Bangun

1108 Words
Venus membuka matanya perlahan. Cahaya lampu langsung saja menancap diretina matanya. Menatap sekeliling ia menemukan Mars dan Hela yang tertidur disofa dengan wajah lelah. Melihat wajah mereka saat terbangun untuk kedua kalinya, tak membuat Venus memikirkan hal yang sama. Otaknya kini penuh dengan ingatan Venus yang asli seakan mengejeknya. Dinovel tak seperti ini jalan ceritanya. Dinovel, dikatakan dengan jelas bahwa Venus membenci dan iri pada Freya tanpa alasan. Bukan dengan beribu alasan seperti ini. Lelah memikirkan skenario apa yang harus ia jalankan kedepannya membuat Venus menutup matanya kembali. Ia telah kembali, kembali dengan ingatan Venus juga hati Aphrodite. Tak ada jatuh cinta pada tokoh utama. Hanya ada rasa tak suka bahkan benci yang menggerogoti hatinya. Venus terbangun dari tidurnya saat mendengar suara seorang pria yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Memandang kearah sofa, terdapat seorang pria yang tengah memeluk Hela dengan erat. "Mama." Panggil Venus pelan. Hela dan pria tersebut menatap Venus dengan senyum merekah. "Venus udah sadar nak?, ada yang sakit?, papa panggil dokter dulu ya." Setelah pria itu keluar Hela mendekat kearah Venus dan menggenggam tangannya erat. "Sayang kamu gapapa kan?, kenapa lama banget sih tutup matanya. Mama khawatir." Venus tersenyum menatap Hela, tatapan yang entah mengartikan apa. Jujur Venus bingung harus bereaksi apa setelah ia mendapat semua ingatan itu. "Papa kapan pulang ma?" Pria tadi merupakan Damian, Ayah Venus. "Semalem sayang, papa udah bisa pulang semalem dan langsung nginap disini buat jagain Venus." Seharusnya Venus senang mendengar perkataan mamanya. Tapi entah kenapa hatinya seakan tercubit sakit dan ingin menangis sekarang. 'Venus lo bilang ga bakal ganggu lagi kan?' 'Tapi ini kenapa gue pengen nangis' Ruangan itu hening beberapa menit sebelum akhirnya dokter datang dan memeriksa keadaan Venus. Lagi-lagi dokter mengatakan hal yang sama bahwa Venus baik-baik saja, tak ada yang aneh dari tubuh Venus dan besok ia sudah diizinkan pulang setelah dokter mengecek keadaannya untuk yang terakhir kali guna memastikan. "Kamu kenapa sih sampe capek gini sayang?" Dimian duduk dikursi tepat sebelah Venus, mengelus pelan rambut putrinya. "Venus ga tau pa, Venus juga ga ngapa-ngapain sampe harus kecapean." Tak mungkin jika Venus berkata. 'Venus yang asli, anak kalian ingin bertemu makanya aku pingsan.' Venus yakin perkataan itu membuat Venus keluar dari rumah sakit ini, tapi diserahkan dengan suka rela ke rumah sakit jiwa. "Kamu ga bangun 5 hari sayang, gimana mama ga khawatir. Tapi dokter bilang kamu cuman kecapean." Wajah Hela seakan tak percaya dengan perkataan dokter tersebut. Sore ini ruangan Venus penuh dengan remaja berseragam. Teman-temannya juga teman-teman Mars berkumpul disini, sementara kedua orangtuanya pulang karena Freya menelfon kalau dirinya sakit. "Ven lo tuh sebenarnya kenapa sih?, masuk rumah sakit mulu." Phoebe sedari tadi selalu menanyakan hal yang sama membuat Venus bosan mendengarnya. "Ihhh mana gue tau, udah deh bosen gue nih." "Tau lo be, putri tidur jangan diganggu lagi nunggu pangeran noh." Bara selalu saja mengolok-olok Venus sebagai putri tidur bahkan saat ia baru sampai. "Haii putri tidur pangeran sampai" "Putri tidur mau pangeran cium" "Ohhh putri tidur mau nunggu pangeran mana lagi" "Udah deh lo tidur aja lagi sampe pangeran lo dateng, kalo gitu dunia tentram" "Kak Bara udah kali, gue tabok nih lo ngejek temen gue." Ghea sebenarnya dekat dengan Bara karena mereka tetanggaan, dan juga Bara menyukai gadis itu. "Yee Ghe lo cemburu bilang, ga izinin kan gue cium Venus. Lo mau gue cium lo kan" Bara menyukai gadis itu, tapi bukannya serius mendekatinya. Pendekatan Bara seakan hanya candaan. "Ga mau dasar jelek, semua cewek mau dicium geli." Dan tentu saja Ghea merespon Bara juga sebagai candaan, Ghea manusia tak peka. "Gue kayak gini cuman sama lo doang Ghea, sama yang lain mah gak." "Sama yang lain gak?, kemaren kan lo baru godain mbak inah pas mau berangkat sekolah, iya kan?" "Mampus kicep anak orang, makanya jangan godain mbak inah." Mars tertawa mengejek Bara dengan puas. "Jangan ngejek orang deh kan lo juga sering ngegodain mbak inah." Tawa Mars hilang saat mendengar perkataan Venus digantikan dengan tawa Bara. "Ohh iya kak, acara tahunan kapan jadinya?" Phoebe bertanya kepada Mars yang merupakan ketua osis disekolahnya. "Minggu depan, tapi ga lama sih waktunya dipotong gitu, jadi cuman tiga hari. Plus ga ada malam akrab juga, kata pak Gino malam akrab disatuin sama acara ultah sekolah." "Cepet banget minggu depan, perasaan gue baru deh naik kelas sebelasnya." "Gimana ga baru, kerja lo kan tidur terus dirumah sakit. Ya ga kerasa lah." Venus terkekeh mendengar perkataan Bara. Venus ingin menanyakan pertanyaan lainnya tertahan saat mendengar pintu ruangan terketuk. Mars membuka pintu itu dan muncul Ares dan kedua temannya. Ruangan ini benar-benar penuh sekarang, bagaimana mereka semua bisa mendapat izin jenguk sebanyak ini. "Ehh pacar udah bangun." Ares meletakkan sekeranjang buah di nakas. "Pacar-pacar aja lo, kalau lo bukan orang yang bawa Venus kerumah sakit gue usir lo." Mars tak suka jika Ares benar pacar Venus. "Ehhh junior dari sekolah lain ga boleh ngomong gitu sama senior dari sekolah lain sekaligus calon kakak ipar." Mars sama Ares lumayan dekat karena setiap hari Ares selalu menyempatkan dirinya datang menjenguk Venus. Setelah bertemu Ares lima hari berturut-turut membuat Mars sedikit merubah pemikirannya tentang Ares, hanya sedikit. "Makasih buahnya, udah lo boleh pulang sekarang." Ucapan Venus mendapat acungan jempol dari Mars. "Lo ga boleh gitu dong sama pacar, gue tiap hari dateng loh kesini jengukin lo." Ares memegang dadanya seakan merasakan sakit yang teramat tetapi dengan bibir yang menampakan senyuman. "Pacar-pacar pala lo, ga ya gue cuman minjem doang namanya sebentar." Semua orang disana terperangah mendengar perkataan Venus kecuali Ares tentunya. Mereka mengira Ares dan Venus benar-benar pacaran, karena setiap kali Ares ditanya jawabannya tak jelas. "Menurut lo gue ngapain kesini tiap hari?" "Menurut lo ngapain gue kerumah Venus kalo ga ada hubungan?" "Yahh gue kira pacaran beneran, padahal gue suport lo kalau lo pacaran sama Ares." Ghea seakan tak terima kalau Venus tak berpacaran dengan Ares. "Kenapa?" "Ya kalau lo pacaran sama Ares berartikan lo udah move on dari kak Eros." "Hah lo suka Eros?" Ares menahan tawanya mendengar alasan Ghea. "Iya kan Venus suka kak Eros udah lama dari kelas sepuluh ga move on-move on" Ares melepas tawanya dengan puas. "Ghea mulut lo mau gue tabok ya. Iya dulu sekarang ga." Venus menatap Ghea dengan sangat tajam. "Apa buktinya kalo lo ga suka lagi sama kak Eros." "Ya udah ga lah pokoknya." "Ven, gantengan juga gue dari pada Eros." Ucap Ares percaya diri. "Ya gantengan lo, tapi lebih keren Eros." Venus menjawab sebagai candaan. "Gue udah nganterin lo pulang dengan gagah berani masuk sarang harimau." "Iya tapi minjem jaket sama helm gue mana ga dibalikin lagi." Saut Zidan. "Maaf ya kak Zidan ada dirumah nanti gue balikin." "Perhitungan lo jadi temen gue minjem sebentar juga."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD