bc

Aku Masih Ingin Sendiri

book_age18+
54
FOLLOW
1K
READ
sweet
like
intro-logo
Blurb

Tangan kiri Olien merangkul pundak Dirga, sedangkan bagian kanan memeluk pundak Niko. Kemudian kedua kakinya diangkat. Sontak tangan kanan Dirga memegang erat tangan kiri Niko untuk menopang bagian paha Olien lalu mereka berlari terjun menceburkan diri ke sungai.

Gelak tawa mereka ber enam mengalahkan kicauan burung di alam liar sekitarnya dan suara air terjun di sebelahnya. Rara dan Lia  berendam tak jauh dari situ.  Sedang Nathan merekam aktifitas kegembiraan mereka dari atas pohon.

Maurin Aulia Rany. Cantik buanget, imut, lincah humoris, penampilan feminim. Tingkanya, sedikit tomboy. LIA panggilan mesra buat dia. BLak blakan tanpa ada sensor di setiap kata yang diucapkan. 

Klaudy Rara Atmadja. ceriah, manja, Mandiri, idenya selalu cemerlang. Loyal baik hati. Namun kritis. panggilan sehari-hari dengan nama RARA

Si hitam berambut kriwil, terlahir dengan nama: CAROLINA, ketawanya renyah. d**a sedikit rata. Bodinya langsing semampai, tinggi, selalu memakai jens. Pengagum parfum mahal. 

Paling sering menjadi perhatian dan banyak lelaki jatuh cinta padanya dipanggilnya : KRIWIL karena memang rambutnya mirip seperti kumpulan pegasnya bolpoin, dan sering juga dipanggil OLIEN. 

NICOLAS. Pemuda ganteng kulit sawo matang, penampilan fleksibel tergantung mood. Ramah, tidak banyak tingkah. Suka bercanda 

Jhohan Pranantha. atlitis. Bergaya rambut acak-acakan. Senyumnya melenakan hati setiap wanita yang memandangnya. Penolong. Temen-temen memanggilnya NATHAN, ada yang memanggil HAN, ATAN terserah yang memanggilnya. 

Dirga. Idenya selalu berbau tantangan. Ceroboh, slengekan, cengengesan, saat menghadapi hal yang dianggapnya penting. dia lakukan dengan serius. Seperti memasukkan ujung benang yang kusut kedalam lubang jarum kecil dan karatan. Dia sosok yang tak mudah Menyerah. 

Enam sekawan ini semuanya jenius, dan gak pernah kehabisan jalan keluar saat menghadapi masalah. 

Petualangan Enam Sekawan bukanlah perjalanan hura-hura tanpa tujuan. Dan mereka juga bukan pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan dan memiliki penghasilan.

Bagaimana perjalanan cinta, karir dan petualangan mereka berenam bisa sejalan?.

chap-preview
Free preview
Episode 1
“Yank, temani aku.” Bisik Icha siang itu, kemudian handphone dilemparkan diatas meja. sehingga suara saat menatap meja terdengar keras di telinga Nathan. “Hallo…hallo.. sayang apa yang terjadi… halloo.” Jelas Icha gak mendengar apa yang diucapkannya. Sesaat, Nathan berfikir, “Apa yang telah terjadi pada diri Icha, karena selama ini belum pernah terjadi hal seperti ini. Perjalanan Nathan yang seharusnya dapat ditempuh hanya 5 sampai 10 menit, tapi karena kemacetan teramat parah. Sehingga ketika Nathan melihat jam di tangannya, ternyata sudah hampir 1 jam. Nathan berlari menuju apartemen Icha, didapatinya sudah berlumuran darah di sebagian tubuhnya. Berkali-kali dia menghubungi ambulance tapi tak ada jawaban. teman Enam Sekawan Pun, satu persatu dihubungi nya. namun hasilnya sama. dalam kepanikan nya dia memutuskan untuk menggendongnya. ketika menuju ke lift ternyata bertuliskan “Sedang Ada Perbaikan”. Terpaksa harus melewati tangga, dari tiga lantai yang harus dilaluinya. Sesampai di mobil yang dibawanya dia baru ingat saat menggendong Icha, kunci mobilnya diletakkan di meja. darah terus mengucur dari Tubuh Icha membuat dia panik. “kenapa mas istrinya, keguguran ya. segera bawa kerumah sakit mas.” Kata penghuni apartemen yang kebetulan lewat, kemudian pergi seakan tak peduli dengan si Icha tunangannya. beberapa orang lewat menuju ke apartemen itu, mereka hanya melihat, kemudian berlalu tanpa peduli. Tak satupun taxi yang lewat kesana, karena memang apartemen Icha sedikit masuk seratus meter lebih, akhirnya Nathan memutuskan untuk menggendongnya sampai ke jalan, dengan harapan ada taxi yang lewat di sana. “Teganya orang-orang hanya memandang dengan sinis ketika lewat berpapasan dengannya.” Pikirnya. dan terus berjalan sambil menangis. Jalan yang dilaluinya sangat padat lalu lintas padat merayap, namun tak seorangpun peduli dengannya. ketika menyebrang di lampu merah, mobil mengklakson terus menerus hingga membisingkan telinganya, namun Natan tetap tak memperdulikannya, dia lewat di sela-sela mobil itu. melihat Icha semakin lunglai tak berdaya, Nathan mengambil keputusasaan Nathan untuk berteriak minta tolong. namun mulutnya terasa berat untuk berteriak. Merasa tak ada yang menghiraukan dia terus, dan terus untuk melangkahkan kakinya. Hingga dia menyadari, bahwa Nathan telah mengambil jalan yang salah yang disebabkan oleh rasa paniknya. Sehingga tanpa disadari justru mengambil jalan berlawanan arah dari yang seharusnya. Tertatih langkahnya dan kian letih yang dirasakannya,namun kantung hati yang telah mencuri hatinya kini berada ditangannya uang kian lemas akibat terlalu lama menggendong dalam keadaan tak sadarkan diri. Melihat trotoar yang cukup tinggi dari jalan sepi itu. Mathan memutuskan untuk beristirahat dan memangkunya. Diusapnya pipi Icha yang berlinangan air mata. Dia membuka mata dan berkata: "Yank, maafkan aku." Ditutupnya bibir Icha dengan kedua jarinya. "Sst." "Sabar ya tayank, aku akan tetap berusaha membawamu ke rumah sakit terdekat. Bertahanlah." "Haus." Rintih Icha. "Sabar ya tayang, bertahanlah." Nathan bangkit berdiri dan berjalan mencari rumah, setidaknya dapat memberikan segelas air untuk Icha Walaupun tertatih karena tenaga sudah terkuras, namun tetap berjalan mendekati rumah yang sudah nampak si depan mata. Semakin lama, nampak rumah itu tak terjangkau. Semakin cepat Nathan melamkah. Terasa makin jauh untuk di capainya. Ya Tuhan. sampai keringat membasahi sekujur tubuhnya akibat terlalu capek menggendong Icha, ditambah lagi harus teriak cukup lama, namun tak sepatah katapun terucap, seakan ada yang membungkam mulutnya. “yang… bangun.” Suara lembut yang didengar dan tak asing di telinga Nathan, membuat dia sadar dan membuka mata. “Syukurlah hanya mimpi.” Katanya perlahan. “Ambilkan aku air putih.” Pintanya. Diteguknya segelas air mineral kemudian Mathan menghela nafas dalam-dalam. "Kamu ngimpi apa yank?" "Mimpi buruk." Jawab Nathan singkat kemudian meneguk air itu sampai habis. Nathan berdiri menghampiri fresher, mengambil air kemudian kembali duduk samping Icha. Melihat calon suaminya penuh keringat dia mengusapnya perlahan. Icha tidak memaksa untuk mendapat jawaban dari Nathan, ia hanya terus menyekanya. "Sudah sayank, aku gak apa. Cuman mimpi buruk saja. Emang sayank mau kemana?" Katanya balik tanya. Seperti biasa si Icha kalau yayang gantengnya uang bertanya selalu diceritakan dari awal. tapi sejak mereka bertunangan si Athan/Nathan belajar setia mendengarkan semua yang Icha katakan tanpa berusaha untuk memotongnya. Sebaliknya si Ichapun berusaha untuk mempersingkat setia jawaban yang ditanyakan oleh sang pujaan hati. "Sejak kecil aku gak pernah menghabiskan uang saku, jatah dari kedua orang tuaku, sampai aku masuk perguruan tinggi. Apalagi sekarang aku sudah bekerja. Sehingga mereka berinisiatif memberikan bentuk saham. Ah.. gak jadi cerita dah." Icha merasa gak enak.takut ceritanya kepanjangan "Terusin saja sanyang." Kata Nathan "Anter Icha. Ketemu anak-anak yang Icha biayai sekolah mereka." "Kenapa kok gak dibukanan rekening biar repot danmenggu waktu." "Bukan sekedar biaya, tujuan utama.". Saat pulang usai camping selama beberapa hari itu, membuat mereka sedikit kelelahan. Jalan tanjakan berbukit, melalui lembah ngarai. Melewati pepohonan rindang, diiringi tarian dahan tertiup angin jalang. Kicau burung liar yang belum tersentuh manusia-manusia serakah penjarah satwa. Terdengar merdu kicauannya bersaut sautan ditambah Guyonan enam anak manusia yang tak pernah kehabisan kata candaan mereka. "Tuh tempat bagus buat rehat." Kata Nicolas dalam hati. Lalu berlari mendahului yang lain, dilemparkannya carrier yang ada di punggung. Lalu membaringkan tubuh di rerumputan. Melihat Nicolas, Carolina Pun mengikuti jejaknya, dan membaringkan kepala di perut Nico. "Ups....Tatit tantik item imut manja." Teriak Nico. Namun Olin, panggilan Carolina tak digubrisnya dan tetap memejamkan mata sambil meringis. Disusul kemudian oleh Lia, panggilan Maurin Aulia Rany. Si cantik sang primadona, tapi gak ada yang berani jatuh cinta padanya, Karena begitu mendekatinya dia selalu berkata: "Awas berani jatuh cinta kepadaku besar resikonya." Tak mau kalah Lia, ia merebahkan kepalanya di kaki, paha mendekati perut. Nico. Bersebelahan dengan Olin. "Awas si kakak bangun." Kata Nico. Ketiga anak manusia itu ketawa ngakak. "Berani gerak si kakak tak iket karet." Jawab Lia. Teman sejati sejak di bangku SMP hingga kini, mereka selalu bersama.. Masing-masing pernah menjalin cinta. Namun semua pernah mengalami putus. Nyabung. Tapi enam. Sekawan ini tak pernah mencampur adukkan dengan masalah pribadi, kecuali ada yang minta pendapat "Salah satu sini sama Kakak pertama." Kata Dirga. Sambil meletakkan Carrier di sandarkan di bawah pohon. "Ya sudah dedek ayu, sama kakak kedua ajjjjja ya tayang." Disautnya tangan Rara sambil memandangnya. lumayan lama enam sekawan ini rehat. Saat beberapa penduduk melintas, nampaknya ingin memandikan kerbau, sapinya tidak jauh dari mereka rehat. "Pak, ma'af numpang tanya, pemilik lahan ini dimana ya, kami pengen numpang istirahat nanti malam di sini mendirikan tenda." Tanya Lia, pada seorang yang sedang mengikatkan sapi pada kayu kering tak jauh dari situ. "Istirahat di bale desa saja neng disini dingin banget kalau malam. Kalau rumah pemilik tanah ini banyak neng tapi satu saudara, yang paling dekat dari sini yah depan balai desa. Tapi kalo neng mau istirahat di sini mendirikan tenda langsung saja gak bakalan ada yang marah... Lagian tanah ini mau dijual semua tapi gak laku-laku saking luasnya." Jawab penduduk desa itu. "O iya terimakasih pak informasinya." "Iya neng sama-sama... Kalau ada waktu mampir ke rumah neng bisa ngopi dan bakar jagung di rumah kebetulan samping rumah ada tanaman jagung masih muda tapi siap dibakar.. Itu yang sebelah timur kelihatan atapnya." '"ya nanti kesana minta air buat masak." "Kalau cuma air sih neng.. Itu disana.. di pinggiran sungai itu ada sendang tempat mandi dan sebelahnya ada pancuran sumber air tempat kami mengambil air untuk kebutuhan masak." "Aduh.. terimakasih banyak pak infonya." Tak membutuhkan waktu banyak, dua tenda selesai dipasang. Jalan setapak menuju sungai, kiri-kanannya penuh dengan pohon bunga liar, saat itu yang terlihat dominan berbunga warna-warni orang daerah sana menyebut itu dengan bunga "telekan," atau disebut juga Lantana.. Bunganya tidak harum tapi memiliki beragam warna, kuning podang, pink muda, pink tua, merah darah, ungu dan bahkan ada kombinasi warna. "Tau gak itu bunga kuning yang kayak bunga matahari itu." Tanya Lia Nico berlari dan memetiknya beberapa kuntum, bermaksud diberikan ke Lia, kemudian diciumnya. "Siaaaalan.. tampak indah baunya nyengat bingit." Dibuangnya bunga itu lalu tertawa. "Itu namanya Tanaman daun insulin atau daun bunga PAITAN Bahasa kerennya Tithonia diversifolia.. merupakan spesies tanaman berbunga dari famili Asteraceae katanya kalau di luar negeri disebut sebagai mexican sunflower, japanese sunflower, tree marigold, nitobe chrysanthemum, atau mexican tournesol. Konon katanya Tanaman ini berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah.. Gak tau siapa yang membawa bibit sampai ke desa ini." Jelas Lia. "Ah.. Sok tau dikau.. Hahahaha ayo buruan kita main air sungai." Berenam lari kayak bocil yang melihat genangan air buru-buru dibuat mainan. "Ini neng Jagung bisa dibakar nanti malam. Manis kok." "Waduh banyak bamget pak.. Tapi dimana kami beli kayu buat bakar jagungnya?". "Ya sebentar anak saya yg bawa kayu bakarnya.. itu masih di belakang". Melihat seorang anak memikul kayu bakar, Dirga langsung beranjak dan lari . "Sini dek, biar kakak yang bawa." "Gak usah mas.. Saya sudah biasa bawa kayu bakar apalagi cuman segini." Dirga cuman bisa memandangi dan berkata dalam hari: "Waduh kayu segitu banyak dibilang cuman segini?!" Diikutinya anak itu di belakangnya. Sambil geleng-geleng kepala. "Kehadiran kami, jadi merepotkan ya." Sambil mencoba memikul kayu bakar yang dikirim penduduk desa setempat. Ternyata, yang bergerak cuman pikulannya saja, sedangkan kayu bakarnya tak beringsut sejengkalpun. Mereka berlima cekikikan sambil ngeledek Dirga. "Adik kurang gizi.. Jadi nanti banyak-banyak makan jagung yang kakak bakar sebentar lagi." Kata Olin. Panggilan Carolina. Semua pada ketawa ngakak, sedang bapak yang nganter jagung bersama anaknya hanya tersenyum. Dibantunya menata kayu kemudian menyalakan api, dan berpesan. "Nanti saat bakar jagung jangan sampai apinya terlalu besar.. tapi jangan sampai mati juga.. Biar segini saja bara apinya, ya sudah saya pamit dulu selamat bersenang-senang." Sambil mengipas-kipas biar api gak sampai mati, Dirga berkata : "Aaaaah kebetulan aku baru perjalan jauh, lagian laper belum makan jadi wajarlah kalo bawa kayu walaupun cuman segini gak berhasil ngangkat." Kata Dirga. "Adik." "Adiiiiiiik!!" "Adiiiiiiiiik,, coba liatin kakakmu yang tercantik dan sudah selesai mandi di kali bareng sapi tadi." Karena sapanya gak digubris, ditiupnya telinga Dirga perlahan, sambil telunjuknya diacungkan di pipi Dirga. "Aduh!!!" Keluh Dirga saat pipinya ketusuk jari saat menoleh. "Makanya kalau dipanggil kakak harus cepat direspon." Canda mereka berdua. Sedang keempat teman yang lain sibuk dengan tugas masing-masing. Sore itu memang belum cukup dingin, lagi pula didepan mereka ada nyala api. Sambil menikmati jagung bakar dan bercanda, yang pasti enam sekawan ini gak pernah kehabisan bahan ocehan mereka. "Coba kalian jujur menjawab pertanyaan kakak." Tanya Dirga. "Seandainya kakak berikan tanah ini sebagian saja... Akan kalian kemanakan." "Adik Dirga yang imut.. Darimana adik dapatkan tanah ini, sehingga adik bagi-bagikan?" "Aiiis jawab dulu pertanyaan kakak." "Lha semua kok jadi kakak semua, lalu adiknya capaaaa? ... Hahahahaha..a.” "ya sudah Rara yang jadi adik dah tambah enak.. Rara punya banyak kakak, jadi bisa manja dan dimanja terus." Sejenak dia berhenti, menggigit jagung yang masih panas kemudian melanjutkan. "Kalau adik dapat bagian tanah ini, adik bikin villa yang banyak kamarnya, ada kolam renang yang dalemnya 5mtr. Supaya bisa pake renang sekaligus buat pelihara ikan, jadi kalau para kakak lagi kepuncak gunung, bisa nginep di rumah adik, walaupun habis mendaki gunung Himalaya." Katanya sambil tersenyum kemudian menggigit jagung bakar yang tersisa. "Okey.. Kakak catet di buku harian kakak..Kalau kamu Lia Cantik, imut dan baik hati." kata Dirga. "Kalau Olin... Tak bangun gedong Anti peluru, untuk panti jompo.. Biar penghuninya merasa nyaman." "Eeeeeeeee... Lha wong yang ditanya Lia.. Kok bu Dosen yang jawab?" Kelakar mereka berenam hingga larut malam, dan sesekali terdengar lolongan anjing panjang. Mirip lolongan serigala. "Kalau menurut kepercayaan sebagian masyarakat pinggiran kota, lolongan anjing yang panjang pertanda ada makhluk halus sedang lewat, atau mungkin sedang mengadakan pertemuan penting. Tapi sebagian mengatakan bahwa dinginnya malam yang kelewatan membuat anjing pengen kawin tapi gak ada lawan makanya dia bete." Kata Rara. Walau gak ada yang kantuk satupun. Mereka sepakat untuk ngombong, agar perjalanan esok hari menuju tempat parkir mobil dimana mereka menitipkan mobilnya pada penduduk desa. ______ "Sudah jual saja villamu daripada mencelakakanmu.. Tuh ikan piranha sudah papa tembak siap digoreng daripada nanti gigit kamu lagi saat berenang dan kolam renangnya sudah papa ganti dengan bibit ikan lele.. Nanti kalau sudah panen bagikan ke semua penduduk desa." Sambil kesakitan Rara pingin protes, tapi satupun kata gak bisa terucap seperti ada yang membungkam mulutnya. Sambil jalan tertatih kakinya penuh darah, Rara menuju halaman depan, seluruh taman indah yang dibangun dari uang pinjaman di bank dan seluruh tabungan yang dikumpulkan, kini diubah menjadi kebun jagung, oleh papanya, dan seluruh kamar diisi tukang petani. Villa kini dikelilingi mangga penuh buah, dan tak terlihat selembar daunpun, bahkan mangga yang sudah matang berserakan kemana-mana. Melihat semua itu, Rara berlari marah kepada papanya dan berteriak memanggil papanya, namun tak mampu ia lakukan. Rara terus berusaha untuk teriak sekuat tenaga.... Dan... Saat membuka mata.. Didapati semua temen-temen sudah pada siap-siap, bahkan satu tenda sudah selesai dikemasi. Hanya tinggal tenda yang ditempatinya. "Iiiiiiiiiiiiiiiih, anak papa sudah bangun? .... Gak ngompol kan... Sini papa liat". Canda Dirga. "Kampreeeet." Katanya lirih. Segera bergegas, mengambil handuk lalu pergi ke sendang. "Ikuuuuuuuut." Teriak Lia "Aku juga aaaa." Saut Olien. Mereka bertiga pergi menuju sendang. Diceritakan mimpi hingga dia terbangin tadi Mereka bertiga tertawa cekikak-cekikik. "Ini.. Pertanda baik," Kata Lia. "Baik apanya?!" Saut Rara. "Akhirnya kita sampai juga dirumah." Kata Natha, panggilan Jhohan Pranatha. "Wil kriwil, ntar anter papa ke kampus, ambil mobilku tak tinggal di sana." "Enak ajjjjjja, bawa sendiri niich mobil!!" "Terus mobilku yang di kampus diiket ke mobil ini lalu ditarik githzu?!" "Iya juga.. Okey... Tunggu sebentar Mama tak tidur dulu besok pagi tak anter... Tetap berdiri di situ jangan kemana-mana." Pesan Olien. Garasi mobil di rumah Olien memang luas.. Hingga setiap acara keluar mereka menitipkan mobil di rumah Olien. Kamar tidur dan ruang belajar Olien mamang jadi satu, tapi ukurannya luas 3,5x7m. Banyak terdapat tanaman hias yang tidak membutuhkan sinar matahari di pot-pot mini diletakkan di berbagai rak yang menempel di dinding dan masing-masing dinding ruangan memiliki warna yang berbeda. Olien mengeluarkan camera teman setia kemanapun dia refresing selalu menemaninya. Seperti bisa, dia menyimpan dokumen foto-foto di komputer di meja belajarnya. Sembari membuka surel di laptop barangkali ada sesuatu yang penting. Sementara itu, di rumah Lia. Papa. Lia berbaring di sampingnya. "Non gimana perjalananmu kemarin asik?" "Selalu.. Pa.. Heeeeem Pa sendiri gimana.. Ada sesuatu yang menarik buat bahan meninabobokan Lia?!" "Selalu ada banyak pilihan. Emang Lia mo bobo?!" Sejak kecil anak sematawayangnya yang terlahir dan diberi nama Maurin Aulia Rany ini, memang gak bisa lepas sama papa, apalagi semenjak kepergian mamanya, selusuh perhatian dan Kasih sayang papa seluruhnya bahkan sisa hidupnya buat dia. "Seminggu yang lalu." "Waduh yang baru donk Pa!!, seminggu dah basi.". Potong Lia. Diciummya kening anak cantik kesayangan papa. "Dengar... Ini job besar, Temen papa developer bonavide nyari tanah minimal 50ha. Rencana mo bangun kawasan elit... Papa suruh nyari info". "Ngantuk pa". Bisik Lia. Dilihatnya anak semata wayang itu terlelap. "Nampaknya dia lelah," pikirnya diselimutinya, kemudian perlahan pergi. Selang beberapa waktu kemudian. Lia meloncat, yang membuat Pak Vian terkejut, melompat menghampiri Lia. "Ada apa tayank?!". Diambilkannya air putih lalu diberikan kepada Lia. "Minum dulu, baru ceritain ke papa". Diteguknya air. "Tadi papa bilang apa?". "Yang mana?". "Tadi itu, waktu Lia kebobo'an tadi". Dipikirnya sejenak, .. "Oooooo.. Itu..!!!... Itu yang mana?!". Canda pak Vian. "iiiiiiii, papa mulai lagi... Ntar Lia camping lagi dach". "Iya.. Iya.. Iya.. Pasti tentang kabar gembira itu kan..?!". Jawab pak Vian. "Naaaaaaaaaaaaaaaah... Ituuuuuu!!!". "Ada pa... Besok tak info." Lanjutnya. "Pa... Hp Lia dimana ya?". Tanya Lia sambil tersenyum. "Heeeem gaya lamaaaa, bilang aza minta toyong.. Beyeskan kan kan?". "Hehehehehehe, tau ajjjjjjjja.. Papa, Lia jadi maluuuuuuuu" "Niiiiih". Kata papa sambil tersenyum. "Kaci pa !!". Ditelponnya enam sekawan. "Malam ini kumpul di rumah.. bawa makanan kesukaan GPL". Telpon ke semua anggota geng. "Bikin penasaran Saja anak papa satu ini, sebenarnya info apa yang bakal diberikan anak papa?". Pikirnya. ___________Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
191.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
207.9K
bc

My Secret Little Wife

read
100.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook