Membangun Brand Sendiri

1007 Words
   Mimpi besar Baby untuk membangun brand sendiri sudah jelas terwujud. Awalnya hanya ingin apa yang ia pakai adalah produknya sendiri. Namun jika impian ini menjadi besar, apa salahnya ia serius. Bisniss fashion semakin berkembang. Baby mengambil peluang besar ini.    Seiring dengan berjalannya waktu, dan berkat kecerdasan Baby, ditambah lagi nama besar Santoso, dan juga pesona Baby sebagai keluarga Santoso, BS berkembang pesat. Iklan melalui televisi, sosial media. Dan juga sahabat Baby yang selalu siap menjadi endorsement. Product Baby laku keras di pasaran. Terutama make-up, dan perhiasan. Tentu saja pasar terbesar dunia fashion adalah kaum wanita. Dan kedua product itu sangat diburu para wanita.     Baby dan Marco semakin sibuk. Namun mereka diuntungkan karena satu kantor. Terpisah jika ada urusan masing-masing, atau keluar Negeri.  *BS*     Marco masuk ke ruangan Baby, tepat saat Baby hendak keluar, kemudian mengunci pintu dan selanjutnya menahan Baby di pelukannya.    "Marco!" elak Baby, tapi percuma saja.      "Aku beruntung banget. Di rumah, begitu buka pintu kamar langsung ketemu istri. Di kantor..., buka pintu ruangan ketemu istri lagi," sambil memeluk erat Baby.     "Ehhh sayang, aku lagi nggak pingin mesra-mesraan! Aku mau ketemu orang."    "Ketemu siapa?"    "Aku udah bilang tadi malam, aku mau ketemu sama perancang tas itu, sayang!"    "Oh, iya aku lupa. Aku mau ikut."    "Marco!" protes Baby.     "Laki-laki, kan?"    "Sayang plis, bukan waktunya untuk cemburu. Ada Bobi kalau mau mata-matain aku."    "Aku mau ikut. Aku lagi nggak sibuk. Dan ini hampir jam makan siang. Aku mau makan sama kamu, sayang."    "Oke," balas Baby akhirnya menurut.     Pak Marco dan Ibu Baby akhirnya pergi. Keserasian mereka selalu menjadi pusat perhatian seluruh pegawai.     "Jihan, kalau ada yang cari, aku ketemu Francis Timoty si perancang tas yang akan kerja sama dengan kita. Kamu sudah catatkan jadwalnya."    "Sudah Bu," jawab sekretarisnya dengan sopan.    "Oke, aku pergi dulu ya," pamit Baby,  tetap bersikap sopan meski pun pada bawahan.    "Iya, Bu."    Semua mata mengiringi suara langkah kedua pimpinan mereka. Sangat serasi dan saling mencintai. Apalagi yang membuat orang lain iri dari kedua hal itu.    Sampai di sebuah resto ternama. Baby sudah pesankan tempat untuk kliennya itu. Dan dia sudah duduk manis di meja pesanan Baby.    Marco yang merangkul pinggul istrinya berbisik, "feeling aku benar," bisiknya. Baby menatap tanya. "Dia keren banget, aku pikir bakal ketemu dengan jenis cowok ... ngondek."    "Jenis, emang apa-an!"    "Untung aku ikut, aku nggak akan biarkan dia menatap istri aku lebih dari 3 detik!" ancam Marco.    "Sayang plis, ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat ya!"    "Nyonya Marco Santoso, cuma aku yang berhak untuk menatap kamu lebih dari hitungan detik!" bisiknya tetap mengancam.    Baby pasrah saja tak menjawab karena sudah dekat. Marco menarik kursi untuk Baby.  "Selamat siang Mr. Franc!" ucap Baby dengan sangat santun sambil mengulurkan tangannya.     Pria bule keren berumur sekitar tiga puluh tahunan itu berdiri untuk menyambut Baby.      "Selamat siang Ibu Baby, dan ini pasti Pak Marco. Pakai bahasa Indonesia saja, saya sudah menetap di Bali karena banyak klien saya dari Indonesia."    "Wah luar biasa ya!" puji Marco.    "Silahkan duduk kembali Mr. Franc!" pinta Baby dengan santun    "Oke. Panggil saja Franc, jangan terlalu formal."    "Oke. Maaf membuat Anda menunggu. Sudah lama?" tanya Baby basa-basi.    "Lumayan. Tapi tidak masalah, santai saja," jawabnya.    "Jadi..., Franc ... sudah banyak tau seluk-beluk dunia fashion?" tanya Marco.    "Tentu."    Baby tersenyum manis. "Pastinya mengerti dong, permintaan pasar Indonesia seperti apa?"    "Sure."    "Biasanya, Franc diminta merancang produk apa saja?"    "Saya fokus di benda berbahan kulit. Kecuali sepatu."    "Okey..., mm..., hanya dompet dan tas?"    "Juga belt. Kalau ingin dipasangkan belt dan gelang juga bisa."    "Mm..., aku juga tertarik dengan Franc karena..."    "Ehm!"    Baby mengerti dehaman itu Franc menatapnya terlalu lama.    Pesanan datang. Baby sudah memesan lebih dulu.   "Oke, bisa kita lanjutkan sambil makan. Silahkan Franc!"    "Terima kasih. Saya selalu suka masakan Indonesia. Di Bali semua jenis Indonesian food ada."    "Iya, benar. Mampir juga ke resto sahabat aku. Rasya."    "Oh, kapan-kapan kita kita ketemu di sana."    "Sure!" jawab Baby, mengangkat gelas jus-nya.    "Ehm!"    "Sayang, ayo makan. Kamu sudah lapar, kan?" sang suami hanya mengangguk.    Ini memang dalam situasi pekerjaan. Tapi Marco sama sekali tak bisa menepis rasa cemburunya. Menyesal menarikkan kursi untuk Baby tepat di hadapan si bule keren itu.    "Jadi apa yang bikin Nyonya Baby..."    "Nyonya Marco!" sergah Marco.    "Oh, iya, mm... produk apa yang ingin Anda minta saya merancangnya?"    "Emm, saya memang baru ingin memulai produk pria seperti tas, dompet, dan boleh juga belt dan gelang seperti apa yang telah Anda katakan. Bisa saya lihat rancangannya.    "Tentu." Franc menyerahkan tabletnya. "Silahkan pilih. Sesuai dengan inisial brand Ibu Baby nanti akan saya ganti corak tulisannya. Itu hanya contoh."    Baby meletakkan di tengah dirinya dan Marco. Melihat-lihat selama beberapa menit.   "Aku ... belum bisa memutuskan, tapi aku suka. Aku harus minta persetujuan beberapa orang terdekat, selain suami aku," kata Baby dan tentu melirik suaminya.    "Oke. Saya siap kapan saja," balas Franc dengan yakin.     "Aku ingin besok kita meeting di kantor kami, saya akan minta persetujuan kedua orang tua saya. Mereka juga pemegang saham di perusahaan kita. Jadi, saya putuskan akan bekerja sama dengan Mr. Francis Timoty." Baby dan Franc bersalaman sebagaianda deal.    "Oke. Terima kasih atas undangannya Ibu Baby dan juga Pak Marco."    "Sama-sama Franc!" jawab Marco. "Silahkan dilanjutkan makan siangnya!" pinta Baby dengan santun. Mereka melanjutkan sambil bicara santai.    Baby harus menepis terus pandangan mata Franc demi sang suami yang selalu memantau.    Selain menjadi Nyonya Marco Santoso, ia juga sibuk sebagai direktur dalam membangun brand sendiri. Baby yang baru saja memulai biniss fashion-nya harus ekstra sibuk karena masih sangat awam. Untungnya selain mewarisi kecerdasan kedua orang tua ia juga memiliki latar belakang keluarga bisniss. Jadi, sesulit apa pun semua bisa ia pelajari.     Baby Biancha Santoso, setelah menjadi nyonya Marco santoso, begitulah kira-kira kesibukkan setelah menjadi Nyonya Marco, selain sibuk mengurus bisnissnya ia pun harus sibuk mencemburui, dan juga dicemburui.     Baby, merasa sangat puas ketika menemukan kelebihan Franc sangat cocok dengan selera dan impiannya dalam menciptakan produk pilihan yang mudah diterima pasar namun tidak pasaran. Itulah motonya.  *BS*
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD