Hari ini adalah hari dimana Aphrodite diizinkan pulang kerumah. Hela sebagai ibu sedang sibuk di tempat administrasi melakukan pembayaran biaya rumah sakit, sedangkan diruangan Aphrodite dibantu Mars kembaran Venus yang sekarang merupakan kembarannya merapikan beberapa barang.
"Lo kok akhir-akhir ini lebih banyak diem sih, ga ngoceh numben." Ucap Mars seraya memasukan baju kedalam tas.
"Ntar gue ngoceh lo siap-siapin telinga aja, sekarang gue masih lemes." Aphrodite sekarang tengah duduk di ranjang, ia ingin sekali membantu Mars tapi lelaki itu melarangnya banyak bergerak.
"Ya ga gitu juga kali maksud gue." Ucapan Mars hanya dijawab kekehan oleh Aphrodite.
"Tapi kok ya lo bisa sih tidur seminggu ga bangun, lo ga tau gue sama yang lain khawatirnya gimana? apalagi papa yang ga bisa pulang gara-gara kerjaan tiap hari nelfon nanyain lo mulu, mama nangis mulu, Freya juga nangis mulu."
"Kalo Vulcan gimana? dia khawatir ga?"
"Ngapain sih lo nanyain dia, ga penting banget tuh anak." Jujur saja Aphrodite penasaran bagaimana wajah kakak pertama Venus itu, Vulcan Nalendra Gentala. Memang dinovel Vulcan diceritakan sebagai kakak yang sangat baik tapi hanya kepada Freya. Vulcan tak menyukai Venus karena sikap Venus yang kasar dan semena-mena.
"Ya kan penasaran aja, siapa tau tuh orang kangen ama gue."
"Lo mengharap dia kangen sama lo, tunggu otaknya kepentok palu Thor dulu." Ucap Mars dengan nada kesal.
"Ya bener juga sih, sama aja gue mengharap kiamat udah deket." Mereka berdua tertawa ringan tapi dengan arti yang berbeda. Mars yang tertawa karena menyetujui perkataan adiknya sedangkan Aphrodite tertawa karena miris dengan hidup Venus.
"Mars kalo misalkan ya gue bunuh diri karna malu gimana reaksi lo?" Aphrodite penasaran dengan reaksi Mars, karena dinovel tak tertulis reaksi orang-orang saat dirinya bunuh diri.
"Ngomong apa sih lo, malu kenapa coba? keliling mall ga pakek baju? udah ada yang pernah coba kok baru bulan lalu viral."
"Ihhh serius juga, nih misalnya ya gue coba buat bikin orang mati gitu nah terus orangnya ga jadi mati eh malah gue ketahuan terus gue ga terima terus gue bunuh diri terus reaksi lo gimana?" Tanya Aphrodite menggebu-gebu.
"Kebanyakan terus lo awas nambrak, lagian lo nanya gini pasti gara-gara tidur kelamaan jadi mimpi lo panjang banget." Mars tak mau menjawab pertanyaan Venus yang sangat konyol menurutnya.
Setelah sedikit adu mulut dengan Mars, Aphrodite akhirnya pulang. Ia diam selama berada di mobil yang tengah menuju rumah milik Venus. Jujur saja Aprodite masih sangat bingung apa yang harus dilakukannya. Ia ingin sekali jujur tapi takut kalau kekuarga Venus malah menganggapnya sakit jiwa dan membawanya ke rumah sakit jiwa. Jika dipikir-pikir siapa orang di dunia ini yang akan percaya jika Aphrodite bilang.
'aku sebenarnya Aphrodite bukan Venus dan kalian berada didalam novel yang aku baca' tak akan ada yang percaya padanya.
Setelah hampir setengah jam berada didalam mobil, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang simple nan elegan. Rumah yang terkesan mewah tapi tak berlebihan. Aphrodite sangat menyukai rumah yang ia lihat kini.
"Yaudah sekarang kamu kekamar kamu sana, biar Mars yang bawain barang kamu." Aphrodite hanya mengangguk tapi tak bergerak, ia tak tau letak kamar Venus dimana dan memutuskan menunggu Mars yang tengah kerepotan memilah barang yang akan dibawa terlebih dahulu.
"Ngapain masih disini? sana kekamar."
"Ihh kan gue baik mau nungguin lo jadi sama-sama kekamarnya, siapa tau lo butuh bantuan ya kan." Jawab Aphrodite.
"Alasan lo banyak, yaudah ayok."
Mereka berjalan berdampingan, lebih tepatnya Mars berjalan sedikit didepan Aphrodite. Aphrodite sengaja memperlambat jalannya karena takut salah arah. Dan sampailah mereka pada pintu kamar dengan tulisan 'VAG' disana. Membaca tulisan itu membuat Aphrodite serasa mengumpat padahal ia tau itu singkatan nama Venus.
Aphrodite masuk kekamar itu. Ia langsung tersenyum melihat dekorasi kamar Venus. Dinding bercat abu-abu dengan perabotan berwarna putih dan hitam. Disudut kamar terdapat lemari buku yang lumayan besar, terdapat balkon yang mengarah ke taman belakang rumah. Kamar ini memang tidak sebesar kamarnya dulu tetapi terasa sangat nyaman.
Setelah Mars keluar, Aphrodite mengelilingi kamar tersebut. Dan lagi-lagi kamar Venus membuat ia takjub ada sebuah pintu di dekat lemari buku yang merupakan ruangan wardrobe dengan kamar mandi didalamnya. Ruangan itu tak besar tapi sangat rapi. Aphrodite seakan mendapatkan kamar impiannya sedari dulu.
Keluar dari ruangan itu, mata Aphrodite tertuju pada botol kecil yang terletak dibawah tempat tidurnya. Dengan sedikit menjongkok ia mengambil botol tersebut. Pada botol tersebut terdapat tulisan 'BELLADONNA'. Aphrodite tak begitu paham dengan tulisan tersebut dan segera meletakkan botol tersebut dilemari buku.
Waktu sudah menunjukan tengah malam, tapi Aphrodite belum juga tidur. Ia masih memikirkan masa depannya di dunia ini dan bagaimana dengan tubuhnya didunia sana.
"Badan gue gimana ya? apa Venus yang sekarang nempatin badan gue? apa gue mati gara-gara penyakit gue kambuh kemaren? apa gue koma?" Aphrodite terus saja mengoceh sendiri dan menggulingkan badan beberapa kali diatas kasur.
"Terus kalo gue disini gue bakal mati bunuh diri juga ga ya? tapikan gue ga mau matiiiiii, terus gue harus apa?"
"Mama Odit pusing huaaaaaa, odit harus apa? odit ga mau bunuh diri, odit mau hidup panjang dengan tenang, mama kangen odit ga sih?"
Berkutat dengan pikirannya Aphrodite merasa seakan otaknya ingin meloncat keluar dari tengkoraknya sekarang juga.
"Gue ga mau mati, gue masih mau hidup, gue juga ga mau masuk rumah sakit jiwa, jadi lebih baik gue mainin peran ini sampai selesai sampai dimana Freya dapet happy ending sama Eros dan berakhir dengan bahagia dimana gue juga masih hidup."
"Okeh gue akan jadi Venus selama gue masih ada di novel ini, mau gue balik ke dunia gue atau ga gue akan jadi Venus dan mainin peran ini dengan baik."
"Mulai sekarang Aphrodite Anastaya yang baik budi pekerti ini akan menjadi Venus Auristella Grizelle."
"Menjadi Venus Auristella Grizelle yang lebih baik."