Seorang pria dewasa memasuki rumahnya dengan keadaan tergesa-gesa, ia mendapati kabar dari pengasuh putranya bahwa anaknya sedang sakit.
Ia terus berjalan dengan sedikit berlari menuju pintu kamar sang anak, saat sudah berada didepan pintu kamarnya. Ia tak segan-segan lagi membukanya, ia sangat cemas saat ada yang mengabari bahwa putra semata wayangnya terkena demam.
Clekk...
Indra matanya terus menyelusuri kamar sang putra yang didominasi berwarn biru langit. Kakinya berhenti saat melihat putranya terlelap dengan dahi ditempel penurun panas.
"Enghh..." lenguhan itu berasal dari balik selimut sang anak. Tampak bocah berumur 9 tahun itu mengucek-ucek matanya, menyesuiakan dengan cahaya yang berada didalam kamarnya.
"Daddy Adlrian.. Kangenn," ucap bocah itu khas dengan suara serak sehabis tidur. Tangannya menggapai-gapai sang Ayah, minta digendong.
Adrian terkekeh melihat tingkah anaknya yang seperti balita padahal Dariel sudah masuk sekolah dasar.
Adrian mengangkat tubuh anaknya kedalam gendongannya, tubuhnya yang kekar pastilah sanggup untuk menggendong seorang bocah.
"Tadi Elena bilang, Iyel tidak memakan serapannya. Kenapa anak Daddy tidak mau makan, hmm?" tanya Adrian sembari mengeluskan tangan kekarnya pada kepala sang anak. Iyel sendiri merupakan panggilan untuk Dariel.
Bibir Dariel mengerucut, "rasanya hambalr, Dad. Gak ada rasa. Nggak enak kalo makan," ucapnya sambil menguatkan kalungan tangannya pada leher Adrian.
"Iyel, mau sembuhkan? Nanti Daddy belikan mainan yang banyak, kalo Iyel mau makan," ucap Adrian seraya menurunkan Dariel dari gendongannya. Sedangkan Dariel hanya mengangukan kepalanya.
"Elena, siapkan sarapan untuk Dariel." ucap Adrian pada Elena-pengasuh Dariel- sedangkan dirinya melangkah keluar dari kamar sang anak.
Adrian menghembuskan nafasnya kasar, ia harus segera mencarikan Mommy baru untuk Dariel agar bocah itu tidak merasa kekurangan kasih sayang.
Dia telah melajang hampir 7 tahun lamanya, sampai sekarang hatinya belum terbuka kembali setelah penghiatan kekasihnya. Ia membenci setiap perempuan yang selalu memandang hartanya. Perempuan yang mengingkan tubuhnya.
Adrian tertawa pelan mengingat kesialan hidupnya, ia harus rela meninggalkan dunia clubbingnya demi mengurus Dariel. Saat itu seorang perempuan datang kekantornya dengan membawa seorang bayi dan mengaku bahwa bayi itu anak dari Adrian. Sontak saja Adrian langsung meminta wanita itu melakukan tes DNA dan hasilnya memang betul bahwa bayi itu adalah anak Adrian.
Ia memberinya nama, Dariel Samantha Maynard. Putra kebangaannya, yang selama ini menjadi penyemangat Adrian. Putranya yang sampai saat ini belum lancar mengucapkan huruf R.
Adrian selalu tertawa mengingat tumbuh kembang Dariel yang menurutnya begitu cepat. Ia akan selalu menuruti setiap kemauan anaknya, asal anaknya bahagia. Termasuk mencari Mommy baru untuk anaknya.
***
Seorang pria berjas memasuki sebuah kantor besar yang berada ditengah kota. Tampaknya pria tersebut pimpinan dari perusahaan, terlihat seluruh pegawai dan karyawan menunduk tanda hormat padanya.
Ia segara memasuki lift menuju ruangannya. Terlihat sekretaris membukakan pintu ruangan untuk bosnya.
"Terima kasih, Anna," ucap Adrian pada Anna-sekretarisnya- yang dibalas anggukan oleh Anna.
"Maaf, Pak Adrian. Besok anda harus bersiap-siap untuk terbang ke indonesia, menggurus cabang perusahaan yang ada disana," ucap Anna saat Adrian baru saja duduk dibangkunya.
"Berapa lama aku di Indonesia?" tanya Adrian.
"Waktunya belum bisa ditentukan, tapi jika dikira-kira 3 tahun, Pak," jawab Anna. Adrian mengaguk dan menyuruh Anna keluar dari ruanganya.
Ia segera mengambil ponsel yang berada disaku jasnya, menekan panggilan untuk menghubungi salah satu orang kepercayaannya.
"Halo, Tuan Adrian," ucap suara diseberang sana.
"Billy, siapkan surat kepindahan sekolah Dariel besok."
"Baik, Tuan Adrian. Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Billy.
"Tidak, terima kasih Bill," jawab Adrian.
"Sama-sama Tuan."
Adrian segara mematikan sambungan teleponnya, bertepatan saat seorang wanita paruh baya memasuki ruangannya. Wanita berumur itu masih nampak cantik, terlihat dari perawatan tubuhnya.
"Ada apa lagi, Mom?" tanya Adrian saat Ibunya sudah berdiri didepan mejanya dengan berkacak pinggang.
"Mom, minta kamu tidak usah memabawa Dariel ikut bersama mu." ucap Maria-ibunya- dengan nada memohon.
Adrian menghela nafasnya, ia tahu bahwa Ibunya tidak akan membiarkan cucu kesayangannya dibawa pergi.
"Mom, aku ayahnya, jadi Dariel harus ikut bersamaku." Adrian melangkahkan kakinya menuntun sang ibu untuk duduk disofa tamu.
"Tapi Mom akan kesepian saat Dariel ikut bersamamu," pinta Maria lagi.
Adrian menghela nafas, "tidak bisa Mom, keputusanku sudah bulat," ucap Adrian mantap.
Maria menghela nafas, "baikalah jaga cucu Mom dengan baik, Mom akan datang sebulan sekali melihatnya jika ayahmu mau ditinggal," ucap Maria mengingat suaminya yang tak bisa ditinggal.
Adrian mengagukan kepalanya, Maria pun tak bisa berlama-lama diruangan anaknya. Pasti suaminya akan mencarinya, jika tak melihat dirinya.
Ia pun pamit pada putranya dan diantar oleh Adrian sampai depan pintu ruangan, karena Adrian harus segara menyelesaikan pekerjaannya.
***
"Daddy kita akan kemana?" tanya Dariel saat Ayah dan anak tersebut sudah didalam pesawat pribadinya.
"Kita akan ke Indonesia." Adrian mengangkat Dariel kepangkuannya. Tangannya bergerak mengelus kepala sang putra.
"Apa disana Iyel akan mendapat teman balru?" tanya Dariel. Ia mendongakan kepalnya saat melihat sang ayah.
"Iya, disana Iyel akan mendapatkan banyak teman baru. Jadi segeralah tidur agar nanti tidak kelelahan saat sudah sampai disana." ucap Adrian yang dibalas anggukan kepala oleh Dariel.
Tak terasa Pesawat yang ditumpanginya pun telah mendarat dengan mulus dibandara. Adrian serta Dariel melangkahkan kakinya, keluar dari pesawat. Ia mengamati negeri yang berada di Asia tenggara ini. Merasakan panas yang menyengat tubuhnya.
"Daddy, dimana mobilnya Iyel sudah kepanasan," gerutu bocah itu. Telihat kulitnya yang telah memerah dan bulir-bulir keringat yang telah keluar dari tubuhnya.
Adrian mengamati sekelilinya, "nah itu mobilnya!" tunjuk Adrian pada sedan mewah berwarna hitam. Ia menggandeng tangan mungil Dariel menuju mobil.
Setelah berada didalam mobil yang menggunakan pendingin, membuat bocah itu tersenyum lega.
"Untung ngak lama-lama, nanti Iyel jadi kepiting lrebus. Melrah semua," celetuk Dariel. Bocah itu menutup matanya menikmati dinginnya penyejuk mobil tersebut.
Adrian terkekeh geli melihat kelakuan anaknya, ia mengacak gemas rambut anaknya. Sedangkan Dariel memberengut tak terima apa yang dilakukan Daddynya.
"Daddy, lrambut Iyel jadinya kacaukan. Gak ganteng lagi." sunggut bocah itu tak terima. Adrian hanya bisa menampilkan cengirnya saat sang anak memajukan bibirnya beberapa senti.
----------