Ngidam

1012 Words
Pukul 02.05 Baby masih tak bisa tidur, meski Marco sepertinya sudah. Tangan Marco tak boleh pergi dari perut Baby. "Sayang." Bergeser sedikit membangunkan. "Hm?" Marco tak membuka mata. "Waktu dulu kuliah, kamu di apartemen masak sendiri, kan? Biasanya masak apa?" "Ehm..., yang jelas masakan yang bakal aku makan, dan yang pasti sehat." "Misalnya?" "Misalnya..." "Masakin aku...." Marco mengernyit. "Sekarang?" Baby mengangguk. "Ini jam 2 malam loh, sayang?" sekali lagi ia mencoba memastikan. "Hm..., Marco...!" rengek Baby. "Okey...!" sahut Marco lalu ia menarik napas dalam-dalam. "Kita harap bahan-bahannya ada ya. Tunggu..." "Ikut...!" Baby menahan lengan Marco dan bergelayut manja di sana. Marco memutar dua bola matanya. "Hhhfff...! Ayo istriku sayang...!" mengelus perut Baby sambil jalan menuju dapur. "Sabar ya sayang, Ayah masakin sesuatu untuk Bunda, kamu laper ya, sampe nyuruh Bunda maksa Ayah untuk masak." Marco bicara pada bayi-nya yang masih ada di dalam sana. Baby geli mendengar panggilan itu. "Ayah? Bunda?" bibirnya tersenyum lebar. "Iya. Belum ada, kan, di keluarga kita yang menggunakan panggilan itu?" "Oke, setuju. Ayah, Bunda." "Pelan-pelan sayang," membimbing Baby menuruni tangga. "Kamu mendingan nggak usah pake sendal deh, aku takut kamu jatuh." "Lantainya dingin, Yah...!" mereka saling lempar senyum bahagia. Sampai di dapur yang super luas. Marco membuka kulkas. "Mm..., kita punya ayam. Aku bisa masakin ayam parmigia. Mau?" Baby mengangguk. Marco merangkul pinggul istrinya. "Istri duduk aja, serahkan semuanya pada suami." Setelah mendudukan Baby, Marco mengeluarkan bahannya. "Ayam, kita punya keju, dan saus. Nanti kalo ada tepung roti bisa kita lumuri." "Kayaknya ada deh, Yah. Hem, di kitcen set bagian atas." "Oke nanti aku cari." "Oh iya, kata Mommy aku nggak boleh makan keju, sayang!" kata Baby mengingatkan kepada Marco. "Oh, oke, nanti aku ganti mentega. Tenang sayang, pasti tetap enak!" ucap Marco dengan mengacungkan dua jempol sambil mengedipkan sebelah matanya. "Nggak boleh makan pedas juga," katanya lagi. "Aku ganti saus tomat," balas Marco lagi. "Dagingnya harus benar-benar mateng loh sayang, itu demi kesehatan ibu hamil!" sekali lagi ia mengingatkan. "Iya...!" sahut Marco dengan lembut. "Ayam apa tadi?" selidik Baby. "Parmigiana," jawab Marco. "Kok, seperti berbau-bau Italy deh? Di Italy ada ayam parmigiana." "Memang. Di Australi bakal kita temuin banyak makanan yang sama dengan makanan di negara kita. Nasi goreng di sana juga ada," Marco menjelaskan. "Oh ya?!" "Iya, itu karena ... Australia yang multi kultural secara budaya. Kalo mau sesuatu yang nggak ada di negara lain, cuma satu." "Apa itu?" tanya Baby serius. "Daging Kangguru." "Emmm... Marco!" Marco tertawa sambil mengelus-elus perut Baby. "Nanti kalau sudah 5 bulan, kita ke sana. Mama sama Papa aku juga harus tau kalau menantu cantiknya ini akan segera kasih mereka cucu. Pasti Mama bakal buatin kamu dessert wajib khas Australi." "Apa itu? Jangan bilang Kangguru lagi." Marco menggeleng. "Pavlova. Kue manis dengan taburan buah." "Hm manis banget!" seru Baby bersemangat. "Oke. Aku masak dulu. Sabar ya." Marco mulai membersihkan daging ayam yang sudah dikeluarkan dari dalam lemari pendingin. "Nanti kita kulineran ya, di sana. Aku tau banyak jajanan khas yang enak di sana." Menopang dagu, memperhatikan Marco yang gesit mengiris bahan untuk ditumis. "Pasti aku ajakin kamu. Tapi tunggu kandungan kamu sudah lebih kuat, kira-kira 5 bulan. Kita baby moon!" mengedipkan sebelah mata, Baby mengempas senyum bahagianya. "Harum banget, bisa bangunin orang satu rumah ini mah!" seru Baby kagum. Setelah menunggu dengan lapar, akhirnya yang dimasak pun matang juga. "Masakan pertama dari calon Ayah untuk Bunda tercinta!" Baby tersenyum dengan lebar. "Hm..., terima kasih Ayah...!" "Aku tiupin dulu. Biar aku suapin. Simple sih, ayam goreng dilumuri tepung roti, dengan lelehan keju, kali ini kita ganti mentega. Aku kasih sausnya dikit aja. Takut kamu sakit perut. Ayo coba." Baby membuka mulut kemudian perlahan mulai mengunyah. "... Super lezat! Aku bisa masak seenak ini." "Iya dong..., aku sudah terbiasa masak sendiri waktu jaman aku kuliah dulu. Jadi hobi coba-coba masakan. Oh ya, sayang, aku perhatiin sejak hamil kamu itu lebih suka makan daging dari pada makan sayur?" tanya Marco dengan pandangan menyelidik. "Jangan-jangan..." "Jangan-jangan apa?" sergah Baby khawatir. "... Anak kita cowok!" ucap Marco dengan penuh harap. Baby mengernyit ragu. "Itu mitos atau fakta..." "Hm ya, menurut sebagian orang sih, kalau ibu hamil lebih suka makan daging dari pada sayur, anaknya bakal lahir cowok. Tapi kalau lebih suka sayuran... katanya bakal punya anak cewek, gitu." "Nanti kita tanya sama Mommy. Kalau mau USG, sekarang belum waktunya. Aku juga lebih berharap anak pertama kita, cowok. Soalnya, Daddy kan, ngarepin banget punya anak cowok waktu Mommy hamil Pinky, jadi kalau kita kasih dia cucu pertamanya cowok pasti seneng banget!" "Aamiin...!" Marco mengusap lalu mencium kepala Baby. Ia tak pernah keberatan untuk senantiasa meladeni permintaan sang istri. Justru ia merasa sangat bahagia bisa memenuhi segala permintaannya. Dan sejauh ini tidak ada yang aneh. Wajar-wajar saja ibu hamil ingin makan lebih banyak dari pada biasanya. Ia sedang berbadan dua. Marco, akan selalu berusaha memahami Baby apa pun keadaannya, lebih lagi ketika sedang mengandung anaknya. Memiliki buah hati adalah merupakan dambaan setiap pasangan yang telah melewati pernikahan, apa lagi jika keduanya saling mencintai satu sama lain. Perasaan itu akan mempengaruhi buah cinta mereka jika tumbuh dari dua jiwa yang saling mencintai dengan tulus dan juga dengan sepenuh hati. *BS* Semoga Baby dan baby-nya baik-baik saja, bisa melahirkan normal, dan semoga anak pertama mereka, cowok. Salam Dian
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD