Ekstra Manja

1200 Words
Baby tidak berangkat ke kantor untuk hari ini. Tubuhnya lemas. Hari ini, ia hanya ingin tiduran saja di kamarnya seharian. Pukul 10 pagi, ia menelepon Marco. Padahal ia tahu Marco sedang di kantor, dan sedang sibuk. Marco sedang meeting di kantor Daddy ketika ponselnya berbunyi dan menampilkan wajah cantik istrinya di layar. "Dad, Baby," bisiknya pada Daddy yang baru saja memulai meeting. "Terimalah dulu," jawab Daddy. Marco segera ke luar ruangan untuk menerima telepon. "Sayang, ada apa?" Baby menggumam manja sebelum akhirnya bicara dengan jelas kepada Marco. "Temenin aku..." "Aku baru saja akan mulai meeting sama Daddy, nggak enak sama staf lain, kan sayang...!" "Daddy nggak akan marah." "Tapi aku kan baru sampai kantor, masa aku harus pulang lagi sekarang?" Marco berharap Baby mengerti. Baby merajuk dengan nada manjanya yang selalu sanggup membuat siapa pun menuruti keinginan dirinya. "Pulang sekarang pokoknya." "O-ke, oke sayang. Sebentar ya, aku minta izin dulu sama Daddy," balas Marco pasrah. "Cepetan...!" Marco kembali masuk dengan handphone yang tetap menyala. "Mm, maaf sebentar." Memotong seorang dewan direksi yang sedang bicara. "Dad, Baby nyuruh aku pulang," kata Marco membungkukkan punggungnya. "Tapi kita baru meeting." "BILANG SAMA DADDY, PENTING MEETING APA CALON CUCUNYA?!" Suara Baby yang terdengar membuat semua staf, dan dewan direksi perusahaan yang ikut meeting tertawa. Tak terkecuali Pak Martin, sementara Marco tersenyum malu-malu. Daddy mengambil ponselnya, "Iya sayang, Marco segera pulang. Jaga calon cucu Daddy baik-baik ya." "Oh pasti dong, Opa...!" Daddy tertawa. "Mau dibawain apa hm? Biar sekalian Marco belikan. Mualnya masih nggak, sayang?" "Udah jarang kok, Dad. Aku cuma mau Marco. Nggak usah beli apa-apa, yang penting dia cepat pulang...," rengeknya. "Oke, tunggu ya." Mengembalikan ponsel pada Marco. "Maaf semuanya, aku pulang duluan." "Ehm, maaf meetingnya kita tunda saja sampai besok," kata Pak Martin. Marco segera pulang. Senyum-senyum sendiri di mobil. Tak tahu apa itu hanya senyum bahagia, atau lebih dari itu. Merasakan sikap Baby yang luar biasa manja. Berhenti di sebuah tempat penjualan bunga. Marco hanya membuka kaca mobil. "Mas, minta mawarnya yang paling segar!" katanya dengan senyuman yang lebar. "Merah?" "Merah muda." Si penjual segera membawakan sepucuk mawar. "Ini Pak. Buat pacar ya?" "Buat mantan pacar, ya istri dong...!" jawab Marco sambil menyerahkan selembar uang seratus ribu. "Oke, terima kasih." Menutup kaca mobil. "Loh, Pak kembaliannya!" "Ambil aja!" sahut Marco sebelum melaju kembali. "Terima kasih Pak!" mengangkat tinggi uang seratus ribu tadi. Sampai di rumah, Marco langsung menuju kamar. "Marco?" Mama Lala heran melihatnya pulang. "Kok, sudah pulang?" Marco mencium tangan Mama, "iya Ma. Anak Mama tuh, aku lagi meeting sama Daddy disuruh pulang," jawabnya menahan tawa. "Oh ya?!" "Iya Ma. Sampai dia ngancam, Daddy, penting meeting apa calon cucunya!" Mereka tertawa bahagia. "Ya ampun! Baby ada-ada saja. Ya sudah, kamu cepet temui dia. Lagi ekstra manja. Kamu harus ngerti. Mama lagi masak yang spesial buat dia, biar sehat kandungannya." "Iya Ma." Menaiki tangga. Baby sedang serius menatap layar televisi. Menggigit telunjuknya. "Cepetan ke sini sayang...!" "Iya istri sayang...! Aku pikir kamu nggak sadar aku datang, serius banget gitu." Mencium pipi lalu perut Baby yang belum terlihat. "Sejak kapan istri suka drakor?" Baby tertawa kecil, "aku ketulah ama Davina deh, kayaknya. Aku suka ledekin dia yang doyan banget drakor." "Jadi aku disuruh istri nemenin nonton drakor, gitu?" godanya. Baby tersenyum manja, meletakkan kepalanya di lengan Marco. Meletakkan tangan Marco di perutnya. "Aku mau kamu temenin aku tidur. Pokoknya mau kamu terus di samping aku." "Okey..., aku sudah di sini." Mengelus perut Baby tanpa henti. Baby tertidur sekian menit ke mudian. Marco menyingkir diam-diam. "... Jangan pergi...!" meletakkan kembali tangan Marco di perutnya. "Aku ganti baju sebentar," bisik Marco. "Nggak usah, aku mau cium parfum kamu. Aku suka." "Oke. Oke, tidurlah." Mencium kepala Baby. "Aku nggak akan kemana- mana." Marco terus di samping istrinya. Memegangi perutnya. Marco harus lebih mengerti, Baby memang karakternya manja. Keadaannya saat ini membuatnya berkali-kali lebih manja. *BS* Hari ini Marco diizinkan untuk pergi ke kantor. Tapi yang kena imbas adalah si calon uncle. Patrick. "Pat, susul Davina dong, plis...!" "Masih pagi loh, Beb!" "Plis..., uncle...!" "Oke. Kalo gitu gue pinjem Bobi buat anter jumput gue." "Iya." Marco masih di pintu mobil. "Sayang aku pergi ya. Kamu masuk gih!" "Aku belum selesai. Patrick." "Apa Beb...?" "Suruh Davina bawa semua koleksi drakornya mulai dari jaman kita SMA!" "WHAT?!" Patrick melepas kacamatanya. Marco menahan tawa. "Sayang, itu mau ditonton semua?" "Iya. Plis Uncle Patrick...!" "Iya Baby...! Sekarang kamu masuk. Tunggu di kamar. Gue janji bawa Davina plus Opa korea koleksinya itu. Oke!" "Oke. Thanks uncle!" mencium pipinya. "Bye sayang!" mencium Marco, lalu masuk. "Itu namanya ngidam?" kata Patrick menatap tanya pada Marco. "Iya mungkin, yang jelas dia lagi ekstra manja!" sahut Marco dengan bangganya. Mereka berdua lalu masuk mobil yang berbeda secara bersamaan. Patrick terpaksa harus mendatangi rumah Davina pagi-pagi begini. Berdiri di depan pintu rumah mewahnya keluarga Davina. "Pagi sayang!" Davina dengan centilnya bertengger di pinggir pintu. "Tumben pagi-pagi udah mau liat aku? Jangan-jangan kamu bawa pasukan mau lamar aku ya...?" celingukan berharap melihat rombongan keluarga membawa seserahan. "Aduh Vin, aku lagi nggak pingin bercanda. Ini aku buru-buru mau ngantor!" "Ya terus?!" tuntutnya. Manyun. "Aku disuruh sama si ibu hamil buat jemput kamu." "Baby?" tanya Davina demi untuk memastikan. Patrick mengangguk saja. "Ngapain?" Davina bertanya lagi. Patrick mengerutkan kening lalu menjawab. "Nonton." "Film? Film apa? Bioskop? Bioskop mana yang udah buka jam segini?" runtut Davina sambil mengernyit. "Drakor!" seru Patrick dengan malas. "Oh!!!" sahutnya malas. "Oh! Ngidam Opa Opa Korea dia! Buruan bawa semua koleksi Opa elo itu ke hadapan Tuan Putri Baby!" perintah Patrick lebih terdengar seperti makian untuk Davina yang gemar sekali mengumpulkan film drakor. "Cie..., cemburu!" balas Davina yang menggelayut di lengan Patrick. Mencolek-colek hidung besarnya. "Opa aku cuma kamu seorang kok, sayang." "Davina plis buruan! Aku mau ngantor, belum lagi nanti di jalan macet!" "Iya tunggu, sayang." "Nggak usah mandi, lama!" peringatan keras pada Davina. "Iya aku tau nggak mandi juga aku tetep cantik kok...!!!" teriak Davina menjawab dari dalam. Dan drama ekstra manjanya si ibu hamil itu belum berakhir begitu saja. Siang harinya Kania dan Tania pun dipaksa datang untuk menemaninya nonton drama Korea beberapa judul sampai selesai. Rasya yang berada di seberang pulau pun di video call biar bisa ikut baper walau terpaksa nonton dari jauh. *BS* Belom bosenkan? Jangan bosen ya! Jangan pokoknya! Trims udah baca tulisanku. Maaf buat segala kekurangan. Dan selalu ditunggu vo-ment-nya... Salam... Dian
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD