Prolog

704 Words
Sudah tiga bulan lebih seorang gadis cantik yang berbaring di ranjang rumah sakit tak mau membuka matanya. Dikelilingi oleh keluarga yang tampak tak ikhlas dengan keputusan seorang lelaki paruh baya yang seakan mencoba tegar dengan apa yang terjadi di depan matanya. "Papa plis coba pikirkan ulang pa, aku yakin odit bisa sadar pa."Seru salah satu wanita disana. "Ini yang terbaik sayang, kita harus pasrah dan ikhlas." ucap pria tersebut yang merupakan ayah dari gadis yang berbaring diatas ranjang tersebut. Gadis itu bernama Aphrodite Anastasya, anak kedua dari Samuel Andrika dan Andita Husen. Ia juga memiliki satu orang kakak bernama Hera Anastasya yang lebih tua tiga tahun diatasnya. "Baiklah Bapak Samuel, silahkan tanda tangan surat wali pasien bernama Aphrodite Anastasya atas persetujuan pencabutan alat bantu." Dengan tarikan napas panjang guna memperkuat diri Samuel mengambil kertas yang disodorkan kepadanya lalu dengan segera menandatanganinya. "Terima kasih pak saya permisi." Setelah dokter tersebut pergi menjauh suara tangisan semakin kuat keluar dari mulut Hera. "Pa plis panggil dokternya bilang sama dia odit bisa sembuh jangan dicabut pa" "Pa plis aku yakin odit kuat pa" "Pa, PAPA DENGER AKU KAN, AKU BILANG SEBENTAR LAGI ODIT PASTI BANGUN JANGAN DICABUT DULU ALAT BANTUNYA PA PLIS." Mendengar anaknya meraung Andita tak tau harus berbuat apa, pikirannya seakan tak ditempat dan hanya terisi dengan odit yang akan meninggalkan mereka. "Pukul 13.24 WIB pasien dinyatakan tiada" Diruangan bernuansa putih terselimut aura kesedihan disana. Ditambah dengan isakan tangis seorang wanita yang menunggu putrinya bangun dari tidur yang teramat lelap. Gadis itu bukan putri tidur, ia Venus Auristella Grizelle. Anak ketiga dari empat bersaudara, tak ada yang tau mengapa ia tak mau membuka matanya yang dihiasi bulu mata lentik itu, yang mereka tau ialah Venus tak kunjung bangun dari seminggu yang lalu. "Mah tangan kakak gerak ma" ucap seorang gadis cantik dengan mata sayu. Ia Freya Batari Diatmika, adik seorang gadis yang mulai menggerakan tubuh dan matanya perlahan. "Frey panggil dokter sekarang frey cepet" mendengar ucapan sang ibu Freya segera berlari keluar ruang inap tersebut. "Sayang kamu udah bangun, mama khawatir sama kamu sayang" mata itu menatap wanita yang sedang menangis tersedu dengan bingung. "Tante siapa?" Ucap Aphrodite dengan pelan, sangking pelannya wanita tersebut tak bisa mendengarnya. "Permisi bu biar saya periksa pasien sebentar" mata Aphrodite terus saja menatap sekelilingnya dengan bingung. Ia masih tak mengerti, ingatan terakhirnya ia berada di dalam kamar mandinya dengan hidung yang tak henti mengeluarkan darah juga kepala yang seakan dihantam baja. Matanya kembali pada wanita tadi, sekarang wanita itu tengah merangkul anak perempuan yang sangat manis dengan mata sembab dan entah kenapa ia merasa orang yang tidak ia kenal tersebut menangisinya. "Venus sudah baikan nak? Venus haus?" "Kak Venus aku takut banget kak, kakak ga mau bangun pas aku bangunin kakak aku takut." mendengar mereka menyebutnya Venus membuat otak Aphrodite makin bingung. Kenapa mereka memanggil ia dengan sebutan Venus, namanya bukan Venus. Brak "Yaampun Venus gue khawatir sama lo b**o, kalo tidur jangan kebo banget napa ampe satu minggu ga bangun" bertambah satu orang lagi menyebutnya Venus. Seorang remaja laki-laki yang sedang terengah-engah dengan baju yang bermandi keringat. 'Mars Aderald Gentala' Venus melihat nama itu dibaju seragam remaja tersebut dan entah mengapa ia merasa tak asing dengan nama tersebut. "Mars pelan-pelan sayang jangan buka pintu gitu kita di rumah sakit" "Iya mama maaf, aku udah ga sabar marahin nih kebo tidur satu minggu ga bangun-bangun udah kayak praktek meninggal aja" jawab Mars dengan kekehan seraya berjalan kearah Aphrodite. "Ihh kakak omongannya jangan gitu" "Iya Freya ku sayang maaf yaa" tangan remaja tersebut mengelus pelan rambut Aphrodite seakan yang ia sentuh merupakan barang yang sangat rapuh tapi tubuh Aphrodite menyukai itu, ia sangat merasa nyaman dengan sentuhan remaja lelaki yang kini disampingnya. "Denger yah adikku sayang Venus Auristella Grizelle yang cantiknya mengalahkan mbak inah tetangga nya Bara kalau mau tidur berdoa semoga bangun pagi jangan semoga tidur nyenyak, kan kebablas hampir mendekati Yang Maha Kuasa". Setelah mengatakan itu remaja tersebut terkekeh dan menghindari pukulan adik bungsunya, ruangan seakan menghangat tapi tak untuk Aphrodite. Aphrodite membeku seketika, ia mengenali nama-nama tersebut. Venus Auristella Grizelle Mars Aderald Gentala Freya Batari Diatmika Dan dia sudah pasti Hela Batari ibu dari ketiga anak remaja yang ada diruangan ini. Aphrodite sangat yakin ia berada dimana sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD