra. Andra menyalakan tape mobil. Alunan lagu HiVi berjudul Mata ke Hati sudah mengalun dengan nyaringnya. Kai yang terbawa suasana pun menguap dan akhirnya tertidur pulas. Tanpa memberi tau alamat jelas rumahnya pada Andra. Tak sampai 15 menit, Andra sudah menghentikan mobilnya di depan pos satpam komplek Deperla. Ia menatap gadis di sampingnya yang sudah tertidur pulas dengan wajah damai. Kai bahkan tidak sadar bahwa mereka sudah sampai. Andra yang kebingungan dimana letak rumah Kai pun keluar dari mobil dan memanggil satpam yang sedang bertugas. “Permisi, Pak. Kenal sama….cewe itu ga?” Tanya Andra sopan sambil menunjuk gadis yang telah tertidur pulas di dalam mobil. Pak Hasan, satpam yang ditanyai pun langsung mengangguk. “Oh si cantik! Disana de, nanti dari sini lurus aja terus belok kiri. Rumahnya nomor 2 dari jalan yang ujung.” Terang PakHasan. Andra mengangguk mengerti dan kembali ke mobilnya. Tepat di depan rumah berwarna hijau dengan pagar emas, mobil Andra sudah sampai disana. Andra masih bingung untuk membangunkan Kai atau tidak. “Kebo banget nih cewe!” gerutu Andra pelan sambil berusaha menarik wajah Kai yang hamper terjatuh. Wajah Kai dan Andra hanya sampai pada beberapa senti saja. Andra menatap lekat wajah gadis yang selalu menguntitnya itu lamat-lamat. Perlahan, Andra menyapukan rambut-rambut yang hinggap menutupi wajah Kai dan menyampirkannya di telinga Kai. “Kenapa lo selalu bikin gue kesel? Tapi kalo liat lo kaya gini, gue malah ga tega.” Ucap Andra pelan, sangat pelan. Tak lama, Kai menggeliat dan terbangun. Dan betapa terkejutnya Kai saat melihat Andra yang tengah menatapnya dan jarak wajah mereka yang hanya beberapa senti saja. “Lo? Ngapain?” Tanya Kai bingung. Andra segera menjauhkan wajahnya dari Kai dan menatap lurus ke depan. “Udah sana turun!” perintah Andra. Kai menatap sekelilingnya. Ternyata ia sudah sampai dirumahnya. “Makasih ya, Andra ganteng….” Goda Kai sambil cekikikan dan melepas seat-beltnya. “Hm.” Sahut Andra pelan. Kai masih terdiam di tempatnya. Tidak berniat turun. “Kok lo diem? Turun!” perintah Andra gemas. Gemas melihat kelakuan Kai yang semakin membuatnya gusar. “E-eh iyaiya map!” Kai langsung membuka pintu mobil dan membiarkan mobil Andra berlalu pergi. “Gue denger semuanya Ndra.” Gumam Kai sambil tak henti senyum. ** Suasana sekolah hari-hari benar-benar terasa sepi. Murid kelas 12 sudah diwajibkan menjalankan pendalaman materi untuk persiapa ujian nasional. Namun tidak dengan Kai, Elena, Monita dan Zia. Mereka asyik memakan lontong sayur di belakang sekolah seraya bergosip tentang hot news yang sedang menyebar seantero SMA Merah Putih. “Gila ya! Si Vino tuh mantep banget! Bisa-bisanya dia bantuin lo deketin Andra!” ujar Monita dengan semangat. Ketiga temannya menatapnya jahil. “Alah emang yayang lo terbaik Mon!” goda Kai. Monita bergidik ngeri. “Ngga. Maksud gue, bisa-bisanya dia deketin Andra si pangeran yunani itu sama serigala berbulu domba kaya lo Kai!” ralat Monita yang membuat Kai memanyunkan bibirnya. “Sialan lo Mon!” sahut Kai kemudian sambil mendorong lengan Monita pelan. “Eh, tapi kok  Andra kok ga risih ya diintilin lo terus? Gue sih jadi dia udah muak hahahha…” kini giliran Elena yang mengeluarkan uneg-unegnya. “Ya ngga lah….dia tuh diem diem juga suka sama gue! Cuma belum berani ngaku aja! Buktinya kemarin….” Kai menutup mulutnya. Ketiga temannya langsung menghentikan obrolan mereka dan menatap Kai ingin tahu. “KEMARIN APA?” teriak Zia sambil menaruh gelas berisi nutrisarinya. “Kemarin….Andra nganterin gue pulang!” jawab Kai cepat sambil setengah berteriak kegirangan. “Alah boong banget lo!” Teman-teman Kai langsung duduk kembali ke tempatnya, tak percaya dengan ucapan Kai. Kai mendengus melihat reaksi teman-temannya. “Seriusan sumpah! Dia nganterin gue garagara motor gue mogok! Tuh liat motor gue ditaro dirumah babeh. Ntar siang baru mau diambil sama Bang Ikram buat ditaro di bengkel.” Jelas Kai. Ketiga temannya melotot sempurna. “SUMPEH? Gila dah gila bener!” Zia mengerang frustasi. “Dan lo tau? Andra bilang sesuatu sama gue pas di mobil.” Celetuk Kai lagi membuat teman-temannya penasaran. “Apaan sih jing ngomong kok setengah-setengah! Lu mau jodoh lu setengah laki?” sahut Elena tak sabar. Kai tersenyum lagi sambil membayangkan kejadian semalam. “Andra itu gabisa jauh dari gue, dia bilang walaupun dia kesel karena gue ngintilin dia, tapi dia gabisa pergi dari gue.” Jawab Kai dengan wajah sumringah dan kembali menyeruput minumannya. Wajah ketiga temannya sudah pucat pasi. “Kai…hati-hati deh. Gue rasa lo udah mulai terlalu obsesi sama dia.” Saran Monita. Kai menggeleng sempurna. “Gue bukan obsesi kok. Gue yakin gue suka beneran sama dia, Mon.” elak Kai. Ketiga temannya hanya pasrah melihat Kai yang semakin hari semakin mengejar Andra. Biarlah, asal Kai bahagia. Begitu pemikiran mereka. “Yaudah. Mending kita balik aja ke kelas sebelum si maut dateng!” Zia buru-buru menghabiskan minumannya dan membayar pada ibu warung. Mereka berempat langsung berlari menuju kelas masing-masing.                                                                                 ***                                                                        to be continued Jangan lupa untuk tap love dan komen^^ Madebyshan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD