Mengingat

855 Words
'Ini gimana sih, kenapa sekarang nama gue Venus? Kenapa semua nama orang disini persis kayak yang ada di novel gue?'. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak Aphrodite. Entah kenapa dia sangat yakin sekarang bahwa dia berada dalam dunia yang berbeda dengan yang sebelumnya. Nama tokoh dengan sangat jelas ia dengar dari mulut orang-orang disekitarnya sedari tadi, bahkan visualnya pun terpatri jelas didepan matanya. Mars Aderald Gentala, kakak kembaran sang pemilik tubuh, venus. Memiliki sepasang lesung pipi dalam, hidung mancung, tatapan mata yang teduh, dan tubuh proporsional tinggi semampai. Sedangkan yang disebelahnya, Freya Batari Diatmika, dia merupakan tokoh utama dalam novel itu, gadis manis, mungil yang baik hati dan lembut. Rambut lurusnya terurai sampai kebahu, bulu mata lentik dan panjang. Memang visual novel tak pernah gagal dalam membuat tokoh utama yang sempurna. Sedangkan Venus Auristella Grizelle, tokoh antagonis yang haus akan kasih sayang, padahal jika dilihat sekarang seluruh keluarga menyayanginya. Gadis cantik dengan tatapan tajam, memiliki lesung pipi yang dalam pada dua pipi tembamnya. Venus memang sangat cantik tetapi sifatnya tak seperti rupanya. Venus senang berperilaku kasar pada adiknya sendiri, semena-mena menindas setiap gadis yang mendekati orang yang ia suka. Dan Aphrodite benci dengam Venus, kenapa harus Venus? kenapa bukan Freya saja kan enak deket sama cogan. Dan satu hal lagi, Venus berakhir bunuh diri karena semua kejahatannya pada Freya terungkap saat acara ulangtahunnya. "Venus, makan yuk ini makanannya udah dianterin tadi" ucap Hela sambil mengangkat mangkuk bubur. "Ngak ma, Venus ga lapar". Bukannya tidak lapar, tentu saja dia lapar hanya saja dia tak nafsu makan karena masih memikirkan hal yang mustahil terjadi pada dirinya saat ini. "Jangan gitu dong sayang, kamu udah delapan hari ga makan" "Baru semalem kok aku bangunnya tiba-tiba ga makan delapan hari, baru satu hari ma, nanti aja ya sorean makannya." Aphrodite berusaha semaksimal mungkin beradaptasi dengan keadaan, ia takut ketahuan dan malah dimasukan kedalam rumah sakit jiwa. "Yaudah kamu mau makan apa nanti Mars pulang sekolah mau kesini, nanti nitip dia makanannya." Hela mengalah pada anak perempuannnya. "YAAMPUN VENUS LO UDAH BANGUN DARI SLEEPING BEAUTY HAH?? GUE KANGEN HUAAAA." Aphrodite bingung menerka siapa yang datang, seingatnya Venus hanya memiliki dua orang teman, berarti diantara Phoebe atau Ghea. Venus meneliti lagi penampilan orang yang tengah memeluknya heboh sekarang, berbekal ingatannya tentang penuturan visual novel makin jelas bahwa gadis ini Phoebe. Phoebe Faranisa, gadis cantik tinggi memiliki t**i lalat dipipi kanannya. Tercium juga bau stroberi yang tertulis di novel saat gadis ini memeluk Aphrodite. "LO JUGA KENAPA SIH TIDUR LAMA BANGET, UDAH KAYAK LUPA CARA BANGUN AJA." Aphrodite hanya terkekeh mendengar ucapan gadis di depannya itu. "Ghea mana?" Aphrodite penasaran dengan rupa Ghea, ia menebak-nebak akan secantik apa Ghea. "Dia di rumahnya lah, lo tau kan bokapnya susah diajak kompromi." Aphrodite mengangguk perlahan. Ia tau di novel Ghea selalu terkekang karena ayah Ghea yang posesif pada semua anaknya. "Phoebe kok pulangnya cepet sih?" Hela yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. "Ia tante ga tau kenapa hari ini pulang cepet, tadi tiba-tiba disuruh pulang aja." Jawab Phoebe dengan santainya. "Tapi kok Mars sama Freya belum nyampe sini ya?" Pertanyaan itu hanya dijawab dengan gelengan oleh Phoebe pertanda tak tau. Tok tok tok Mendengar suara pintu terketuk hela segera membuka pintu mempersilahkan beberapa orang itu masuk dan ia pun keluar ruangan tak ingin menggangu. Dan ini dia yang ditunggu-tunggu Aphrodite. Hadeseros, sang tokoh utama. Aphrodite berdecak kagum dengan visual yang diciptakan sang penulis novel. Remaja didepannya sekarang sangat tampan, wajah pahatan sempurna dengan hidung mancung, mata tajam, alis tebal, bulu mata yang lebat dan lentik, rahang tegas. Sekarang Aphrodite sedang menikmati makhluk ciptaan penulis yang sempurna ini. "Udah kali liatinnya Eros ga dateng sendiri banyak orang loh disini." Lamunan Aphrodite seketika buyar, ia mengarahkan pandangannya orang yang ia yakin merupakan teman-teman Eros. "Ngapain kalian disini?" Tanya Phoebe dengan nada yang tak suka. "Ye kalau Freya ga ngajakin kita juga ga mau dateng tadinya." Ucap Leo "Kalo ga ikhlas ga usah dateng." Jujur Aphrodite tak suka dengan jawaban Leo. Ia tau itu Leo karena nama pada seragamnya. "Yaudah kita pulang, ngapain juga ngejengukin cewek ga jelas kayak lo." Eros dan teman-temannya pun langsung keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Freya dan Phoebe yang berada didalam. "Lo ngapain sih ngajakin mereka, lo udah tau mereka ga suka sama Venus ngapain bawa kesini, lo pasti sengaja kan?" Bentak Phoebe pada Freya. "E..enggak kok kak, a..aku ga maksud gitu" "Udah-udah mending sekarang lo keluar deh males gue liat muka lo." Mendengar perkataan Phoebe, Freya segera keluar dengan kepala tertunduk. "Lo juga sih punya adik menye-menye gitu kesel gue liatnya." Ucap Phoebe seraya menghentakkan tubuhnya pada sofa. "Udah kali ngomelnya, keriput baru tau rasa lo mampus." "Lo kok gitu sih, gue kan belain lo jahat banget jadi temen, oh iya lo kapan keluar?" Aphrodite mencoba mengingat perkataan ibunya tadi pagi. "Kalo ga salah sih besok udah boleh keluar, kan gue ga sakit juga cuman tidur kebablasan aja." Ucap Aphrodite sambil mengangguk kepalanya perlahan-lahan. "Bagus deh cepet-cepet sekolah, gue udah ga tahan ga ada lo disekolah. Kalo ada ulangan kan gue kicep" "Dasar lo taunya manfaatin temen doang" "Yeee kalo ada temen tuh harus dimanfaatin, kalo ga dimanfaatin ngapain temenan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD