Venus sekarang berada disebuah ruangan putih yang seakan tanpa batas. Menatap kanan dan kirinya tak ada sama sekali pintu, jendela atau semacamnya. Hanya dinding yang seakan mengarahkannya keujung ruangan tersebut.
Venus melangkah dan terus melangkah tetapi dirinya tak kunjung sampai ketujuan yang ia juga tak tau apa. Dan anehnya lagi walau Venus sudah berjalan dengan waktu yang cukup lama tetapi tak ada rasa lelah sama sekali yang menghinggapi tubuhnya.
Mata Venus sekarang menatap kearah dinding yang berada didekatnya. Disana terdapat cermin yang besar. Ia terkejut sekarang ia tak lagi berada didalam tubuh Venus. Melainkan ia berada didalam tubuhnya sendiri.
Ia menyentuh rambutnya dengan bibir yang tersenyum. Pertanyaan demi pertanyaan muncul dibenaknya.
'Apa ini jalan gue pulang ya?'
'Berarti gue bisa ketemu mama, papa, sama kak Hera lagi kan?'
'Berarti gue ga harus pura-pura jadi Venus lagi kan?'
Dengan bahagia Aphrodite berlari menuju akhir dari ruangan tersebut,Tapi usahanya sia-sia. Ia sudah berlari dalam jarak yang jauh menurutnya tapi tak membuahkan hasil sedikitpun. Ia masih belum bisa melihat akhir dari ruangan itu.
"Percuma dikejar" Aphrodite memutar badannya. Ia melihat gadis cantik tersenyum kearahnya dengan tulus.
"Lo Venus kan?" Aphrodite yakin sekali bahwa gadis itu Venus. Wajah yang Aphrodite liat dicermin beberapa hari terakhir.
"Hehehe iya"
"Maaf banget tadi gue minjem lagi tubuh itu." Alis Aphrodite menyatu, seharusnya dirinya yang mengatakan itu. Dirinyalah yang meminjam tubuh Venus.
"Loh kok jadi lo yang minjem, kan itu badan lo bukan gue."
"Ya kan sekarang itu udah jadi tubuh lo?, lo kan yang minta masih mau hidup?, jadi tubuh itu punya lo."
"Hah?, hah?, maksudnya gimana?" Tolonglah Aphrodite tak mengerti.
"Gue ga tau pasti, yang jelas gue ga mau hidup dan lo masih mau hidup. Jadi kita kuteran deh."
"Tukeran maksud lo?"
"Gue udah nyerah sama hidup gue, tapi tubuh gue gak. Sementara lo, tubuh lo udah nyerah tapi lo gak."
"Aphrodite, gue ga bakal dateng lagi, maafin gue udah bikin lo nambah masalah. Gue cuman bisa ngasih lo ingatan gue, siapa tau itu bisa bantu lo nanti kan ya. Ohh iya satu lagi, semua yang terjadi akan tetap terjadi walau tak sama."
Banyak pertanyaan dibenak Aphrodite yang ingin ia tanyakan. Tapi ruangan putih tadi tiba-tiba menggelap. Aphrodite tak dapat melihat apa-apa.
"VENUS LO DIMANA?"
"VENUS VENUS VENUS"
Ares dan Freya baru saja tiba dirumah sakit. Mereka langsung meletakan tubuh Venus dibrangkar dan dibawa ke UGD.
Freya menatap Ares meminta penjelasan mengapa kakaknya bisa seperti itu. Sementara Ares masih memikirkan reaksi Vulcan saat melihat Venus pingsan.
"Venus tuh kakak kandung lo kan?" Ares merasa ada yang aneh. Perkataan Venus yang janggal juga reaksi Vulcan yang menurut Ares tak peduli dengan Venus.
"Maksud kakak apa?, kak Venus tuh kakak kandung aku kok?, terus ini kak Venus kenapa?" Freya khawatir. Keadaan Venus sekarang sama seperti seperti keadaan Venus waktu Venus tertidur selama seminggu waktu itu.
Wajah Venus pucat pasih, tubuhnya dingin sedingin es. Freya takut jika kakaknya akan lebih parah.
"Gue ga tau, lo tanya sana sama Vulcan." Freya tak yakin jika Vulcan akan menjawabnya. Freya langsung menghubungi Hela yang sedang berada di restorannya.
Setengah jam setelahnya Hela datang dengan raut wajah panik dan langsung memeluk putrinya. Tak lama seorang dokter keluar dari ruangan tersebut.
"Keluarga pasien?"
"Iya saya ibunya dok." Wajah Hela benar-benar terlihat khawatir.
"Anak ibu baik-baik saja, mungkin ia hanya kelelahan sehingga kehilangan kesadarannya. Setelah ini anak ibu akan dipindahkan keruang rawat inap hingga kesadarannya kembali, saya permisi."
Perkataan dokter itu sedikit membuat Ares tenang, tapi tidak dengan Hela dan Freya. Perkataan yang mereka dengar merupakan perkataan yang sama persis saat anaknya tak sadarkan diri selama tujuh hari.
"Tante saya permisi dulu ya, saya usahakan nanti saya datang lagi menjenguk Venus." Setelah mendapat anggukan Hela, Ares melenggang keluar dari rumah sakit. Ia tak langsung pulang tetapi menuju ke rumah Venus terlebih dahulu guna menggambil motornya.
Setelah sampai Ares mengerutkan keningnya melihat Vulcan berdiri tepat disamping motornya.
"Mau apa lo?"
"Freya mana?" Ares mengira Vulcan akan menanyakan kabar Venus yang tengah sakit, tapi malah menanyakan kabar Freya yang baik-baik saja.
"Rumah sakit. Minggir." Vulcan tak juga menggeserkan tubuhnya menjauh.
"Ngapain?"
"Lo b**o?, jaga Venus lah. Minggir gue mau pulang." Ares sedikit menyentak tangan Vulcan sehingga lelaki itu bergeser walau tak jauh.
"Jauhin adek gue." Ares tersenyum kecil dan menaikan sebelah alisnya menatap Vulcan.
"Gue ga deketin adek lo sama sekali, ga gue sentuh bahkan."
"Putusin dia."
Sekarang Ares yakin kalau Vulcan benar-benar bodoh. Ia seakan sangat percaya kalau Ares berpacaran dengan Venus.
"Gue ga pacaran sama adek lo, gue pacaran sama Venus." Setelah mengucapkan itu Ares langsung menancap gas meninggalkan Vulcan dengan rahang mengeras.
Mars baru saja tiba di rumah Theo. Ia mencari keberadaan Vulcan setelah mendengar kabar dari Freya kalau Venus kembali masuk ke rumah sakit.
"Permisi mbak, kak Theo sama kak Vulcan ada ga ya?"
"Ohh ada mas ditaman belakang, kalau boleh tau masnya siapa ya?"
"Saya adiknya Vulcan mbak, saya boleh masuk?" Jujur saja sekarang Mars sedang menahan emosinya dan berusaha tetap sopan pada ART Theo yang ada didepannya.
Setelah diperbolehkan masuk, Mars langsung melangkahkan kakinya menuju taman belakang. Rahang Mars seketika mengeras melihat wajah datar kakaknya.
Semua mata disana tertuju kearah Mars yang tiba-tiba saja muncul. Saat Vulcan ingin bertanya mengapa adiknya itu berada disini, Mars langsung saja memukulnya dengan keras hingga Vulcan tersungkur dari duduknya.
"LO APAIN VENUS ANJING!" Tubuh Mars ditahan oleh Alex agar laki-laki itu tak melanjutkan kegiatannya.
"UDAH GUE BILANG SAMA LO, JANGAN SENTUH ADIK GUE. JANGAN BIKIN DIA SAKIT BANGSAT." Mars benar-benar tak tahan dengan Vulcan sekarang.
"GUE GA SENTUH SAMA SEKALI ADIK LO, EMANG DIA AJA YANG CAPER." Vulcan juga ikut tersulut emosi.
"FREYA BILANG SAMA GUE LO SEMUA KEKAMAR VENUS, BERANTEM SAMA VENUS SAMPE VENUS PINGSAN. MAU NGELAK LO HAH?, ADIK KESAYANGAN LO SENDIRI YANG BILANG SAMA GUE."
"GUE PERINGATIN SEKALI LAGI VULCAN, KALAU VENUS KENAPA-KENAPA, GUE GA PEDULI LO KAKAK GUE APA BUKAN. HABIS LO DITANGAN GUE."
Mars langsung bergegas meninggalkan rumah Theo dan segera menuju rumah sakit dengan pikiran yang kalut.