Pagi ini Venus sudah diizinkan bersekolah oleh sang mama tercinta, sudah satu hari mendekam dikamar tak melakukan apapun membuat Venus mati bosan.
dia Venus, atau sekarang Aphrodite mencoba menjadi Venus dengan lahir batin. Setelah bergulat dengan otak dan hati Aphrodite sudah memantapkan diri apa yang selanjutnya harus dia lakukan.
"VEN CEPETAN TURUN MAKAN NTAR KITA TELAT." Teriak Mars dari bawah.
Venus pun segera menuju ke ruang makan dengan senyum merekah.
"Pagi keluarga semua."
"Pagi sayang, sini duduk makan." Ucap Hela yang tengah mengoleskan selai diatas roti.
"Ma Venus mau dong selai coklatnya." Mata Venus berbinar saat melihat selai coklat kacang yang tengah Hela oleskan pada roti.
"Ini selai terakhir buat bekal Freya sayang, besok ya mama beli yang baru mama lupa soalnya." Gagal sudah ia makan enak pagi ini.
"Ini di minum jusnya dulu mama udah siapin." Hela memberikan segelas jus stroberi pada Venus dan langsung di tenggak olehnya hingga habis.
"Yaudah mah aku pergi dulu ya, takutnya telat." Ucap Venus seraya menyikut Mars agar segera menyelesaikan acara sarapannya.
"Ma Freya pergi sekolah bareng kak Mars ya, soalnya kak Vulcan nginep jadi mungkin ga kesini." Mendengar ucapan Freya membuat Mars melihat kearah Hela.
"Yaudah kamu sama Mars perginya sana gih nanti telat." Freya yang mendapat jawaban langsung menarik tangan Mars keluar rumah tapi ia lupa kalau Venus sudah sembuh dan perempuan itu memang selalu berangkat sekolah dengan Mars.
"Loh Venus kok masih disini?, mau mama pesenin ojek online aja?"
"Ma aku berangkat sama siapa kalau Mars sama Freya?"
"Kamu naik ojek online aja yah kasihan adik kamu masak dia naik ojek online, oh iya kamu mau bekal ga tadi mama buatin Freya sandwitch tapi masih ada, kamu mau?"
"Ga usah ma, aku pergi dulu takut telat byeee ma." Jujur saja Venus bingung. Bukannya dirinya yang baru sembuh tapi kenapa dirinya yang harus naik ojek online kenapa bukan Freya, apa karna Freya masih kecil?, tapi kelas 10 SMA seharusnya bukan anak kecil lagi kan.
Setelah Mengenyahkan pikiran yang tidak baik dari otaknya, Venus langsung memesan ojek online melalui aplikasi di ponselnya.
Saat berada di perjalanan Venus merasakan hal aneh pada tubuhnya. Mulai dari bibirnya yang entah kenapa terasa kesemutan, tenggorokannya mulai gatal dan sedikit perih bahkan sekarang tubuhnya juga ikutan gatal.
Tak lama di perjalanan akhirnya Venus sampai didepan gerbang bertuliskan 'SMA CAKRAWALA'. Saat masuk kedalam gerbang tersebut Venus mendengar bisikan-bisikan orang tentang dirinya. Lebih tepatnya tentang Venus yang asli.
"Yahh katanya udah pindah tapi kok ada lagi terus kemaren dia kemana?"
"Mana gue tau, malu kali habis ditampar Vulcan dikantin makanya ga masuk"
"Udah tobat belum dia ya?"
"Venus kok beda ya, kayak beda aja gitu."
Venus jengah mendengar ucapan-ucapan itu. Awalnya dia berpikir dinovel hanya melebih-lebihkan adegan seperti ini, ternyata tidak. Rasanya Venus sekarang ingin mengajarkan mereka cara bergosip dengan benar karna di dunianya kalau mau bergosip itu harus serahasia mungkin agar orang yang digosipkan tidak tau. Tapi disini malah berbicara kuat-kuat dasar bodoh.
"VENUUUUSSSS AAAAAA AKHIRNYA LO MASUK JUGAAAAA, GUE KANGEN NYONTEK." Venus melihat dari arah kejauhan Phoebe berlari kearahnya, bukan hanya ada Phoebe tapi juga Ghea berada disana.
Venus berdecak kagum melihat Ghea. Ghea Clarissa Putri, menurut novel Ghea merupakan gadis paling cantik seantero sekolah dan benar saja. Gadis dengan kulit bersih kuning langsat, mata belok, rambut bergelombang hingga bahu, tubuh berisi bisa dibilang tak kurus juga tak gemuk sangat pas, bibir ranum dan tak lupa hidung kecil mancung miliknya. Penulis novel ini memang handal membuat manusia sempurna dan sayangnya jika didunia nyata tak ada yang sempurna.
"PHOEBE TUNGGUIN DONG JANGAN LARI-LARI." Tapi ini satu kekurangan Ghea yang menurut Venus sebenarnya bukan kekurangan tapi keunikan, anaknya lemot baik itu fisik maupun otak.
"Lo ngapain liatin Ghea gitu, belok ya lo naksir Ghea?" Tanya Phoebe saat persis dihadapan Venus.
"Enak aja udah ayok kelas bentar lagi bel." Mereka berdua langsung berlari menuju kelas meninggalkan Ghea yang tengah mengambil napas.
"TUH KAN DITINGGAL, KALIAN MAH SUKA NINGGALIN GUE."
"Pagi wahai makhluk penghuni kelas 11 MIPA 1 yang budiman." Ucap Venus yang masih terengah-engah, bukan karena ia berlari menuju kelasnya. Jarak kelasnya dari gerbang tak begitu jauh. Tapi entah mengapa d**a Venus sesak sehingga ia sulit bernapas.
"Lo kenapa Ven mukanya merah gitu?, badan lo juga banyak merah-merahnya, kalo masih sakit jangan masuk dulu." Ucap remaja laki-laki yang tengah menghapus papan tulis.
"Lo makan stoberi ya?" Tanya Phoebe dengan suara pelan.
"I..i..iya, tadi mi..minum jus stroberi buatan mama." Jawab Venus terbata-bata sambil menahan sesaknya.
"Lo kebiasaan deh kalau ga bisa makan stroberi tuh jangan dipaksa makan, pasti tante Hela lupa lagi kalau lo alergi stroberi deh, aduh ayok kita uks aja deh."
Venus ditarik oleh Phoebe secara paksa menuju uks dan lagi-lagi meninggalkan Ghea yang baru saja sampai di depan kelasnya.
"Itu mereka kemana lagi?"
"Uks mungkin Venus kayanya masih sakit."
"k*****t gue ditinggal mulu, yaudah byeee gue uks, oh iya kalo kita belum masuk tolong izinin ya." Setelah mendapat jawaban dari teman sekelasnya Ghea berlari menuju uks menyusul kedua temannya.
Sampai di uks, Venus langsung berbaring diranjang. Venus tak mengerti kenapa ia bisa alergi terhadap stroberi. Sudah sangat jelas bahwa Venus menyukai jus stroberi, maksudnya Venus yang asli sangat menyukai jus stroberi. Dinovel juga Sering tertulis bahwa Venus sering merebut Jus stroberi milik Freya.
"Lo denger ya kata gue, kalau tante Hela ngasih jus stroberi lagi atau roti selai stroberi jangan diambil, lo kan bisa bilang kalau lo alergi, gue tau tante Hela tiap pagi buat jus stroberi tapi apa susahnya sih lo ingetin kalau nyokap lo lupa." Phoebe terus saja mengoceh sambil melihat-lihat isi dalam tas Venus dan mengeluarkan salep didalam kotak pensilnya.
Dengan sangat pelan ia mengoleskan salep itu tapi ia lupa bahwa Venus sesak napas dan makin bertanbah sesak. Venus langsung menggengam lengan Phoebe dengan kuat saat ia sudah tidak sanggup menahan sesak di dadanya itu.
"Lo sesak banget ya, tapi kayanya lo ga bawa obat lo, coba gue tanya Ghea kan lo biasanya nitip sama diakan."
"Lo ke..ha kenapa Ven" ucap Ghea terengah saat baru tiba di uks.
"Alergi, lo bawa obat Venus ga dia kayanya lupa deh bawa obatnya." Ghea mengangguk menjawab pertanyaan Phoebe.
"Sana ambil cepet kasihan nih sesak banget dia."
"Ben ben...ha ha ha..bentar gue baru nyam... ha nyampe."
"Ihhhhh cepet nanti dia makin sesak aduhhh Ghea plisss." Dengan wajah memelas Ghea berlari lagi menuju kelas mengambil obat alergi Venus.
"Bentar ya lo bisa tahan kan Ghea ambilin obatnya bentar." Phoebe melanjutkan kegiatannya tadi, mengoleskan salep pada tangan dan kaki Venus. Sementara Venus bergulat dengan otaknya seraya menahan sesak napas didadanya. Ia tak habis pikir bagaimana ada seorang ibu yang melupakan alergi anaknya. Ia juga makin bingung karena banyak sekali hal dan kejadian yang tak tertulis dinovel. Seperti alerginya, ojek online, dan Venus yang tertidur selama satu minggu.