Mission 2

1644 Words
Setelah pertemuan seluruh staff tadi, kini Uwais duduk di sofa yang ada di ruang kerja sang Ayah. Elvina juga ikut bersama mereka. Elvina menelepon ke bagian pantry agar menyiapkan menuman beserta snack untuk Rendi dan juga Uwais. “Kamu sekalian minta dibuatin minum ya! Kita mau ngobrol banyak soalnya!” titah Rendi. Elvina menggelengkan kepalanya. “Enggak usah, Pak! Saya bawa minum sendiri kok! Sebentar ya saya ambil dulu di meja saya!” Elvina melangkah keluar dari ruangan Rendi untuk mengambil botol minum miliknya. “Dia bawa minum sendiri, Yah?” Uwais bertanya pada Rendi seakan tak percaya. Kebanyakan karyawan itu malas membawa botol minum atau bekal makan sendiri. Kebanyakan dari mereka memilih untuk dilayani oleh petugas pantry. “Elvina selalu gitu, Uwais! Dia perhatiin banget makan dan minumnya! Sehat banget si Elvina itu! Bahkan dia lebih milih pesan air mineral aja kalau lagi gak bawa minum sendiri!” tukas Rendi. Nilai tambah lainnya tentang Elvina. Uwais menjadi semakin penasaran dengan gadis itu. Tak lama kemudian Elvina pun kembali ke ruangan dengan menenteng botol berwarna hijau muda berisi air putih. “Vin, sini kita ngobrol disini!” Rendi meminta Elvina untuk duduk berhadapan dengannya di meja kerja Rendi. Elvina dan Uwais duduk bersebelahan, berhadapan dengan Rendi. Kemudian Rendi mulai menjelaskan pada Elvina apa saja yang harus dia ajarkan pada Uwais. Mulai dari stuktur perusahaan, daftar klien, hingga tugas yang harus Uwais kerjakan jika sedang menjalankan sebuah project. Uwais sedikit tidak mengerti dengan penjelasan sang Ayah. Lalu dengan sigap Elvina membantu memberi penjelasan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh Uwais. Rendi tidak salah memilih Elvina untuk mendampingi Uwais di perusahaannya. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Jam yang menempel di dinding sudah menunjukan pukul 5 sore. Sudah waktunya untuk pulang kerja. Karena ini adalah hari pertama Uwais bekerja, maka Rendi memperbolehkannya untuk pulang. Sedangkan Rendi masih akan berdiam diri di kantor menyelesaikan pekerjaan yang sudah mendekati deadline. “Kamu pulang duluan saja ya, Uwais! Ayah masih harus lembur!” kata Rendi. “Ya sudah kalau gitu aku naik taksi online saja ya, Yah! Kan kita pakai satu mobil tadi!” seru Uwais. Rendi menepuk dahinya pelan. Dia lupa jika pagi tadi mereka menggunakan satu mobil ke kantor. “Maaf, Uwais! Ayah lupa!” ucap Rendi. “Atau kamu saja yang bawa mobil, nanti Ayah yang pulang naik taksi online atau minta jemput sama Bunda kamu!” lanjutnya. “Memang Bunda hari ini ke kantor agency, Yah?” “Iya, tadi siang Bunda bilang sama Ayah lewat w******p!” “Ya sudah kalau gitu Uwais bawa pulang mobilnya ya, Yah!” “Iya, ini kuncinya!” Rendi memberikan kunci mobil pada Uwais. “Elvina, kamu mau sekalian diantar pulang sama Uwais?” Rendi lanjut menawarkan tumpangan pada Elvina yang masih ada di sana. “Eh, gak usah Pak! Makasih sebelumnya. Saya pulang sendiri saja, Pak!” Elvina menolak tawaran Rendi dengan nada suara yang sangat terdengan santun. Uwais kehilangan kesempatan emas yang diberikan oleh sang Ayah. Tapi tak apa-apa, ini masih hari pertama Uwais bekerja. Masih ada hari esok. Masih banyak kesempatan lain untuk Uwais. Akhirnya Uwais pulang dengan mengendarai mobil milik sang Ayah. Dia tidak mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ini sudah jam pulang kantor dan lalu lintas di Jakarta menjadi sangat padat. Macet lebih tepatnya. Setelah bersabar menghadapi kemacetan, Uwais pun tiba di apartemen tempat tinggalnya. Uwais menaiki lift seorang diri. Dia melonggarkan dasi dan membuka kancing kedua bajunya. Kancing paling atas memang sudah terbuka dari awal. Pintu lift terbuka ketika Uwais sudah tiba di lantai 11. Namun dia melangkah ke arah berlawanan dengan unit tempat tinggalnya. Dia menuju ke unit lain. Ada seorang gadis lain yang ingindia temui. Tok.. Tok.. Tok.. “Kimmi! Bukain pintu dong!” Uwais memanggil nama gadis tersebut. Pintu pun terbuka dari dalam. Seorang gadis dengan tinggi sekitar 160 centimeter, berkulit cerah dengan rambut bergelombang berdiri di balik pintu tersebut. “Kimmi! Aku udah pulang!” seru Uwais seraya membuka kedua tangannya ingin memeluk Kimmi. “Kamu dari mana? Masuk yuk! Mama Papa lagi gak ada nih!” Kimmi mempersilahkan Uwais untuk masuk ke unit apartemennya. “Hari ini aku kan udah mulai kerja di kantor Ayah! Masih belajar-belajar sih!” Uwais pun masuk ke dalam unit apartemen Kimmi dan langsung menuju ke kamar Kimmi. Dengan santainya Uwais langsung meloncat ke ranjang Kimmi yang kosong. “Aahh tempat tidur kamu emang selalu nyaman ya, Kim!” Uwais berguling di ranjang Kimmi yang empuk. “Emang tempat tidur di unit kamu gak senyaman itu? Kayaknya tempat tidur kamu sama aku sama aja deh!” Kimmi menghampiri Uwais dan memberikannya segelas air dingin. “Itu air buat aku ya? Wahh kamu tuh emang pengertian banget ya!” Uwais langsung mengubah posisinya menjadi duduk dan menerima air yang dibawakan oleh Kimmi. Uwais menenggak air dingin tersebut sampai habis tak tersisa. Dia sangat lelah di hari pertamanya bekerja. Ditambah lagi lalu lintas saat dia pulang sangatlah padat merayap. Membuatnya menjadi semakin lelah. Setelah menghabiskan air yang diberikan oleh Kimmi, Uwais kembali berbaring di ranjang yang super nyaman nan empuk tadi. Kimmi meletakan gelas di meja kecil yang ada di kamar tersebut. Kemudian dia menarik lengan Uwais dan memaksanya bangun. “Uwais bangun! Kamu pulang-pulang langsung tiduran di kamar orang! Ceritain dulu kenapa kamu jadi kerja di kantor Ayah kamu? Kalau kamu kerja di kantor agency Bunda kamu ya masih nyambung dikit sama jurusan kuliah kamu!” “Nyambung gimana?” tanya Uwais bingung. “Ya Bunda kamu kan di asuransi kesehatan! Kamu anak farmasi! Masih nyambung dikit! Kalau Ayah kamu kan ekxpor impor!” tegas Kimmi. “Sama aja lah! Lagian aku juga yang mau nyoba dan belajar hal baru! Makanya aku mau aja disuruh kerja di kantor Ayah!” “Ya udah, terserah kamu aja! Ngomong-ngomong gimana hari pertama kamu kerja? Ada cewek cantik gak di kantor Ayah kamu?” Kimmi melontarkan pertanyaan iseng pada Uwais. Uwais langsung mengubah posisinya yang tadi bermalas-malasan menjadi duduk bersemangat. Uwais teringat dengan Elvina, gadis yang diminta oleh ayahnya untuk mendampinginya mempelajari perusaan sang ayah. “Kim! Ada satu cewek yang menarik perhatian aku!” Raut wajah Uwais bahkan ikut bersemangat. Dia melupakan rasa lelah yang menyelimutinya tadi. “Cewek? Cantik?” dengan nada dibuat berat Kimmi menanyakan hal tersebut. “Cantikan kamu sih, Kim! Hehehe!” Uwais terkekeh. “Nah terus cewek yang kayak gimana yang bisa narik perhatian si Uwais yang ganteng bin tampan ini? Yang idolanya udah hampir satu kampus ini? Hahaha” Kimmi malah menertawakan Uwais. “Seriusan! Lagian kamu lebay banget sih! Kalau bukan sepupu udah aku cubit itu mulut mujinya gak ketolongan!” Uwais gemas dengan candaan Kimmi. Uwais dan Kimmi adalah saudara sepupu. Kimmi adalah anak dari Fahri dan Nita. Fahri sendiri adalah adik kandung Aisyah, ibundanya Uwais. Mereka berdua memang sangat dekat sejak kecil. Bahkan banyak teman-teman mereka yang salah paham dan mengira jika mereka berdua berpacaran. Tubuh Uwais lebih tinggi dari Kimmi, bahkan sejak mereka masih remaja. Jadi banyak yang tidak percaya jika Uwais lebih muda dari pada Kimmi saat Uwais masih berusia 15 tahun. Saat itu Kimmi berusia 17 tahun. Teman-teman mereka mengira Uwais adalah pacarnya Kimmi. Bahkan sempat menimbulkan salah paham dengan pacar Kimmi kala itu. “Coba kamu ceritain kayak gimana sih cewek yang bisa narik perhatian kamu ini!” Kimmi duduk di sebelah Uwais. Memasang wajah serius dan membuka telinganya lebar-lebar. “Dia tuh emang gak secantik kamu, tapi kalau masalah sikap kayaknya dia lebih santun dari kamu deh!” Kimmi langsung mengambil bantal yang tergeletak di ranjangnya lalu melemparnya ke wajah Uwais. “Jadi maksud kamu aku tuh gak punya sopan santun!” Kimmi kesal dengan pernyataan Uwais tadi. “Jangan marah, Kimmi! Aku gak bilang kamu gak punya sopan santun loh! Aku bilang sikapnya lebih santun dari kamu!” Uwais memberi penjelasan. “Sama aja itu sih!” “Lanjut gak nih ceritanya?” “Ya udah lanjut!” “Nah gitu dong! Jadi namanya Elvina, dia kayaknya lebih muda dari aku deh tapi dia kinerja dia tuh bagus banget. Ayah juga muji dia kok!” Kimmi hanya menganggukan kepalanya. Dia masih ingin mendengar kelanjutan cerita Uwais tentang gadis yang bernama Elvina tadi. “Dia ditunjuk Ayah untuk dampingi aku! Ngajarin aku tentang perusahaan Ayah! Sumpah, Kim suaranya itu loh ramah banget di telinga!” Uwais memberi pujian untuk Elvina. “Suaranya ramah? Maksudnya merdu gitu?” Kimmi bingung dengan ungkapan yang disampaikan Uwais. “Hmm gimana ya? Kayaknya enak aja gitu didengarnya! Lembut gitu suaranya, gak cempreng!” “Oohh..!!” Mulut Kimmi membulat setelah mengerti maksud dari ucapan Uwais. “Coba kalau aku punya pacar kayak dia, Bunda juga pasti langsung setuju!” Kimmi meletakan tangannya di dagu, “Hmm iya sih Bunda Aisyah pasti setuju. Cuma pertanyaannya itu cewek mau gak sama kamu? Udah punya pacar belum?” Uwais baru kepikiran akan hal tersebut. Dia langsung menarik nafas lesu karena tak tahu apakah Elvina sudah memiliki kekasih atau belum. “Eh, tapi kalau ditanya mau sama kamu atau enggak sih kayaknya bukan masalah yang susah buat kamu!” Pernyataan Kimmi membuat Uwais langsung menoleh cepat ke arahnya. “Maksud kamu gimana?” “Yaa kan Uwais itu udah ganteng bin tampan! Ahahaha! Masalahnya paling yaa itu si Elvina udah punya pacar atau belum!” Uwais menarik tubuh Kimmi lalu dia mencubit pipi Kimmi. Kimmi berteriak kesakitan namun kemudian tertawa terbahak-bahak. Hubungan Uwais dan Kimmi memang seperti itu. Saudara sepupu rasa saudara kandung. Atau banyak juga yang bilang hubungannya bagaikan saudara rasa pacar. “Aku kan lagi serius, kenapa kamu malah becanda gitu sih!” Uwais mulai kesal dengan Kimmi. “Hahaha yaudah kamu cari tahu dulu deh! Kalau emang udah punya pacar ya mending mundur secara terhormat!” ujar Kimmi. Uwais mengangguk mengerti. Dia akan mencari tahu apakah Elvina sudah mempunyai kekasih atau belum. Jika memang Elvina masih sendiri, maka Uwais akan langsung mengejar Elvina dengan gencar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD