Sempurna

1261 Words
Pov Radit Pagi ini jam 10.00 tepat aku memiliki schedule meeting dengan Asian logistik, sebuah perusahaan dimana akan mempermudah pengiriman di semua cabang yang saat ini tersebar di beberapa kota. Di sela pekerjaanku sebagai aktor aku memiliki usaha yang 2 tahun ini aku rintis. Perusahaan yang ku beli dari temanku saat dia hampir bangkrut. Tahun ini perusahaan ku mengalami peningkatan dari segi produksi, perusahaan ini bergerak di bidang retail. Sehingga dari banyak pertimbangan akhirnya kami memutuskan menggunakan jasa logistik untuk mempermudah semua proses pengadaan barang. Aku ingin mengurus kontrak kali ini sendiri, sebab Bayu orang kepercayaan ku sedang mempersiapkan cabang Surabaya dan Bandung. Sehingga aku terpaksa harus bertemu orang asing hari ini. Mungkin akan biasa saja jika aku ini bukan dari orang yang bebas bertemu dengan orang baru yang akan berakhir merepotkan ku. Karena memang saat ini namaku sedikit melambung efek dari beberapa film ku yang sukses dengan penonton bisa di katakan membeludak. Di tambah lagi iklan yang tak sedikit menjadikan ku sebagai modelnya. Aku gugup takut orang-orang di restoran Jepang ini mengenalku walaupun aku reservasi VVIP di resto itu bukankah turun dari mobil dan masuk kita melewati area umum yg ramai dikunjungi? Kupakai masker kacamata dan topi untuk menyembunyikan identitas ku. Bukan sombong untuk aktor sepertiku yang sering wara wiri di televisi pastilah dengan mudah orang mengenalku. Sesampai di ruangan kulihat gadis semampai dengan rambut kecokelatan sedang komat kamit seperti berlatih bicara, aku mengulum senyum dibuatnya. Kami berkenalan dan aku melepaskan masker, topi, serta kacamataku, ku kira wanita ini akan kaget dengan wajahku setidaknya meminta foto ataukah sekedar dia panik nervous mungkin, percaya diri sekali yah aku? Namun ternyata tidak dengan dugaan ku dia begitu lancar mempresentasikan produk perusahaannya dan sedikit menatapku heran karena jujur Aku heran bertemu orang baru yang tidak heboh seperti yang sudah-sudah. Setelah usai masih aku tunggu ia mengenaliku atau mau meminta foto denganku. Barangkali tadi dia konsentrasi dengan pekerjaannya. namun lagi-lagi dugaan ku salah, 1 jam setelah obrolan kami sama sekali tak ada tanda-tanda ia mengenaliku bahkan aku berkenalan dengan nama asliku. Tata wanita ini bercerita telah memiliki 2 orang anak kukira masih gadis sebab sangat muda sekali. Suaminya meninggal 8 bulan yang lalu kurasa kesedihan masih jelas terpancar dari sorot mata ayunya. Perempuan kuat batinku. Kita bertukar nomor handphone, sepercaya itu aku padanya hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya. Dua hari berlalu ku sambung dengan ber-chatting ria di aplikasi w******p. Masih dengan heran ku, Tata tak sedikitpun menyinggung pekerjaan utamaku sebagai Aktor. Kami bercanda saling bercerita receh yang membuatku merasa terisi. Semua tentang dirinya, cerianya, keluguannya jarang kutemukan wanita seperti ini. Tata apa di rumahnya gak ada televisi? Kenapa sama sekali tak mengenaliku? Minimal tahu namaku, itu saja. Setiap hari kami bertemu, dengan Tata aku merasakan sebuah perasaan segala deskripsi tentang kedamaian. Kami bertemu sekedar makan siang jika jadwal syutingku malam begitu sebaliknya , aku ajak ia makan malam jika jadwal syuting di pagi hari. Terjawab sudah dari kita jalan selama beberapa minggu ini, Tata terbiasa menonton televisi acara berita, dirinya jauh dengan mania film dalam maupun luar negeri. Media sosialnyapun yang dia ikuti hanya orang-orang terdekatnya, jarang ada posting di berandanya. Eits aku kepo sampai mendadak jadi detektif dadakan hehehhe... Beberapa hari setelah pertemuan kami aku mencoba scroll di platform media sosial untuk menemukan akunnya, berharap sesuatu yang entah apa itu. Mencari namanya di aplikasi media sosial. Tak mudah, namun setelah aku mencoba mengetik namanya berkali-kali barulah aku menemukan akunnya. Tata menganggap menonton film atau sinetron adalah cara kita membuang waktu sia-sia. Ada rasa lega disana. Ada rasa kagum yang terbangun. Rasa asing yang pernah kuberikan pada perempuan seprofesi denganku namun kami usai karena ternyata dia hanya mendompleng namaku untuk tujuannya. Tata kenapa kamu istimewa di mataku? Kamu terobos dalam hati ini yang lama terpenjara kecewa. Kamu seakan menjadikan hatiku tempat tinggal barumu. Kamulah wanita yang selama ini kuharap kan datang di hidupku. Ah rasa apa ini bersamanya singkat kurasakan seperti mengenalnya bertahun-tahun. Benarkah demikian? Sifat Tata yg ceria, supel sedikit tomboy suara yang jelas berintonasi merdu bagiku. Kulit bersih khas jawa, postur badan yang sedikit kurus, mata sayunya dengan kelopak tegas kelentikan bulu mata indahnya melengkapi pahatan dirinya. Tipe perempuan yang aku inginkan. Glek... Aku meneguk saliva melihat menggemaskannya cara berbicaranya. Membuatku tertawa dengan cerita pengalaman-pengalaman recehnya yang lucu. Sempurna. Kata itu cocok menggambarkan dirinya secara utuh. Wajahnya mampu buatku merasakan hal berbeda di dalam sana. Apakah aku jatuh cinta? Tiba-tiba aku menjadi pengecut tak mampu mengungkapkan rasa ini, aku takut dia menolakku. Aku takut ia menjauhiku. Aku takut ia tidak menyukaiku jika tau aku seorang publik figur. Jangan, iya... Jangan memberi tahu sebenarnya siapa aku. Biarkan dirinya nyaman bersamaku tanpa tahu sebenarnya diriku. Seperti ini. Inilah... Kali pertama ku merasakan ketulusan. Seseorang yang mau di dekatku karena aku. Bukan nama besar ku. Kenapa aku ini? Salahkah? Egois Kah aku? Aku piawai acting menyatakan cinta. Namun didepan Tata rasanya aku menjadi diriku apa adanya. Ya diriku yang takut mengungkapkan perasaannya. Diriku yang takut akan kehilangan. Biarlah seperti ini aku akan mendekatinya sampai cukup keberanian ku. Hingga aku tau pasti hatinya sudah siap untuk aku isi. Segalanya tentang Tata. Semua untuk Tata deskripsi ketulusan yang sebenarnya. Malam ini aku gelisah menunggu balasannya sejak siang tadi Tata hanya membaca WhatsAppku. Dia besok ke Surabaya rumah tinggalnya. Ada rasa takut teramat dan ini sukses membuatku berfikir keras dengan kata-kata tanya yang muncul di otakku. Mama menepuk pundakku tiba-tiba, membuatku terkejut sempat mau mengumpat jika saja. Namun syukurlah bibirku masih memiliki insting. Beliau bertanya padaku yang entah tak bisa ku jawab karena begitu kacaunya pikiranku. Mama bertanya berkali-kali hingga menyerah menghentakkan kakinya dan meninggalkanku dengan kegelisahan yang tak berujung. Tata ada apa kamu? Kenapa tak membalas chatt ku? Ku gulir benda pipih di tanganku kucoba telfon manager ku Bagas. Panggilan pertama tak dijawabnya. Memang ini hari liburnya, karena satu bulan ke depan aku cuti syuting Juga ini sudah terlalu larut untuk sebuah panggilan telepon saja. Setelah panggilan kedua berhasil dijawabnya. "Halo gas lo harus cariin gua tiket pesawat penerbangan besok pagi ke Surabaya." Pintaku to the points pada Bagas sesaat ia mengangkat telfon ku. "Ck, mau ngapain loe bukannya loe ambil cuti sebulan dari syuting dit?" Terdengar malas suara dari sebrang juga serak sepertinya dia habis tidur. "Gak usah banyak tanya deh, gue udah capek, perkara cerita tar gue jelasin sedetail-detailnya, beli dua ya bakal gue dan loe buat temenin gue." Titah ku. "Okeh siap paduka". Jawab Bagas ngeselin. Tak henti-hentinya aku mengecek handphone dan aku kirim lebih dari 30 chatt w******p ke Tata dan sekitar jam 03.00 baru layar handphoneku berkedip ada nama Tata disana ku jawab sesaat. "Maaf ya dit aku baru bales baru sempet cek hp, Ini aku mau pulang Surabaya pagi ini gak usah repot-repot anter, ada mobil kantor yang anter dit." Suara serak dari seberang khas orang baru bangun tidur "Okeh gak apa2 Ta, maaf yah ganggu." Tiba-tiba aku jadi orang sepenakut itu jika tentang Tata. "Ngapain minta maaf justru aku dong yg minta maaf gak bales wa kamu mas Radit." Dengan suara ceria khasnya. "Egh kok udah bangun? Jam segini aku telpon langsung diangkat mas?" Sambung Tata dengan nada tak seperti biasanya mungkin efek malu. "I- iya tadi bangun mau ke toilet Ta waktu liat hp loe telpon yaudah gue angkat," bohong aku sedang berbohong. Ku akhiri dengan pesan hati-hati pada Tata dan percakapan kami usai. 'Mas Radit' panggilan itu menggetarkan jantungku. 'Mas' kenapa dia berubah memanggilku dengan sebutan istimewa bagiku. Biarlah, sungguh aku menyukainya. Biarkan seperti ini tanpa harus aku gali bertanya pada Tata alasan berubah memanggilku . Tata, Wanitaku, tunggu aku akan menyentuh dan tinggal di hatimu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD