Rencana Jahat

1152 Words
Kecantikannya saat ini tidak dapat diperbarui karena OSIS telah membajak alat ajaibnya sehingga Laras tidak memiliki muka untuk menunggu Kevin pulang sekolah. Yang dia inginkan saat mendengar bel pulang adalah lari keluar kelas dengan cepat dan pulang ke rumah untuk meratapi alat kosmetik terajaibnya telah menghilang dalam sekejap mata. Bahkan maskara impor anti air yang dia beli dengan mengorbankan uang jajan bulanannya yang baru dia pake sekali dua kali tidak dapat dia selamatkan. Lalu apa gunanya dia hidup saat ini, dunia benar-benar gelap bahkan tidak mengijinkannya menjaga kecantikan yang selalu dia banggakan. Ketika sampai di rumah, dia tidak melihat tanda-tanda kehadiran kakaknya yang selalu menyebalkan dan kadang baik itu. Mungkin saja dia masih sibuk di sekolah menghitung hasil bajakan yang dia dapat hari ini dari para siswa. Memikirkannya membuat Laras merasa kesal. Dia masuk ke kamar, mengganti baju seragamnya, lalu keluar ke ruang tengah untuk menonton televisi. Duduk di sofa yang empuk, Laras menyilangkan kakinya dengan pandangan lurus di layar ponsel membiarkan televisi menyala begitu saja tanpa dihiraukan olehnya. Ketika tangan kirinya dengan baik memegang ponsel, tangan kanannya bertugas menyalurkan kripik dari toples ke dalam mulut kecilnya itu. Dia tampak sangat santai, aura malas menguar dari tubuhnya membiarkan dirinya tanpa kewaspadaan begitu saja. Suara pintu terbuka menarik perhatiannya, namun pandangan Laras tetap tertuju pada layar ponselnya yang sedang menyiarkan tutorial menggambar alis natural dan rapi namun elegan. Dengan sengaja dia mengeraskan volume suara ponselnya hingga maksimal, membiarkan ruangan luas ini penuh dengan suara wanita yang sedang menjelaskan dengan secara bertahap cara menggambar alis. Randi melihat sosok Laras di sofa yang secara terang-terangan mengabaikannya membuatnya tak bisa untuk tidak menggelengkan kepalanya. Dia melangkah maju mendekatinya dan duduk di sofa di samping Laras. Laras mendengus kesal, dia memutar matanya ketika melihat tindakan Randi dari sudut matanya. "Ini alat riasmu, lain kali jangan membawanya ke sekolah." Suara itu tenang dan terbilang pelan namun dapat menembus kerasnya volume video yang kini terputar di ponsel pintar dan masuk tanpa halangan ke saluran telinga Laras. Ekspresi gadis itu dalam sekejap mata berubah total, dia mematikan layar ponselnya dan meletakkannya ke atas meja, lalu menoleh ke pemuda yang saat ini membuka resleting tasnya dan mengeluarkan lipcream, maskara, blush on, handbody, brush, eyeliner, ... "Randi! Kamu adalah malaikat yang tak bersayap di dunia ini!" Teriak Laras penuh suka cita, dia bahkan merasa akan menangis karena terlalu bahagia saat ini. Dengan hati-hati dia mengambil setiap alat kosmetik yang dikeluarkan Randi, memeriksanya dengan teliti layaknya benda berharga untuk memastikan tiada yang lecet. Kali ini giliran Randi yang memutar matanya, dia kembali menutup resleting tasnya dan memasangnya ke punggung siap untuk bangkit. Namun sebelum dia benar-benar bangkit, Laras meraih tangannya dan membuatnya kembali duduk di sisinya. Ekspresi gadis itu sangat serius namun dipasangkan dengan wajahnya yang mungil tampak sangat imut dan menggemaskan. "Kamu tidak bisa pergi sekarang, beritahu aku apa yang harus aku lakukan agar Kevin suka sama aku!" Pinta Laras, tangannya mencengkram erat lengan Randi tidak mengendurkan sedikit pun kekuatan karena takut pemuda itu akan menolak memberitahunya dan pergi. Randi mengangkat alisnya dengan malas, "Kenapa bertanya padaku?" Laras memutar matanya seolah baru saja mendengar pertanyaan yang sangat konyol, "Ini tidak seperti aku dapat bertanya kepada Kevin secara langsung. Kamu sekelas dengan dia, sering bermain basket juga sama dia. Setidaknya kamu pasti taulah sedikit lebih tentangnya." Randi merenung sejenak, lalu dia mengangkat pandangannya melihat ke arah Laras dan kembali berpikir. "Mungkin kamu bukan tipenya," ucapnya pada akhirnya. Mata Laras membulat tidak percaya dengan perkataan Randi. "Bagaimana mungkin? Aku cantik, pengertian, baik hati, setia, perhatian, dan yang lebih penting aku menyukainya!" Serunya dengan gerakan tangan yang berlebihan, menghitung masing-masing kelebihannya yang menurutnya pantas untuk dikagumi. "Lalu kamu bisa berusaha lebih keras lagi dan Kevin akan menyukaimu suatu saat nanti," kata Randi dengan acuh tak acuh. Ada jejak tidak percaya dalam ekspresinya atas kata-kata yang baru saja Laras ucapkan. Laras menggelengkan kepalanya tidak setuju, "Suatu saat nanti itu terlalu lama bagiku." Dia menghela napas panjang menatap Randi dengan tatapan kecewa. "Aku pikir bertanya padamu akan sedikit berguna." Randi menghela napas lelah, ingin kembali bangkit namun teringat sesuatu yang membuatnya bertahan. "Tadi setelah pulang sekolah aku lihat Kevin bersama dengan siswi kelas 10. Mereka terlihat cukup akrab." "Sungguh?!" Teriak Laras histeris, bola matanya hampir keluar dari tempatnya saking kagetnya. Randi ikut merasa terkejut karena suara menggelegar Laras, dia secara otomatis menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya untuk menjaga pendengarannya tetap sehat. "Iya, mungkin hanya temannya." "Tidak, tidak, tidak boleh. Kevin tidak boleh dekat dengan gadis lain selain aku. Siapa siswi itu? Jurusan apa? Kelas apa? Cepat beritahu aku!" Desak Laras sambil mengguncang lengan Randi dengan keras. Seketika Randi merasa menyesal pada dirinya sendiri yang mengatakan hal tak berguna kepada gadis yang tak berguna ini. Dia melepaskan tangan Laras dari lengannya, lalu bangkit dari sofa dan berjalan ke pintu sambil meninggalkan satu kalimat. "Cari tahu sendiri." Laras melihat kepergian Randi dengan cemberut. Pikirannya mulai bertanya-tanya dengan buas. Siapa siswi yang berani mendekati pujaan hatinya itu? Seberapa cantik dia sehingga memiliki kepercayaan diri bersaing dengannya? Kapan tepatnya dia kenalan dengan Kevin yang selalu dia awasi? ... Otak Laras hampir pecah karena pikirannya sendiri. Dia sudah merencanakan beberapa hal yang dia akan lakukan besok di sekolah. Dia harus mencari tahu siapa siswi itu, lalu membuatnya berhenti mendekati Kevin dan akhirnya membuktikan kepada Kevin kalau gadis itu tiada apa-apanya dibandingkan dirinya sehingga Kevin mau tidak mau jatuh ke pelukannya. Memikirkannya saja sudah membuat hati Laras bahagia. Dia bersenandung senang sambil membawa alat kosmetiknya yang berhamburan di meja ke dalam kamarnya. Selalu membutuhkan usaha untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Mungkin saja siswi itu akan menjadi batu loncatan untuk cintanya dengan Kevin. Meski begitu, Laras tidak pernah lembut kepada saingannya. Senyumannya menjadi jahat, dia melihat ke cermin yang menampilkan bayangannya. Siswi itu masih kelas 10, berarti dia satu tingkat di bawahnya atau kata lain dia adalah adik kelasnya. Laras jarang atau mungkin tidak pernah menggunakan statusnya sebagai kakak kelas untuk memojokkan adik kelasnya. Tetapi sekarang dia ingin mencobanya, mungkin akan terasa mengasikkan. Ya kalau tidak, kenapa banyak karakter di dunia ini menikmati hal seperti itu? Dia kemudian mengambil ponselnya, mengirim pesan kepada sahabatnya untuk mencari tahu siapa siswi kelas 10 yang dekat dengan Kevin. Ketika dia tidak memperoleh jawaban yang memuaskan, dia mengganti pertanyaannya menjadi siapa siswi yang bersama Kevin ketika pulang sekolah tadi. Jawaban yang memuaskan langsung muncul. Senyum Laras menjadi lebih cerah ketika dia melihat sebuah foto di layar ponselnya, matanya memicing dengan jahat. Dia dengan teliti memperhatikan setiap inci seorang gadis yang ada di dalam foto tersebut, mengukurnya dengan dalam lalu terkekeh pelan. Ini hanyalah gadis kecil polos yang bodoh tentang dunia. Dia akan mengajarinya bagaimana untuk tidak menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak boleh disentuh dan tidak melihat sesuatu yang seharusnya tidak pantas dia lihat. Pandangan Laras turun dari foto ke sebuah nama yang terdiri dari dua kata. Senyum di bibirnya menjadi lebih lebar dengan satu sudut naik lebih tinggi. Dengan pelan Laras menyebut nama itu, "Tania Niadari."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD